logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

bab3. Menikah

Fajar memukuli Angga dengan bantal sofa. Fajar merasa marah dan kecewa dengan apa yang telah dilakukan Angga pada Riska.
Fajar ingin sekali memukul Angga tetapi, walau bagaimanapun, mereka tumbuh besar bersama, membuat Fajar tidak tega jika harus membuat sahabatnya babak belur.
"Cukup Jar!" ucap Kakek.
Kini mereka berempat tengah duduk berhadap-hadapan. Angga dan Riska merasa takut dan tertekan dengan tatapan Kakek dan Fajar.
Riska yang sangat takut, menundukkan kepalanya, tidak berani menatap mereka.
"Jadi," ucap Kakek meminta penjelasan.
"Kakek, kan Angga sudah bilang tadi. Angga dan Riska tidak melakukan apa-apa. Sumpah," ucap Angga sambil mengangkat tangannya.
"Heh, tidak melakukan apa-apa? Terus maksudnya ini apa?" Fajar melempar alat kontrasepsi ke depan Angga.
Fajar benar-benar marah dan kecewa pada Angga. Mereka bertiga tumbuh besar bersama. Mereka juga berjanji akan menjaga Riska sampai dia menikah nanti.
"Fajar, kita benar-benar tidak melakukan apa-apa," jelas Riska.
"Riska, kamu tahu kan, aku selama ini menjaga kamu. Tidak apa-apa jika kalian memang saling mencintai, tapi kenapa kamu biarkan Angga merusak kamu juga," kata Fajar kecewa.
Riska sadar selama ini, betapa Fajar dan Angga sangat menjaganya. Namun, ini sungguh hanya kesalah pahaman yang tidak bisa dijelaskannya.
Perasaan Fajar sekarang seperti terkhianati. Yang paling membuat Fajar kecewa adalah, Angga yang melanggar janjinya untuk menjaga Riska.
"Fajar!" panggil Riska. Melihat tatapan penuh kekecewaan di matanya. Riska tidak berani lagi mengatakan lebih jauh.
"Jadi, sudah berapa lama kalian bersama?" tanya Kakek yang sedari tadi diam, melihat pertengkaran cucu dan sahabatnya.
"Kakek, kita benar-benar tidak bersama," jelas Angga.
"Siapa yang akan percaya dengan penjelasan kalian, setelah apa yang kita lihat dari awal masuk apartemen?" tanya Kakek.
"Angga, Kakek tidak pernah mengajarimu untuk tidak menghormati wanita."
"Kakek akan sangat malu, saat nanti bertemu dengan Sofyan."
Sofyan adalah Kakek Riska yang sudah meninggal. Mereka dulu sangatlah dekat.
"Kakek, jangan ngomong sembarangan!" bantah Angga. Setiap kali Kakeknya menyinggung tentang kematian, Angga sangat tidak suka.
"Kalian harus segera menikah!" putus Kakek.
Ucapan Kakek, sontak membuat ketiga orang lainnya terkejut. Mereka menatap Kakek untuk melihat, apakah Kakek bercanda atau serius.
"Kakek, aku nggak mau menikah sama Angga, Kek!" Riska menolak gagasan Kakek yang menyuruh mereka untuk menikah.
Kakek adalah satu-satunya sesepuh yang masih hidup diantara keluarga mereka bertiga, sehingga mereka sangat menghormatinya.
Keputusan Kakek kali ini, membuat mereka sangat dilema. Di satu sisi, mereka sangat menyayangi Kakek. Tetapi, untuk menuruti kemauan Kakek, mereka masih tidak yakin.
"Kakek akan bicara dengan Rosyad." Kali ini, keputusan yang diambil Kakek tidak main-main.
"Kakek, kita benar-benar jujur, kita tidak melakukan apa-apa Kakek. Ini semua salah paham." Riska masih mencoba untuk menolak gagasan menikah dengan Angga.
Dalam hidup Riska, tidak pernah terlintas sedikitpun pikiran, untuk menikahi salah satu sahabatnya.
"Apa kalian akan terus begini? Lebih baik kalian segera menikah. Jadi apapun yang kalian lakukan nanti sudah tidak dosa," terang Kakek.
"Akhirnya cucuku bisa menikah juga, apalagi Riska yang akan jadi cucu mantu ku," batin Kakek sangat bahagia.
Kakek sudah lama ingin Angga segera menikah, tapi cucunya itu benar-benar keras kepala. Setiap kali Kakek sudah mengungkit tentang pernikahan, Angga pasti akan segera mengalihkan pembicaraan atau kabur.
Kakek sebenarnya percaya dengan mereka. Tidak mungkin mereka melewati batas. Mereka dididik dengan ketat oleh orangtua mereka, jadi tidak diragukan lagi, mereka jujur. Sekarang ada kejadian seperti ini, Kakek dengan senang hati akan memanfaatkan kejadian ini, untuk memaksa Angga segera menikah. Bukan hal yang buruk, karena Riska tumbuh besar di bawah pengawasannya.
Fajar memikirkan ucapan Kakek. Ada benarnya juga menyuruh mereka untuk segera menikah. Hubungan Angga dan Riska sudah terlalu jauh.
Fajar mungkin akan percaya pada penjelasan mereka di awal, tetapi tidak, setelah Fajar menemukan alat kontrasepsi itu.
Bagi Fajar, alat kontrasepsi itu adalah bukti nyata, dan penjelasan Angga hanyalah alasan untuk menyangkalnya.
"Iya Kek, Fajar juga setuju mereka menikah," kata Fajar tiba-tiba.
Kata-kata Fajar membuat Riska ingin menangis. Riska seperti wanita yang teraniaya, karena tidak ada yang percaya padanya.
Riska menatap Fajar dengan mata berkaca-kaca. Berharap Fajar akan merasa iba padanya, biasanya jika Riska sudah seperti ini, Fajar pasti akan menurutinya.
Fajar yang melihat mata Riska sudah berkaca-kaca, merasa tidak tega. Namun mengingat apa yang sudah mereka lakukan, Fajar akan tetap setuju untuk mereka menikah.
"Tidak perlu menunjukkan wajah seperti itu Ris, aku akan tetap mendukung keputusan Kakek, untuk kalian menikah." Fajar membuang muka, tidak tahan dengan tatapan tidak berdaya dari Riska.
"Ayo Jar, kita kembali dulu, lalu kamu temani Kakek untuk menjelaskan situasinya pada Rosyad. Kamu akan menjadi saksi atas perbuatan mereka," ucap Kakek berpura-pura marah.
"Ayo Kek." Fajar berdiri mengikuti Kakek keluar dari apartemen Angga.
Setelah kepergian Kakek dan Fajar. Dua sejoli itu, kini tengah terdiam duduk di sofa. Merenungi kejadian yang terjadi hari ini.
"Angga, kenapa bisa ada ini?" tanya Riska menunjukkan satu kotak alat kontrasepsi yang ditemukan Fajar tadi.
Angga melihat alat kontrasepsi itu. "Aku juga tidak tahu," jawab Angga bingung.
Seumur hidupnya, Angga tidak pernah menyentuh barang itu, tapi tiba-tiba barang itu ada di apartemennya.
"Jangan-jangan kamu yang punya ya?" Riska melempar alat kontrasepsi itu ke lantai.
"Jahat kamu Ga! Kalau kamu udah punya pacar, kenapa malah minta bantuan aku segala, sampai-sampai Kakek sama Fajar salah paham dengan kita." Riska meraung, memukuli badan Angga.
"Sumpah Ris, itu bukan punya aku. Aku juga tidak tahu itu punya siapa," jelas Angga sambil menghindari pukulan Riska.
"Bohong! Itu pasti punya kamu," tuduh Riska.
"Bukan punyaku! Masa, kamu tidak mengenalku sih Ris," jawab Angga tidak terima dengan tuduhan Riska.
"Kalau bukan punyamu, terus kenapa bisa ada di sini?"
Angga mencoba mengingat-ingat, tidak mungkin dia yang punya, membelinya saja tidak pernah.
Melihat Angga diam, Riska berucap, "Jika bukan punyamu, berarti punya orang lain, siapa yang ke sini belakangan ini?"
Angga mengingat-ingat, siapa yang datang ke apartemennya belakangan ini. Angga kemudian ingat, kemarin malam Randy menginap di sini. Mengingat tabiat Randy yang sering main perempuan, barang itu pasti miliknya.
"Randy," teriak Angga menggebrak meja.
"Ada apa dengan Kak Randy?" tanya Riska bingung.
"Itu milik Randy, kemarin malam dia menginap di sini," ucap Angga.
"Jadi gara-gara Kak Randy, kita bakalan di nikahkan?" Riska berteriak tidak terima.
Riska yang memang sudah mengetahui tabiat Randy, percaya jika alat kontrasepsi itu miliknya.
Jika bukan karena Fajar tadi menemukan benda terkutuk itu, mereka pasti percaya pada mereka, dan mereka tidak akan disuruh menikah. Angga juga bukan orang yang setiap hari akan membersihkan apartemen. Angga hanya akan membersihkannya seminggu dua kali.
"Angga, ini terus bagaimana? Aku belum mau menikah."
Riska ingin menyalahkan Angga atas semua ini, tapi Riska sadar, dia dengan sukarela mau membantu Angga.
Angga terkejut melihat Riska yang menangis, berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya di lutut.
Angga memeluk Riska."Tidak apa-apa, apapun yang terjadi, aku pasti akan melindungi kamu," ucap Angga menenangkan Riska.
*

Book Comment (143)

  • avatar
    Ninaa

    seru bangettttt

    21d

      0
  • avatar
    Jebon Mat

    sangat menarik👍🤩

    19/02

      1
  • avatar
    Kau Lah Takdir Q

    semoga bermanfaat buat kita semua

    07/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters