logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Sang Nakhoda

Sang Nakhoda

eka sa'diyah


Chapter 1 Janji

Hari ini adalah hari kelulusan SMA Pancasila, perayaan yang mereka lakukan dengan menjalankan doa bersama.
"Citra, aku mau jujur denganmu," Reno mendekati Citra usai doa bersama.
"Mau bicara apa, Ren?" Citra berharap jika Reno akan mengungkapkan rasa cintanya.
"Sebenarnya--
"Iya," Citra sangat tak sabar mendengar perkataan dari Reno.
"Emmm aku---
"Iya,"
"Aku melihat upil melambai di hidungmu," seketika Citra cemberut mendengar ucapan Reno. Padahal ungkapan cinta yang ditunggu Citra saat ini.
"Cit!"
"Apa? Udah kalau gak ada yang penting gak perlu ngomong," tukas Citra yang masih diliputi rasa kesal.
'Duh, kenapa aku jadi grogi begini, dan kenapa aku jadi ngomong soal upil' batin Reno yang muali gelisah.
"Bisa tidak nanti sore aku ajak kamu makan?" Reno menawarkan dirinya mengajak Citra makan. Reno menyukai Citra sejak lama. Sejak dihukum bersama karena terlambat. Benih - benih cinta mulai muncul saat Citra menolongnya menghajar kakak kelas yang suka membuly Reno.
"Jam berapa?" rasa kesal mulai menghilang karena Reno mengajaknya makan.
"Jam 4 sore bagaimana?" Reno tersenyum ke arah Citra berharap ia menerima ajakannya.
"Jam 4 aku kan waktunya latihan tinju, Ren," jawaban yang membuat Reno kecewa.
"Kapan kamu bisa?" Reno kembali bertanya dan berharap ada jawaban yang bisa menghilangkan rasa kecewanya.
"Besok pagi bagaimana? Kan besok hari libur. Kita bisa sarapan bareng," ucapan Citra terdengar jelas dan membuat hati Reno berbunga - bunga. Begitupun Citra, Citra sangat senang sekali dengan ajakan Reno.
"Baiklah, besok aku tunggu di taman Gelora," ucap Reno dan seketika membuat dirinya sendiri merasa malu.
"Oke, besok jangan sampai telat kamu, Ren. Kamu udah jadi orang paling telat menurutku," tukas Citra.
Reno dan Citra kembali ke rumah masing - masing dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Perasaan cinta namun tertutup oleh gengsi masing - masing.
Dalam perjalanan Reno melihat sebuah penjyal cincin perak gratis cetak nama. Segera Reno menghampiri penjual cincin tersebut.
"Mau pilih yang mana, Dek? Banyak cincin model baru," ucap si penjual cincin itu pada Reno.
"Pak, boleh saya ambil cincin itu?" Reno menunjuk sebuah cincin perak bermata satu. Meskipun dari perak namun tak mengurangi keindahan cincin tersebut.
"Yang ini?" si penjual mengambilkan dan mneyerahkan pada Reno.
"Boleh cetak nama "CR" pak?" Reno bertanya pada penjual.
"Tunggu ya, 5 menit selesai," jawab penjual cincin itu. Reno menunggu dengan sabar sambil memilih sebuah kalung perak polos.
"Pak, saya mau kalung ini juga," Reno kembali memilih kalung untuk dibelinya.
"Ya, dek. Jadi total kalung dan cincin ini tigapuluh lima ribu ya, Dek," ucap penjual.
"Makasih, Pak," ucap Reno sambil menyerahkan uang kepada penjual.
Reno segera pulang dengan rasa bahagia namun cemas jika Citra tak menerima cintanya. Tak lama Reno sampai rumah dan disambut oleh pamannya. Paman Reno berprofesi sebagai Nahkoda kapal pesiar.
"Bahagia banget sepulang sekolah," sindir paman Ikhsan pada keponakannya.
"Paman kapan datang, kok mendadak?" Reno terkejut dengan kedatangan pamannya.
"Tadi pagi, saat kamu pergi ke sekolah. Bagaimana kelulusanmu?" tanya Paman Ihksan.
"Alhamdulillah, paman. Doni lulus meskipun nilainya kurang memuaskan," terang Reno dan membuat paman Ikhsan tersenyum.
"Kamu jangan berkecil hati, Ren. Nilai tak bisa dijadikan tolak ukur seseorang menjadi orang sukses." Paman Ikhsan memberikan dukungan pada Reno.
"Iya, paman," Reno mengiyakan dukungan dari Paman Ikhsan.
"Apa yang kamu bawa itu?" ternyata Paman Ikhsan memperhatikan sesuatu yang dipegang Reno.
"Ehmm ini, cuma sebuah kalung dan cincin," Reno terpaksa jujur pada paman Ikhsan.
"Kamu menyukai seseorang?" Reno menatap takut pada paman Ikhsan yang tiba - tiba bertanya akan kisah cintanya.
"Iya, paman. Tapi---
"Keponakanku ternyata sudah mencintai seseorang. Siapa wanita yang beruntung dicintai keponakan paman yang gagah ini?"
"Bukan wanita itu yang beruntung, namun Reno yang beruntung bisa mencintainya, Paman." tukas Reno.
"Sok bijak," pungkas Paman Ikhsan disertai senyum jahil.
"Bukan bijak tapi ini kenyataan, setelah ini aku mungkin tak bisa bertemu dengannya. Karena dua hari lagi Reno akan mengikuti tes masuk Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran." Reno mengatakan keinginannya pada paman Ikhsan.
"Jadi kamu yakin memilih sekolah pelayaran?" Paman Ikhsan memastikan pilihan Reno.
"Reno yakin dengan pilihan sekarang," ucap Reno mantap akan pilihannya.
"Apa kau sanggup dengan maindset orang tentang profesi yang akan kamu jalani?" kembali pertanyaan yang terlontar untuk meyakinkan keponakannya.
"Sangat yakin, paman. Reno akan membuktikan jika tidak semua Nahkoda berperilaku sepeti yang menjadi momok bagi orang."
"Segera makan dan istirahat, ibumu sudah masak makanan kesukaanmu," tukas paman Ikhsan.
"Baik, paman. Paman tak ikut makan bareng Reno?"
"Paman barusan makan bersama dia," paman Ikhsan memberikan isyarat pada Reno jika dia habis berkencan bersama wanita pujaannya. Wanita yang siap menerima segala kekurangan paman Ikhsan.
"Reno makan dulu, paman." Segera Reno masuk dan istirahat sepulang sekolah.
****
Di kediaman Citra
Citra sibuk memilih baju yang akan digunakan untuk dipakai menemui Reno besok.
"Kenapa aku sibuk memilih baju? Lagian Reno juga tak akan mengungkapkan rasa cintanya padaku," lirih Citra sambil tersenyum melihat ulahnya sendiri.
Segera Citra bersiap - siap untuk melanjutkan aktifitasnya latihan tinju di sebuah pusat latihan. Cita - citanya ingin menjadi petinju internasional. Cita - cita yang sangat diagung - agungkan. Segera Citra melajukan motornya menuju tempat latihan. Dalam pikirannya masih terbayang akan hari esok bertemu Reno.
*****
Keesokan harinya Citra sengaja bangun lebih pagi dan bersiap - siap untuk joging dan bertemu Reno.
"Aku harus tampil paripurna hari ini," lirih Citra sambil memperhatikan penampilannya.
Di seberang sana Reno bangun pagi tak seperti biasanya, dia mandi sejak subuh dan memperhatikan penampilannya agar tak kacau saat bertemu Citra.
Tak lupa Reno membawa cincin dan kalung yang belinya untuk diberikan pada Citra.
Reno segera menuju ke tempat taman yang digunakan untuk bertemu Citra. Saat sampai di lokasi sudah terlihat Citra tengah duduk di bangku taman.
"Aku telat lagi, maaf Cit," Kedatangan Reno mengagetkan Citra yang asik bermain game di ponselnya
"Uda biasa kali," tukas Citra.
"Cit, aku ingin bicara sesuatu denganmu," ucap Reno.
"Aku juga ingin bicara sesuatu denganmu, Ren," Citra memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Kamu dulu," ucap mereka serempak.
"Baiklah aku duluan," Reno mengalah akhirnya.
"Aku mecintai kamu, Cit. Aku ingin kamu menjadi pendampingku kelak," Reno mengungkapkan isi hatinya.
"Ren, sebenarnya aku juga ingin mengungkapkan jika aku mencintai kamu," Citra pun mengungkapkan isi hatinya. Terlihat rona bahagia di wajah Citra.
"Tapi, apakah kamu mau menungguku sampai aku menyelesaikan pendidikanku?" Reno terpaksa mengungkapkan keinginannya.
"Aku akan setia menunggumu. Aku janji, namun aku malah takut jika kamu tak bisa menepati janjimu," tykas Citra sedikit kecewa.
"Aku selalu mendoakanmu di sepertiga malam agar kamu menjadi pendampingku kelak," ucapan Reno membuat lidah Citra merasa kelu.
"Kamu ternyata---
"Aku ingin kamu juga berdoa untukku, semoga doaku dan doamu bisa diijabah," ucap Reno.
"Hmm iya. Berapa lama aku harus menunggumu, Ren. Aku takut jika kamu akan melupakanku," Citra merasa takut akan ditinggal oleh orang yang dicibtainya.
"Sabarlah, setelah aku lulus aku akan melamarmu," Reno mengucapkannya dengan mantap.
"Janji?" Citra menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Reno.
"Aku janji, ini aku beli cincin dan kalung untukmu," Reno memberikan dua benda itu pada Citra
"CR?" Citra mengkerutkan dahinya.
"Citra Reno, meskipun jauh namun tak bisa dipisahkan. Semoga kamu adalah jodohku, Cit."
"Amin," Citra mengaminkan doa Reno.
"Makan yuk, katanya mau ngajak makan," tukas Citra pada Reno.
"Yuk, aku juga udah lapar nungguin kamu," pungkas Citra.
Citra merasa bahagia menerima dua benda yang diberikan oleh Reno.

Book Comment (29)

  • avatar
    AprianiSiti nur

    bagus kisah nya

    21/08

      0
  • avatar
    SulastriReni

    bagus dan sangat menarik udah itu aj

    29/07

      0
  • avatar
    AjahArka

    sangat kagum

    16/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters