logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

MENERIMA TAKDIR

MENERIMA TAKDIR
Pagi ini Mbak Pur sudah kembali dari kampung halamannya. Ibu Mbak Pur sudah bisa ditinggal dan kesehatannya juga semakin membaik. Sehingga, dirinya memutuskan kembali ke Bandung untuk bisa bekerja kembali. Hari ini atau lusa, Riana memutuskan untuk berhenti bekerja di keluarga Pak Salman. Hari ini juga, menjadi hari yang membuat dirinya bagai seorang sampah yang tiddak memiliki atrti lagi dalam hiidupnya. Sebuah kejadian yang sangat kelam dalam hidupnya, dilaluinya semalan atas perbuatan Danis padanya.
Setiap manusia memiliki ujian dan takdirnya masing-masing. Ujian terberat yang terjadi pada Riana saat ini adalah saat kehormatan yang selalu dibanggakan hilang begitu saja. Melewati berbagai macam ujian, dari kedua orang tuanya meninggal, bekerja serabutan untuk menyambung hidup dan biaya pendidikan sudah biasa dia lakukan.
Keluar dari pintu kamarnya, bersamaan dengan Mbak Pur yang sudah mmenutup kembali pintu kamarnya. Mereka akan menuju dapur untuk menyiapkan sarrapan pagi. Pak Salman, Bu Ami dan Maira yang akan segera pulang di pagi ini. Setidaknya, mereka telah menyiapkan sarapan untuk mereka sebelum mereka sampai di rumah.
“Ada bahan apa saja Ri di kulkas?” tanya Mbak Pur yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Saat Riana baru saja menutup pintu kamarnya hendak menuju ke dapur.
“Ada telur, bakso, sayur cesim dan ikan, Mbak.”
“Ya sudah, kita buat sarapan nasi goreng saja ya,” ajaknya.
“Sepertinya masih ada jagung manis juga deh, Mbak.” Ucap Riana yang sambil mengingat-ingat isi di dalam kulkas majikannya itu.
“Berarti kita buat bakwan jagung juga, ya,” ucapnya. Kemudian berjalan bersama menuju ke dapur keluarga besar Anggara.
Dapur yang sangat mewah dengan dilengkapi furniture mewah mendominasi seluruh dapur beserta perabot mewahnya. Riana dan Mbak Pur memasak nasi goreng dan membuat bakwan jagung bersama. Terlihat mereka yang saling mengobrol bersama. Riana dengan tenang dan diam mendengarkan cerita dari Mbak Pur. Mbak Pur bercerita banyak pengalamannya selama berada di kampung halamannya. Membuat Riana merindukan kampung halaman dan kedua orrang tuanya. Andai saja mereka masih ada, mungkin Riana akan sering mengunjungi kampung halaman kedua orang tuanya.
Ting tong
suara bel rumah berbunyi, mengalihkan perhatian Riana dan Mbak Pur yang sedang memasak. menunjukkan adanya seseorang yang datang berkunjung.
“Aku buka pintu sebentar ya, Mbak,” pamitnya pada Mbak Pur yang mendapatkan anggukan darinya.
“Iya, sana buka pintunya. Mungkin Ibu dan Bapak yang sudah sampai,” perintahnya pada Riana untuk membukakan pintu.
Riana berjalan ke pintu, dilihatnya kedua majikannya sudah kembali dari luar kota untuk urusan dinasnya. Riana membawakan koper bawaan Bu Ami untuk dibawa masuk menuju ke dalam kamarnya. Terlihat Maira dengan muka lelah beranjak menuju kamarnya setelah menyapa Riana. Pak Salman dan istrinya yang langsung menuju ke ruang tengah yang menjadi saksi bisu kejadian dirinya semalam atas apa yang telah diperbuat Danis semalam.
Diperhatikan ruang tengah yang tampak rapi tidak seperti semalam dengan pakaian yang berserakan di lantai dan di atas sofa. Hal itu, menandakan jika Danis telah membereskan semua sisa kenikmatan durjana yang telah diperbuatnya sebelum beranjak dari ruang tengah tersebut.
“Ri, Buatkan Ibu dan Bapak teh hangat ya,” pinta Bu Ami yang sedang duduk berdua di sofa ruang tengah.
“Iya, Bu. Saya buatkan sebentar,” jawabnya sopan, kemudian beranjak menuju dapur untuk membuatkan teh hangat. Meninggalkan ruang tengah ynag menjadi saksi bisu perbuatan Danis semalam pada dirinya.
Setelah teh yang dibuatnya selesai, Riana mengantarkan pada Bu Ami dan Pak Salman yang masih duduk santai di sofa ruang tengah.
“Silahkan diminum Bu, tehnya,” ucapnya mempersilahkan teh yang disuguhkannya untuk segera di minum.
“Terima kasih ya, Ri.” ucap Bu Ami pada Riana.
“Sama-sama, Bu.” Jawabnya sambil beranjak hendak ke dapur.
Saat beranjak hendak kembali ke dapur, Bu Ami bertanya pada Riana tentang keberadaan anak lelakinya. “Oh ya, Ri. Davin ada di kamarnya? Semalam dia pulang, kan?”
Dengan gugup dan ragu Riana akan menjawabnya. Mengatur degap jantungnya untuk bisa bersikkap senormal mungkin. “Ada, Bu. Mas Danin ada di kamarnya. Semalam pulang sekitar jam setengah satu. Mungkin sekarang masih tidur,” jawabnya dengan setenang hati untuk menutupi kegugupannya.
“Mbak Pur juga sudah datang kok, Bu. Sekarang sedang di dapur membuat sarapan,” Riana memberitahukan pada Bu Ami. Bahwa, Mbak Pur yang sudah kembali dari kampung halamannya.
“Oh, syukurlah. Berarti ibu Mbak Pur sudah sehat ya, makanya bisa cepat kembali ke sini,”
“Iya, Bu. Ibu Mbak Pur Alhamdulillah sudah sehat. Makanya sudah bisa ditinggal dan balik lagi ke sini,” ucapnya sopan.
Terlihat Pak Salman yang sedang sibuk membuka Ipad kerjanya. Sesekali memberikan senyum ramahnya pada Riana. Riana segera beranjak menuju ke dapur untuk membantu Mbak Pur menyiapkan sarapan.
“Mbak, Ri mau bicara sebentar,” pintanya pada Mbak Pur setelah mereka selesai membuat sarapan pagi.
“Ada apa, Ri?” jawab Mbak Pur heran.
Dengan keraguan Riana mengungkapakan keinginannya. “Mbak, Riana nanti mau pamit ya. Mbak Pur juga sudah kembali, jadi Riana nanti akan meminta izin pada Ibu jika Riana akan berhenti bekerja di sini.”
Mbak Pur terlihat terkejut dengan permintaan Riana. “Lah, memang kenapa Ri? Ibu dan Bapak sepertinya tidak mempermasalahkan kamu bekerja di sini. Jadi, menurut Mbak apa nggak sebaiknya kamu di sini aja dulu.” Mbak Pur memberikan masukannya pada Riana.
Riana menggeleng, bagaimana mungkin dia bisa tetap berada di sini. Keinginan untuk memulai semua dari awal dan meninggalkan rumah ini menjadi tujuan awalnya saat ini untuk memulai kehidupan barunya kembali.
“Riana sudah memikirkan semuanya, Mbak. Udah banyak rencana yang harus Ri lakukan,” jawabnya.
“Mbak nggak bisa memaksa kamu, Ri. Mbak akan senang jika kamu tetap di sini biar Mbak ada teman. Tapi, semua keputusan kamu nggak bisa Mbak paksakan,”
“Iya, Mbak. Terima kasih banyak ya, sudah membantu Riana sampai di sini.”
“Iya, sama-sama. Mbak yang semestinya berterima kasih pada kamu. Mau membantu Mbak menggantikan pekerjaan, Mbak.”
“Iya, Mbak. Nanti, Ri akan bilang pada Ibu dan Bapak untuk meminta izin sekalian berpamitan,”

Book Comment (68)

  • avatar
    JulianAgil

    di bikinin film atau sinetron kek nya rame deh kak dari ceritanya menarik dan buat penasaran buat si penontonnya, apalagi di bikin sinetron yang bisa bikin geger emak emak, sukses selalu ya kak, semangat jugaa bikin cerita nya ya kak bikin cerita semenarik mungkin, semoga ajh ada sinetronnya haha aamiin sukses kak💐💐

    11/02/2022

      0
  • avatar
    Pandalucu

    keren

    5d

      0
  • avatar
    LiaNova

    bguss cerita nya

    10d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters