logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

bab5. Hari Pernikahan

Tiba juga hari ini. Hari yang ditunggu Kakek Hadi, namun tidak, dengan kedua mempelai. Hari pernikahan Angga dan Riska.
Riska tampak memaksakan senyum, menyapa para tamu yang hadir.
Riska menatap wajah-wajah bahagia orang terkasih. Wajah Papanya yang tersenyum, meski begitu, Riska sadar, Papanya masih merasa sedih dan belum merelakan Riska untuk menikah.
Sedih karena, kesalahpahaman yang sudah terlanjur terjadi.
Jika saja kesalahpahaman itu tidak terjadi. Pernikahan ini pasti tidak akan pernah ada. Wajah Papanya pasti tidak akan menampakkan senyum yang tidak tulus seperti sekarang.
"Senyum dong cantik!" kata Fajar sambil menarik pipi Riska.
"Fajar, lepas!" Riska tidak ada tenaga untuk meladeni Fajar.
Fajar lalu melepaskan tangannya. Fajar merasa bahagia dengan pernikahan kedua sahabatnya. Meskipun pernikahan ini terkesan terburu-buru, namun Fajar percaya, Angga tidak akan menyakiti Riska.
Kemarahannya yang kemarin, itu karena kekecewaan yang dirasakannya. Mengetahui kedua sahabatnya yang melewati batas.
Fajar pasti setuju, jika mereka mengatakan hubungan mereka, tidak harus sampai kebablasan begitu.
Seberapapun brengseknya Fajar dan Angga, mereka tidak akan pernah menyakiti Riska, itu janji mereka.
"Ga! Istrimu jangan di buat nangis ya!" ucap Fajar main-main.
"Jangan mengkhawatirkan yang tidak perlu!" jawab Angga.
Fajar merasa tenang jika Angga lah yang menjadi Suami Riska. Angga jauh lebih bisa dipercaya, daripada laki-laki di luar sana.
"Ok! Kalau begitu aku kesana dulu," kata Fajar sambil menunjuk ke arah dimana keluarganya berada.
Sekarang yang ada di pikiran Riska adalah, bagaimana nasib pernikahannya ke depan.
Riska menatap Angga yang berada di sampingnya. Angga tersenyum seolah-olah ini memanglah pernikahan yang diharapkannya.
"Kenapa cemberut begitu?" tanya Angga.
Riska hanya menggeleng. "Ga! Kamu nggak akan ninggalin aku kan?" bisik Riska.
Angga menoleh, menatap Riska seperti berkata, kamu serius menanyakan itu.
Belum sempat Angga menjawab. Siska sang sekretaris sudah menghampiri mereka.
"Selamat ya! Aku nggak nyangka kalian akan menikah secepat ini," ucap Siska tersenyum pahit menahan cemburu.
"Terima Kasih, sudah menyempatkan waktunya untuk datang." Riska yang menjawab. Riska juga langsung menggandeng lengan Angga, menunjukkan jika Angga sekarang sudah menjadi miliknya.
Angga yang melihat sikap Riska sekarang mengerutkan alis. "Ada apa dengan anak ini," pikir Angga.
Sedangkan Siska, melihat lengan Angga yang di rangkul begitu eratnya, membuatnya tidak ingin berlama-lama di sana.
Saat Siska hendak menyalami Angga. Riska langsung menerima uluran tangan Siska. "Sama-sama, silahkan menikmati pestanya," kata Riska sembari tersenyum.
"Apa ini yang dinamakan naluri seorang Istri?" pikir Angga. Melihat respon Riska setelah Siska datang, Angga jadi berpikir seperti itu.
Walaupun mereka sudah bersama sejak kecil. Namun, pernikahan ini bukanlah keputusan mereka. Jadi, tidak salah, jika Angga berpikir seperti itu.
~
Malam hari setelah pesta pernikahan. Kini tinggal keluarga besar yang berada di kediaman Angga.
"Angga, aku menyerahkan putriku padamu. Jagalah dia, jangan pernah sekali-kali kamu berani menyakitinya!" pesan Rosyad.
"Iya, Pa!" jawab Angga.
"Riska, sekarang kamu sudah menjadi seorang Istri, kamu harus menghormati Angga. Turuti semua perintahnya, selagi itu benar," pesan Rosyad pada putrinya.
"Sekarang Angga bukan hanya sekedar sahabat kamu, melainkan Angga kini menjadi Suami kamu," lanjutnya.
"Pa, Riska ikut Papa pulang saja ya," ucap Riska.
"Tidak bisa Riska! Sekarang kamu sudah menikah, jadi kamu harus mengikuti Suami kamu."
"Tapi nanti Papa sendirian di rumah, Papa pasti kesepian. Kita kan cuma tinggal berdua. Atau, Papa ikut tinggal di sini saja, ya, ya," bujuk Riska.
Riska mana tahan meninggalkan Papanya tinggal sendirian. Mereka hanya tinggal berdua selama ini. Sangat berat bagi Riska, jika harus meninggalkan Papanya sendiri.
Melihat Riska yang tidak ingin meninggalkan Papanya. Akhirnya Kakek Hadi memutuskan, agar Rosyad ikut tinggal bersama mereka.
"Kamu mulai sekarang tinggal di sini saja Syad," ucap Kakek Hadi.
"Tapi Om."
"Kalian tidak keberatan kan, Rosyad tinggal di sini?" Tanya Kakek Hadi pada anak dan menantunya.
"Tidak apa-apa, Yah," jawab Rahmat, Papa Angga.
"Kamu tinggal disini saja, lagian masih ada kamar kosong untuk kamu tempati. Riska juga pasti tidak akan tenang, jika harus meninggalkanmu sendiri," ucap Rahmat.
"Baiklah," jawab Rosyad. Setelah Rosyad pikir-pikir, tidak ada salahnya untuk tinggal disini, selain dia tidak terpisah dengan putrinya. Dia juga masih bisa melihat rumahnya kapanpun dia mau.
Meskipun rumah mereka hanya berjarak beberapa meter. Sebagai anak, Riska tetap tidak tega meninggalkan Papanya sendirian.
"Papa beneran mau tinggal disini?" tanya Riska antusias.
"Iya, lagian rumah kalau kamu tinggal juga hanya ada Papa, kalau Papa tinggal disini, Papa juga masih bisa balik untuk sekedar membersihkan rumah nanti," jawab Rosyad.
Riska langsung menghampiri Rosyad dan memeluknya dengan erat.
"Sudah, sudah! Kamu bukan anak gadis lagi, sekarang kamu sudah punya Suami," ucap Rosyad.
Riska memanyunkan bibirnya, mendengar ucapan Papanya.
"Oh ya Ga, nanti malam sudah bukan malam pertama lagi dong," bisik Fajar menggoda Angga.
Angga menatap Fajar kesal. "Diamlah!" ucap Angga pelan.
"Nggak asik banget sih. Toh kamu juga sudah pernah," jawab Fajar sambil menaik turunkan alisnya.
Angga mengabaikan Fajar yang duduk di sampingnya.
Masih segar diingatan Angga, bagaimana kecewa dan marahnya orang tuanya, saat Kakek menjelaskan tentang pernikahannya yang mendadak ini. Mamanya menangis, Papanya hanya diam saking marahnya.
Melihat kedua orang tuanya seperti itu, Angga tidak bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi. Bisa jadi, jika Angga menjelaskannya, itu malah akan membuat sang Papa semakin marah padanya, karena merasa di bohongi.
"Kamu harus segera menikahi Riska, Ga! Mama menyayangi kalian bertiga. Apalagi Riska yang sudah kehilangan Mamanya." Sofia menarik napas. "Kamu harus bertanggung jawab!" lanjut Sofia.
Mama Sofia adalah sosok yang lembut. Bahkan jika Sofia sedang bersama Riska, mereka akan terlihat seperti Anak dan Ibu, saking akrabnya.
"Woi, malah bengong." Fajar mengagetkan Angga yang malah terdiam.
"Apa?" tanya Angga.
"Benar-benar ini anak, mentang-mentang sudah sah, pikirannya jorok terus," kata Fajar.
"Idiot!" balas Angga.
Fajar tiba-tiba mendapat ide untuk menggoda Angga. "Kakek, Om, Tante. Sudah dulu ngobrolnya, pengantin barunya sudah tidak tahan," kata Fajar dengan keras sehingga, semua orang yang berada di sana langsung menatapnya.
Setelah beberapa detik dalam keadaan sunyi. "Benar, kita tidak seharusnya menahan pengantin baru begitu lama," ucap Kakek tersenyum memecah keheningan.
"Kalau begitu, Angga, bawa pengantinmu ke atas!" ucap Kakek.
Angga dan Riska yang mendengar ucapan absurd itu, wajahnya memerah. Tidak menyangka Fajar akan mengucapkan ucapan yang konyol. Parahnya lagi, Kakek malah meladeninya.
"Sana ke atas! Riska pasti juga sudah lelah," ucap Kakek lagi.
Mereka yang melihat pasangan pengantin baru itu malu-malu, malah menganggap mereka lucu. Walau bagaimanapun, mereka tahunya, mereka sudah kebablasan. Jadi, mereka menganggap reaksi mereka sekarang sangat lucu.
*

Book Comment (143)

  • avatar
    Ninaa

    seru bangettttt

    21d

      0
  • avatar
    Jebon Mat

    sangat menarik👍🤩

    19/02

      1
  • avatar
    Kau Lah Takdir Q

    semoga bermanfaat buat kita semua

    07/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters