logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Mungkin suatu hari nanti

"Krriiiing... Krriiiing... Krriiiing" HP Rainna berdering. Rainna bergegas mengambil ponselnya yang berada didalam saku celananya itu, saat ia melihatnya ternyata ada panggilan dari Ravi kakaknya. Rainna tak berlama-lama langsung mengangkatnya. " Haloo iya kak."
" Kamu lagi dimana? Kampus?" Tanya Ravi.
" Iya kak, kenapa?"
" Oh iya sudah nanti hubungi kakak ya kalau ada waktu luang!"
" Oh iya baiklah, habis ini saja aku telpon kakak, aku juga masih terlalu pagi ke kampusnya."
" Okey, aku tunggu ya Na!" Ravi langsung menutup telponnya.
Rainna terdiam sejenak sembari berkata dalam hatinya " pasti membicarakan perceraian Ibu dan Bapak." Lily meliriknya yang sedang terdiam itu, ia pun langsung berkata sambil memakan pecelnya " Aku pikir orang aneh itu yang telpon! Kira-kira masih hidup gak ya dia?"
Rainna pun tersentak sedikit kaget "Oh, bukan! Barusan itu kakakku yang telpon. Iya masih mungkin, kami sudah putus!" Sambungnya sambil mengunyah nasi pecel.
Rainna pun bercerita kepada Lily dengan santai sembari makan," kata dia wanita seperti ku ini berserakan di jalanan jadi jangan banyak gaya, jangan sok kecantikan, aku harus banyak-banyak bercermin."
Lily yang awalnya semangat memakan nasi pecelnya itu, tiba-tiba ia berhenti menyendok makanannya ia pun kaget saat teman baiknya itu bercerita," hah, apa katamu?! Wahh gila dia memang, engga tau malu, parah banget!"
Sambil tersenyum lalu mengambil teh hangat "Yah, sudah lah biarkan! Biarkan dia tetap hidup! Tidak perlu bertemu lagi dengannya sudah cukup!" Gumam Rainna sambil sedikit menyeruput teh yang diambilnya tadi.
Lily sejenak terdiam melihat temannya itu, yang masih bisa tersenyum saat bercerita kepadanya, namun senyumannya itu pasti menyimpan kesedihan yang teramat. Tiba-tiba Lily memeluknya sambil berkata "Sudah gak papa Rainna, you're the best, dia yang gila! Orang yang sok ganteng seperti dia memang gak pantas buat kamu! Seharusnya dia juga malu dengan umurnya yang sudah tua begitu masih berbicara layaknya anak SD."
Rainna tersenyum dan berkata "Yah, sudahlah! Yang dikatakan dia mungkin ada benarnya, aku ini kan engga cantik, engga putih, dan yah begitulah!" Ia enggan untuk meneruskannya kembali.
" Hei... Kata siapa kamu ini engga cantik? Kamu itu cantik, tinggi langsing, rambut lurus indah, kulit eksotik, kamu itu antrian para bule bule! Yang lebih tampan dari Eden. Sudah jangan mikirin omongan orang sinting macam dia tu!" Timpal Lily dengan semangat, agar temannya itu tidak terus berkecil hati.
"Iya nduk, wong kayak sampean itu, manis kereta api, banyak yang ngantri!" Sahut ibu tukang nasi pecel ikut menghibur mereka.
Sambil tertawa bersama " Hahaha, berapa bu semuanya?" Tanya Rainna bertanya untuk segera membayarnya.
" Dua puluh ribu nak!" Sahut Ibu penjual. Kami pun langsung membayarnya, lalu bergegas masuk kampus.
-Kampus -
Sesampainya di koridor depan Rainna berhenti sejenak dan berkata kepada Lily "Oh iya, aku akan telpon kakakku sebentar digaleri ya! Kamu naiklah ke kelas duluan!"
" Oh Okey, baiklah", sahut Lily lalu berjalan menuju ke kelas perkuliahan.
" Tuuut.. tuuut.. tuuut"
" Haloo." Terdengar suara kakak yang begitu lemas. Rainna terdiam merasakan yang sebenarnya Ravi rasakan.
" Haloo iya kak kenapa?"
" Kamu pasti sudah menerima kabar itu kan?"
Rainna dengan tegarnya menjawab pertanyaan kakaknya itu " Oh iya, sudah kak."
Tanpa bertanya kembali Ravi pun mengetahui apa yang dirasakan adiknya karena mereka berdua sama-sama merasakan sakitnya, akan tetapi Ravi pun sama seperti Rainna tak ingin menunjukkan dan berusaha mengatakannya dengan hati yang lapang. " Kamu pasti sedih kan, kakak pun sama, tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin dengan cara ini mereka bisa bahagia."
Rainna tertunduk saat mendengarkan kakaknya, namun ia hanya seorang anak yang berhati rapuh sehingga dengan suara yang bergetar menahan air mata yang akan keluar sambil bertanya kepada Ravi " Apa karena kita?".
Ravi terdiam, merasakan semakin sakitnya perasaan dia setelah mendengar pertanyaan itu dari mulut Rainna, ia pun dengan tegas menepisnya agar adiknya itu tidak terlalu sedih " Jangan menyalahkan diri kita! Kakak pun tak tahu jelasnya kenapa? Mereka memilih tidak mau menjelaskan kepada kita."
Dengan sedikit sebal sambil menahan air matanya Rainna menyahuti kakaknya" Iya dengan ketidakjelasan mereka, membuat kita menjadi menyedihkan seperti ini!" Nadanya bergetar.
Ravi tak ingin terpancing dengan kesedihan adiknya, jika ia terpancing tak ada yang saling menguatkan pada mereka. Dengan sabar Ravi berkata pada Rainna " Sabarlah sedikit lagi! Kakak akan selalu ada meskipun kakak tidak berada disana. Jadi tolong, jangan bersedih!" Pinta Ravi kepadanya.
Rainna diam, menahan agar ia tidak menangis akan tetapi air mata itu berhasil keluar untuk membasahi pipinya, " Iya kak, kakak juga tetap kuat disana! Meskipun kita jauh namun aku akan selalu mendukung kakak." Nadanya yang gemetar saling menguatkan diri dan juga untuk kakaknya.
" Baiklah! Belajarlah yang rajin! Kamu juga akan melaksanakan ujian akhir semester kan?". Ucap Ravi yang semangat agar adiknya tidak bersedih kembali.
Rainna pun sudah merasa sedikit tenang " Iya kak dua Minggu kedepan, kakak juga bekerjalah dengan semangat!" Sambung Rainna.
Ravi tersenyum dan berkata " Baiklah! Baik-baik disana, aku menyayangimu!"
" Iya kak, kakak juga jaga kesehatan! Aku juga menyayangi kakak!" Percakapan via telepon Rainna dan kakaknya pun berakhir.
Setelah telpon berakhir Rainna terdiam menatap ponselnya "Sejauh yang ku ingat hidup tak pernah ramah kepada kami! Kita berdua pun sama sekali tidak keberatan, entah sampai kapan? Kita berdua pun juga tidak tahu." Gumamnya dalam hati. Ia pun mendongakkan kepalanya menatap langit yang cerah pagi ini, Rainna bergumam kembali dalam hatinya "Kita hanya perlu tinggal dan terus melangkah maju selama kami bisa! Mungkin suatu hari nanti, kami akan sama-sama kembali menjadi baik-baik saja!."
Setelah itu Rainna berkuliah seperti biasanya, mengerjakan tugas kelompok dan tugas-tugas lainnya. Ia terus berusaha menyibukkan dirinya agar masalah yang dihadapinya terlupakan sejenak, meskipun ia masih merasakan sedih karena masalah yang menumpuk kemarin, ia tetap berusaha untuk menutupi semuanya dari teman-teman lainnya, seperti ikut bermain dengan mereka, ikut nongkrong, sharing dan melakukan kegiatan kerohanian juga.
Seiring berjalannya waktu ia pun luput dari kesibukannya setiap hari, setiap harinya pun berjalan seperti biasanya, akan tetapi ketenangan itu pun tiba-tiba terusik oleh sosok yang menjengkelkan yang menelepon Rainna. " Krriiing.. krriiiing.. krriiiing.."
Mendengar ponselnya berdering Rainna pun mencoba melihatnya sebentar untuk mengetahui siapa yang meneleponnya, ia mengambil ponsel yang berada dalam tasnya itu saat ia melihatnya ternyata itu dari Eden, ia pun menghela nafas panjang. "Kenapa dia menghubungiku lagi sudah jelas hubungan kita sudah putus dan berakhir seminggu yang lalu." Gumamnya dalam hati. Tanpa berpikir ia pun langsung menghapus nomornya, enggan untuk melihat nama itu lagi dalam ponselnya, akan tetapi tiba-tiba satu pesan masuk.
["Apa maksudnya kamu engga mengangkat telpon ku dek, wah ternyata kamu itu benar-benar sok ya, engga nyangka aku, sok jual mahal! Sok kecantikan banget emang nih perempuan!"] Pesan singkat yang masih saja terus menyakitinya meski hubungan mereka sudah berakhir.
Rainna hanya tersenyum membacanya dan ia pun tak membalas pesan darinya, meski sedih membacanya karena dia terus menghina seperti itu, tetapi ia merasa bersyukur dan sedikit lega karena sudah putus dari lelaki itu. Rainna sangat berharap pria itu tidak lagi muncul dan mengganggunya lagi. "Sudah cukup, terimakasih atas semuanya!" Batinnya lalu memblokir nomornya.
Rainna bergegas untuk pulang ke kosan karena hari semakin sore, dan ia pun sudah cukup lelah dengan kesehariannya di kampus.
Setelah itu beberapa bulan setelahnya ia pun terus menerus menyibukkan diri dan jarang cepat pulang ke kosan, Rainna tak ingin air matanya keluar karena perceraian kedua orang tuanya dan lelaki aneh itu.
Rainna terus mengingat kata-kata kakaknya! Yang menyuruhnya untuk terus bersabar sedikit lagi! Tetap kuat menjalani semuanya! Rainna percaya meskipun ia sendirian di kota ini, jauh disana ada Ravi yang terus mendukung dan mempercayainya. Cukup bertahan sedikit! Agar semua kembali menjadi baik-baik saja dan bahagia kelak!
-----

Book Comment (13)

  • avatar
    RdpSukamto

    bagus banget

    23/06

      0
  • avatar
    DiantoYaasss

    bagus

    08/04/2023

      0
  • avatar
    Afifah Abdullah

    ok faham

    31/03/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters