logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 Menyelidiki

Tok tok tok
Pagi - pagi Citra mengetuk pintu rumah kediaman keluarha Reno.
"Assalamu alaikum," uacapan salam dari Citra.
"Waalaikum salam," jawaban wanita paruh baya dan membukakan pintu.
Ceklek
"Citra, syukurlah kamu datang hari ini," Bu Risma tampak senang melihat Citra datang berkunjung.
"Memangnya ada apa tante? Sepertinya ada yang mau diucapkan," kata Citra. Citra melihat sepertinya bu Risma ingin menyampaikan sesuatu.
"Reno mengirimkan surat untukmu, dia kangen denganmu." Bu Risma memberikan kabar bahagia pada Citra.
Deg.
Perasaan Citra mencelos
"Maaf, tante. Citra senang sekali mendapat kabar tentang Reno, itu artinya Reno masih mencintai Citra. Namun sekaramg Citra, hikss," tiba - tiba Citra menangis di depan bu Risma.
"Kamu kenapa, Citra? Apa Reno berbuat salah padamu?" Bu Risma semakin terkejut melihat Citra mennagis di depannya.
"Citra dijodohkan, tante. Citra bingung, antara menerima atau tidak. Citra tak ingin membuat mereka semua bersedih tapi itu sama saja membunuh perasaan Citra untuk Reno," Citra menangis di pelukan Bu Risma.
"Kamu, tenanglah! Mungkin ini suratan takdirmu, nikmati dan jalani. Tante tak bisa memaksamu, tapi tante ingin kamu menjadi wanita yang tegas. Jika memang harus menerima perjodohan karena ingin membuatmu bahagia, silahkan! Bukankah hidup juga ingin membuat semua orang bahagia! Mungkin seiring berjalannya waktu rasa cinta itu akan timbul" bu Risma menasehati dan membelai rambut Citra.
"Tapi, Citra masih mencintai dan siap menunggu Reno, tante."
"Urusan jodoh serahkan pada Allah. Berjodoh dengan siapapun kita tak akan sanggup menolaknya bukan?" Kembali bu Risma memberi pengertian pada Citra.
"Tapi tante---
"Jalanilah jika memang kamu harus melakukannya, sebagai anak masih berkewajiban untuk berbakti pada orang tua," tukas bu Risma.
"Apa berbakti pada orang tua itu termasuk menerima perjodohan, tante? Citra tak sanggup, hikss," Citra kembali terisak di pelukan bu Risma.
"Kamu wanita yang tegas, tante yakin kamu pasti bisa menghadapinya."
"Sepertinya kamu akan pergi bekerja, Cit," pungkas bu Risma.
"Iya tante, sebelum berangkat bekerja Citra sempatkan mampir ke sini, sebagai pengobat rinduku pada Reno," tukas Citra.
"Kamu tak ingin kulyah seperti yang lain?" bu Risma kembali bertanya pada Citra.
"Citra kulyah jika Citra udah punya uang yang cukup untuk masuk universitas. Citra tak ingin membebani orang tua, tante," jawab Citra.
"Gadis pintar," bu Risma kembali memeluk Citra. Bagai anak dan ibu kandung.
"Udah siang, segera berangkat. Nanti telat loh!" Bu Risma memgungatkan Citra untuk segera pergi bekerja.
"Iya, tante. Citra berangkat kerja dulu, jika Reno telpon tante tolong sampaikan jika aku sangat rindu dengannya ya tante," tukas Citra dan segera pamit untuk pergi bekerja.
"Hati - hati jangan ngebut!" Pesan dari bu Risma.
"Siap, tante!"
Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan rumah Reno. Sengaja Andi mengikuti Citra sejak pagi. Tak ada yang membuatnya bahagia selain melihat Citra. Andi segera mengikuti motor Citra sampai di tempatnya bekerja. Ketika pukul sembilan pagi barulah Andi akan meningglkan tempat kerja Citra untuk pergi kulyah.
'Kerumah siapa dia sepagi ini?" Andi bertanya - tanya.
"Aku harus mencari tahu, aku harus tau rumah siapa yang dia kunjungi. Mungkin itu rumah kekasihnya," seketika pikirannya sendiri membuat dirinya tak bersemangat.
Segera Andi melajukan mobilnya untuk pergi kulyah.
Sampai di lokasi gegas Andi menuju ke kantin sekedar minum kopi untuk menjernihkan pikirannya.
"Ngelamun aja, kamu Bro," Roni tiba - tiba duduk di depan Andi.
"Suntuk, kayaknya aku gak masuk kelas deh. Daripada gak bakal nyambung jika dosen mengajar," tukas Andi.
"Masalah cewek?" celetuk Roni.
"Iya, cewek yang dijodohin sama aku. Awalnya aku membencinya tapi ternyata melihatnya membuatku bahagia," tukas Andi.
"Apa cewek itu tau tentang penyakitmu?" tanya Roni.
"Belum tau, biarkan saja. Aku ingin dia, dia yang sanggup meyembuhkan lukaku dan penyakitku," pungkas Andi.
"Penasaran aku jadinya," tukas Roni.
"Dia sangat cuek padaku. Mungkin dia sudah lunya pria lain sebelum kita dijodohkan, tadi pagi ku lihat dia pergi ke rumah seseorang. Apa itu rumah kekasihnya?" Andi masih bertanya - tanya.
"Selidiki aja dulu," tukas Roni.
"Bagaimana menyelidikinya?" Andi masih memikirkan cara untuk menyelidiki rumah siapa itu.
"Kamu tau rumahnya? Kalau tau nanti sepulang sekolah anterkan aku ke rumah itu," pungkas Roni.
"Kamu mau ngapain?" Andi masih tak paham dengan perkataan Roni.
"Udah liat aja dulu," tukas Roni.
"Baiklah, terimakasih udah mau bantu aku." Andi berterimakasih pada Roni.
"Buasa aja kali, kayaj sama siapa aja," celetuk Roni.
"Udah yuk masuk kelas, bentar lagi dimulai?" tukas Andi tiba - tiba.
"Barusan lempeng gak semangat, dan sekarang udah sok iyee," tukas Roni.
"Udah jangan bawel," pungkas Andi.
Sesuai rencana sebelumnya sepulang kulyah mereka segera ke alamat rumah yang sempat didatangi Citra.
"Ini rumahnya?" tanya Roni.
"Iya, yaudah kamu mau ngapain sekarang?" Andi kembali bertanya pada Roni.
"Liat saja, yuk turun!" Roni mengajak Andi segera ikut bersamanya.
Mereka berdua kemudian memasuki halaman rumah bu Risma.
"Assalamu alaikum, Bu," salam dari Roni.
"Waalaikum salam, ada yang bisa saya bantu?" tukas Bu Risma.
"Kenalkan saya, Roni dan ini teman saya Andi. Kami ke sini mau menawarkan properti bu. Kebetulan bulan ini dollar sedang turun jadi properti kuga ikut turun. Mungkin ibu ingin membeli sebuah properti bisa hubungi saya bu, ini ada tanah, rumah, dan appartment sedang diskon bu," Roni masih memasarkan daganganya sementara Andi sibuk memperhatikan foto yang terpajang di dinding rumah.
"Waduh, maaf ya mas. Saya belum berminat untuk membeli properti apapun. Saya masih fokus menyekolahkan anak saya," penolakan halus dari bu Risma.
"Owh, tidak apa - apa bu. Ini kartu nama saya jika suatu saat nanti ibu ingingi membeli properti. Dijamin harga lebih miring dari yang lain," Roni masih fokus dengan propertinya. Andi masih memandang lekat foto lelaki yang dipajang.
"Itu foto anak saya, namanya Reno," ucaoan Bu Risma membuat Andi terkesiap.
"Anak keberapa bu?" Andi ikut bertanya untuk mencari informasi.
"Anak pertama, dia sekarang bersekolah di STKIP. Cita - cita yang ingin dia raih sebelum bertemu dengan kekasihnya," jawab bu risma.
Deg
'Mungkinkah Citra itu kekasih Reno?' Batin Andi bertanya - tanya.
"Owh, dia tampan. Pasti diidolakan banyak gadis," celetuk Andi.
"Bukan seperti itu, di sekolah dia sering dibully temannya, namun sejak kenal dengan Citra dan selalu membela serta membantunya untuk menjadi lelaki pemberani," ucapan bu risma membuat Andi kecewa dan cemburu.
"Apa Citra itu pacarnya?" Andi kembali bertanya pada bu Risma.
"Iya. Sebelum dia pergi untuk menempuh pendidikan, Reno mengungkapkan perasaanya lada Citra. Mereka saling mencintai namun tadi pagi Citra ke sini memberitahukan jika dia dijodohkan oleh orang tuanya," tukas bu Risma.
Deg
Perasaan Andi kembali mencelos setelah mendengar informasi dari bu Risma, lebih tepatnya ibunya Reno. Di sisi lain dia bahagia karena dijodohkan namun di sisi lain, Andi merasa bersalah pada Citra.
"Oh ya sudah. Kami pamit undur diri, maaf jika kami tiba - tiba bertanya soal Reno." Andi merasa tak enak karena lancang bertanya soal Reno.
"Oh tak apa, terimakasih sudah mampir," ucap Bu Risma.
"Kok ibu yang terimakasih, harusnya kami donk yang berterimakasih sama ibu. Kan udah dipersilahkan mempromosikan produk kami," celetuk Roni.
"Iya sudah, hati - hati di jalan," bu Risma mengantar kedua lelaki itu sampai di depan pintu sampai mereka masuk ke dalam mobil barulah bu Risma masuk ke dalam rumah.
"Udah dapatkan informasi mengenai Reno?" tukas Roni.
"Iya, sepertinya perjodohan ini membuat mereka yang baru menikmati indahnya cinta terpaksa terhempas jauh karena perjodohan," hati Andi mulai bergerimis mengingat cerita dari bu Risma.
"Jangan terlalu pesimis, urusan jodoh serahkan sama Allah. Kamu harus semangat dan ikhlas," tukas Roni.
"Cinta begitu rumit," Andi membuah nafas berat.
"Jika memang jodohmu bersama Citra sangat singkat, kamu harus ikhlas menerimanya," Roni masih menasehati Andi.
"Iya, iya. Aku akan membuat Citra bahagia sebelum aku pergi dan sebelum kekasihnya datang melamarnya," tukas Andi.
"Apa kau sudah minum obatmua?" Roni memgingatkan sahabatnya jika waktunya minum obat.
"Gak males, biar aja begini."
"Oh, jadi udah gak mau bahagiakan Citra?" sengaja menggunakan nama Citra agar Andi segera meminum obatnya.
"Iya, iya aku minum," Andi menurut juga untuk meminum obatnya.
"Ampuh juga pakai nama Citra", Roni kembali terkekeh melihat tingkah sahabatnya.
"Urusan selesai, kamu anterin aku pulang," tukas Roni.
"Nih, pesan taxi online. Aku mau ke tempat Citra kerja," Andi memberikan selembar uang berwana biru pada Roni.
"Lah, kalah sama yang namanya Citra deh," tukas Roni dan segera keluar dari mobil Andi.
Sedangkan Andi kemudian melajukan mobilnya ke tempat kerja Citra. Sekedar melihat wajahnya sudah membuatnya bahagia.

Book Comment (29)

  • avatar
    AprianiSiti nur

    bagus kisah nya

    21/08

      0
  • avatar
    SulastriReni

    bagus dan sangat menarik udah itu aj

    29/07

      0
  • avatar
    AjahArka

    sangat kagum

    16/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters