logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

bab4. Ungkapan Hati Seorang Ayah

Kini, Angga dan Riska tengah duduk di dalam mobil. Mereka terdiam cukup lama, dengan pikiran yang berkecamuk.
Riska menatap rumahnya dengan perasaan takut. Dia sudah membayangkan Papanya akan mengamuk nanti.
Setelah beberapa jam Kakek dan Fajar pergi dari apartemen Angga. Mereka menghubungi Angga, memintanya agar segera datang ke rumah Riska, untuk menyelesaikan masalah ini.
Riska yakin, pasti Kakek sudah mengatakan kesalah pahamannya pada Papanya.
Tidak jauh berbeda dengan Riska. Angga juga merasa takut untuk berhadapan dengan Rosyad. Angga paham sekali dengan tabiat Papanya Riska itu. Selama itu berhubungan dengan Riska, Rosyad pasti akan bersikap protektif, tidak peduli kepada siapapun itu.
Rosyad tidak akan pernah membiarkan siapapun mengganggu Riska. Angga masih ingat, dulu, Angga dan Fajar pernah mengusili Riska hingga menangis. Akibatnya, bokong mereka berdua di pukul Rosyad dengan keras, hingga memerah.
Angga sudah berpikir macam-macam. Kesalahpahaman ini, pasti akan membuat Rosyad murka padanya.
Angga menoleh pada Riska. Dia melihat muka Riska yang tegang. Angga menyingkirkan perasaan takutnya, dan menggenggam tangan Riska, meyakinkannya. "Semua akan baik-baik saja."
"Ayo masuk!" ajak Angga.
"Aku takut Papa marah, Ga," jawab Riska.
Angga memahami ketakutan Riska, "aku yang akan bertanggung jawab, kalau sampai Om Rosyad marah."
Dengan Angga meyakinkannya, Riska akhirnya mau masuk ke dalam rumah. Riska tetap menggenggam tangan Angga, tidak mau melepaskannya.
"Om! Kakek!" sapa Angga begitu masuk ke rumah Riska.
Seperti yang diharapkan. Rosyad duduk sambil melipat tangan di dada, menatap tajam kedatangan mereka.
Meski merasa takut, Angga masih bisa menyembunyikannya dengan baik. Walau bagaimanapun, ini semua karenanya, sehingga kesalahpahaman ini terjadi.
Riska melihat ke arah Papanya yang sedang menatap tajam dirinya. Riska beringsut ke belakang Angga, tidak lupa tangan mereka masih saling menggenggam.
Rosyad melihat ke arah tangan mereka yang saling menggenggam, kini Rosyad semakin yakin, jika mereka memang bersama.
"Duduk Ga!" perintah Kakek.
Angga lalu duduk bersebelahan dengan Riska. Angga melihat Fajar yang hanya duduk terdiam sambil menatapnya.
"Seperti yang aku bilang tadi Syad, mereka harus dinikahkan segera," ucap Kakek.
"Hubungan mereka sudah terlalu jauh. Aku takut, mereka-" ucap Kakek menggantung.
"Kakek!" protes Angga.
Semua yang berada di sana, pasti paham akan maksud kelanjutan kata-kata Kakek.
"Sejak kapan?" tanya Rosyad singkat.
Jelas sekali, terlihat dari raut wajahnya. Dia kecewa, marah, merasa terkhianati oleh kelakuan Riska.
Walaupun sebenarnya itu hanya salah paham saja tetapi, Rosyad tidak tahu. Yang dia tahu, anaknya sudah melewati batas.
"Papa." Riska ingin menjelaskan yang sebenarnya terjadi tetapi, melihat raut wajah Papanya yang kecewa, Riska tidak berani lagi membuka suaranya.
"Kalian akan diam saja, tidak ingin menjelaskan padaku?" tanya Rosyad.
"Om, sebenarnya ini hanya salah paham-"
"Aku mengerti." Rosyad langsung memotong ucapan Angga.
"Benar apa yang dikatakan Om Hadi dan Fajar, mereka pasti akan mengelak," batin Rosyad kecewa.
"Om, minggu depan! Mereka akan menikah minggu depan," ucap Royad pada Hadi.
"Papa/ Om," ucap Angga dan Riska bersamaan.
"Keputusan Papa sudah final Ris. Kamu menikah minggu depan."
"Tapi Pa," protes Riska.
"Apa kamu akan terus mengecewakan Papa,Ris? Papa sudah cukup sakit hati mengetahui kelakuan kalian," ucap Rosyad penuh kekecewaan.
"Papa selama ini selalu menuruti kemauan kamu. Papa juga membebaskan kamu berteman dengan siapa saja, asal kamu bisa menjaga dirimu. Tetapi, apa yang sudah kamu lakukan kali ini, sangat menyakiti Papa, Ris," ungkap Rosyad sambil meneteskan air mata.
"Papa selalu menjaga kamu, sejak Mamamu meninggal, kamu adalah prioritas Papa. Apa yang kamu lakukan sekarang ini benar-benar membuat hati Papa sakit."
Riska tidak tahan lagi melihat Papanya menangis, apalagi Papanya menangis karenanya.
"Papa." Riska langsung berlutut, memeluk kaki Papanya sambil menangis.
"Dan kamu Ga, bukankah kamu sudah berjanji sama Om, kamu akan menjaga Riska. Om masih ingat dengan jelas, dulu kamu dan Fajar berjanji akan melindungi Riska. Kamu berjanji tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya. Om kecewa sama kamu Ga," kata Rosyad.
Angga tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Riska tidak berhenti menangis sambil memeluk kaki Papanya.
Mereka tidak tahu, kesalah pahaman ini akan membuat Rosyad begitu sakit hati.
Kakek Hadi merasa tidak enak hati, setelah mendengar ungkapan Rosyad. Karena dia, semua menjadi seperti ini.
Sebagai orangtua, dia juga pasti akan kecewa dan sakit hati. Mengetahui anak perempuan yang dijaganya, malah dirusak laki-laki lain.
"Tapi, inikan hanya salah paham. Aku percaya mereka tidak melakukan hal yang diluar batas. Namun, aku juga tidak bisa melepaskan kesempatan ini untuk memaksa Angga menikah. Maafkan Om, Syad," batin Kakek Hadi.
"Maaf, Om," ucap Angga.
Melihat Rosyad meneteskan air matanya, membuat Angga menelan kembali kata-kata yang sudah disusun di kepalanya.
"Angga siap menerima apapun keputusan Om. Angga akan menuruti ucapan Om." Angga memutuskan untuk tidak menambah sakit hati Rosyad.
"Meskipun kelakuan kalian salah, dan Om merasa kecewa, tapi Om tidak bisa memintamu meninggalkan Riska." Rosyad menarik napas dalam. "kalian akan menikah minggu depan," lanjut Rosyad.
Angga dan Riska, tidak berani, tidak mematuhi perintah Rosyad. Dengan terpaksa, mereka menerimanya.
"Baik Pa, Riska akan menuruti permintaan Papa," jawab Riska pasrah.
"Angga janji Om, Angga akan menjaga Riska seumur hidup Angga," ucap Angga.
*

Book Comment (143)

  • avatar
    Ninaa

    seru bangettttt

    21d

      0
  • avatar
    Jebon Mat

    sangat menarik👍🤩

    19/02

      1
  • avatar
    Kau Lah Takdir Q

    semoga bermanfaat buat kita semua

    07/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters