logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
Perdebatan panjang antar Pak Salman dan istrinnya, membuat diri Riana semakin tidak nyaman atas semua kebaikan yang dilakukan oleh keluarga ini. Bu Ami yang berusaha keras memekasa Riana untuk tetap tinggal di sini sampai bisa menyelesaikan kuliahnya. Akan tetapi, Riana sudah memuuskan dan tidak akan bisa tinggal lebih lama di dalam keluarga ini.
“Mbak, kalau Mbak Riana pergi Maira jadi tidak punya teman lagi di rumah,” keluh Maira, gadis remaja kelas 12 SMA ini.
Tidak sengaja tadi dirinya mendengar Riana yang akan meninggalkan rumah ini. Saat ini, Maira sedang berada di dalam kamar Riana yang sedang bersiap mengemas pakaian yang tidak terlalu banyak untuk dibawanya.
“Maira, kan, ada Mbak Pur. Jadi Maira akan ditemani Mbak Pur nanti saat dirumah,” hiburnya pada Maira yang cemberut.
“Iya, Ri. Ibu juga kelihatan sangat sayang sama kamu. Kenapa kamu tidak tinggal saja di sini,” Mbak Pur terlihat baru datang ikut membujuk Riana untuk tetap tinggal di Sini.
“Maafin Ri, ya, Mbak. Tapi, Ri tidak bisa. Ri harus tetap pergi, karena ada banyak sesuatu yang harus Riana urus,” ucapnya meminta maaf. Merasa tidak enak karena orang-orang yang ada di sekitar dirinya sangat memperdulikan dirinya.
Maira terlihat sangat murung dan sedih atas keputusan yang diambil oleh Riana. Dirinya sudah nyaman bersama dengan Riana beberapaa minggu terakhir. Harus kehilangan dengan sosok yang sangat bisa diharapkkan untuk menjadi seorang kakak baginya.
Davin selalu sibuk dengan urusan restorannya. Membuat dirinya yang jarang berada di rumah dan bercengkerama dengan sang adik. Bahkan, sampai sekarang pun Danis belum keluar dari dalam kamarnya. Hal yang biasa dilakukan olehnya, jika libur di kantornya. Danis akan mengurung diri seharian untuk tidur di kamar pribadinya.
Pak Salman dan Istrinya tidak mengambil pusing akan sikap yang dimiliki oleh anak lelakinya. Mereka sejujurnya menginginkan Danis untuk menekuni Dunia pendidikan, tapi Danis menolaknya. Danis lebih suka dengan dunia bisnis kuliner, karena kecintaannya pada kuliner sehingga mendorong dirinya untuk membuka sebuah restoran yang sudah berkembang pesat. Bahkan, restoran yang dimiliknya, sudah merambah kebebarapa kota besar. Seperti, Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Jogjakarta.
“tapi, Mbak janji ya. Kapan-kapan harus main ke sini lagi. Nanti, temani Maira jalan lagi dan kita ajak Mbak Pur juga. Ya, Mbak. Mau kan!” pinta Maira dengan sangat antusias.
Riana menganggukkan kepala menyetujui keinginan remaja 18 tahun tersebut. “Iya, nanti Mbak akan main ke sini lagi,” ucapnya yang mendapatkan tanggapan bahagia dari Maira.
“Ya sudah, Mbak mau pamit sama Bapak dan Ibu dulu, ya.” Ucapnya berpamitan pada Maira dan Mbak Pur yang berada di dalam kamarnya.
Riana menemui Pak Salman dan Bu Ami yang sedang ada di dalam kamar ditemani oleh Maira. Bu Ami memberikan sejumlah uang untuk bisa digunakan oleh Riana. Riana menolak pemberian yang diberikan oleh Bu Ami, tapi Bu Ami tetap memaksanya. Dengan terpaksa Riana menerima pemberian yang diberikan oleh Bu Ami kepadanya.
Setelah Riana meninggalkan keluarga Pak Salman, ia kembali ke rumah sederhananya. Riana berencana pergi ke kampus untuk mengurus administrasi kampus. Riana berencana untuk mengajukan cuti kuliah pada Kajur yang menanungi jurusannya.
“Ri, kamu serius mau menunda kuliahmu?” tanya Desi, teman satu jurussan sekaligus sahabatnya.
Tidak sengaja mereka bertemu di koridor kampus saat Riana hendak menuju ke ruang Kajur. Riana berencana untuk tidak memberitahukan rencana mengambil cuti kuliah. tapi pertemuan dirinya dengan Desi, membuat dirinya untuk berkata jujur pada temannya itu.
“Iya, aku sudah memikirkan semua keputusanku. Maafin aku ya, aku harus mengambil keputusan ini. Aku harap kamu bisa mengerti akan keputusan yang sudah aku ambil,” pintanya memelas supaya temannya itu tidak marah pada dirinya.
“Memang kamu mau kemana, sih?” tanyanya penasaran pada Riana.
Riana tersenyum, berusaha bersikap tenang supaya Desi tidak terlalu mengkhawatirkannya. Menggeleng sambil tersenyum berusaha menutupi semua permasalahan hidupnya. “Nggak kemana-mana. Aku hanya mau nyari pekerjaan dulu, supaya bisa tenang nyari duit nanti bisa fokus kuliah.”
Desi tidak banyak bertanya lagi akan keputusan yang diambil oleh temannya. Desi menyadari kesulitan hidup yang dihadapi oleh Riana. Berkeinginan membantu, tapi dirinya juga yang masih dibantu oleh kedua orang tuanya dalam membiayai kuliah.
Selesai melakukan segala urusan tentang kuliah. Riana berencana untuk pergi ke Kota Yogyakarta. Saat ini dirinya sudah berada di Terminal Cicaheum Kota Bandung untuk mencari tiket Bus keberangkatan ke Yogyakarta. Riana memesan satu tiket Bus dengan waktu keberangkatan pukul tujuh malam.
“Ma, Pa. Maafin Riana ya, harus meninggalkan rumah ini sementara waktu. Riana hanya ingin tenang dulu.” Ucapnya bermonolog pada bingkai foto yang terdapat kedua orang tuanya sebelum dirinya memasukkan ke dalam tas ransel yang akan di pakainya.
Waktu menunjukkan pukul lima sore, Riana menuju ke rumah sederhananya untuk menyiapkan segala keperluan yang akan dibawanya. Riana berangkat menuju terminal sebelum magrib untuk melakukan cek out keberangkatan sebelum waktu keberangkatan dilakukannya. Saat terdengar sara adzan magrib Riana melakukan sholat magrib di musholla kecil yang berada di terminal. Setelah menyelesaikan sholatnya, Riana mencari bus yang akan ditumpanginya. Bus Pahala Kencana jurusan Bandung Yogyakarta yang akan membawa dirinya menuju Kota Pelajar di Indonesia.
Riana yang sudah berada di dalam bus, menunggu sepuluh menit waktu keberangkatan yang akan ditempuhnya menuju Yogyakarta selama 10 jam perjalanann. Riana yang masih menerawang takdir yang di alaminya, hingga membuat keputusan untuk meninggalkan kota yang memebesarkan dirinya. Berharap mendapatkan ketenangan pada bathin dan mmelupakan semua permasalahan hidupnya.
Melakukan perjalanan Bandung menuju Yogyakarta selama 10 jam membuat dirinya lumayan merasakan lelah. Riana yang belum mengetahui tempat yang akan menjadi tujuan dirinya yang datang pertama kali di sana. Pukul enam pagi bus yang ditumpangi Riana sampai d isalah satu terminal induk atau terminal bus terbesar yang bernama Terminal Giwangan di Kota Yogyakarta. Menapaki kaki di tempat yang baru pertama kali dirinya kunjungi. Riana mencari keberadaan toilet umum untuk bisa cuci muka terlebih dahulu.
“Bapak, maaf saya mau nanya! Kalau tempat koss yang dekat daerah sini ada dimana ya?” tanyanya pada penjual bubur yang saat inii dirinyya sedang sarapan pagi di pedagang bubur tidak jauh dari terminal.
“Mbaknya baru datang ke sini ya?” tanyanya pada Riana.yang mendapat jawaban anggukan darinya.
“Iya, Pak. Saya baru sampai di sini. Rencana mau mencari pekerjaan di sini dan mencari tempat kos dulu,” jawabnya pada penjual bubur.
“Nanti, mbak naik ojeg saja ke Daerah Ngebleng. Di banyak kos-kosan yang disewakan, nanti Mbak bisa bertanya-tanya di sana,” jawab Bapak tukang bubur.
“Iya, Pak. Terima kasih banyak ya, atas informasinya,” Riana memberikan senyumm ramah dan senangnya akan informasi yang diperolehnya.
Beberapa menit berkendara menuju Daerah Ngebleng, akhirnya Riana sampai di tempat kos yang di tujunya. Menyelesaikan pembayaran pada tukang ojek yang dinaikinya. Riana berbalik ddan berjalan sambil memsukkan kembalian ojek ke dalam kantong tasnya.
“Brakk,” suara barang berjatuhan akibat tabrakan yang tidak sengaja terjadi.

Book Comment (68)

  • avatar
    JulianAgil

    di bikinin film atau sinetron kek nya rame deh kak dari ceritanya menarik dan buat penasaran buat si penontonnya, apalagi di bikin sinetron yang bisa bikin geger emak emak, sukses selalu ya kak, semangat jugaa bikin cerita nya ya kak bikin cerita semenarik mungkin, semoga ajh ada sinetronnya haha aamiin sukses kak💐💐

    11/02/2022

      0
  • avatar
    Pandalucu

    keren

    5d

      0
  • avatar
    LiaNova

    bguss cerita nya

    10d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters