logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

FITTING GAUN PENGANTIN

BAB 4
FITTING GAUN PENGANTIN
Zha menoleh dan mencari sumber suara. Tampak disana, Amora sedang duduk bersama sang papa dan omanya. Amora pun berlari menyongsongnya dan memeluknya dengan erat.
“Zha, sini!” panggil Danita. Zha pun melangkah mendekati mereka dan duduk di salah satu sofa dengan Amoora yang masih menempel padanya.
“Amoora duduk sendiri dong!” ujar Revan. Amoora pun menggelengkan kepalanya. Dia tetap bertahan di pangkuan Zha.
“Nanti Mama Zha capek lho!” ujar Danita.
“Mama capek?” tanya Amoora dengan bahasa cadelnya dan menampilkan wajah kecewanya. 
“Gak! Amoora boleh kok, duduk disini!” sahut Zha sambil tersenyum. 
“Tuh, gak papa kata Mama!” ujar Amoora membela diri. Danita pun geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya itu.
“Maaf, ya, Zha! Dia jadi merepotkan kamu!” ujar Danita.
“Tidak merepotkan kok, Bu!” sahut Zha.
“Mama. Mulai sekarang, kamu biasakan memanggil saya Mama! Toh, sebentar lagi kalian akan menikah!” ujar Danita.
“Iya ... Ma!” sahut Zha sedikit ragu.
“Kami juga sudah membiasakan Amoora memanggil kamu Mama. Dan sepertinya, dia sangat menyukainya!” ujarDanita lagi. Zha menanggapinya dengan senyuman.
“Ma, kita berangkat sekarang! Biar nanti pulangnya gak kemalaman!” ujar Revan.
“Ya sudah, ayo!” sahut Danita. Beriringan, mereka melangkah ke depan. Amoora melangkah sambil menggenggam jemari Zha. Pak Agus, sopir keluarga mereka, bertugas mendorong kursi roda Revan. 
Revan duduk di kursi depan dengan dibantu Pak Agus. Sedangkan, Zha, Amoora, dan Bu Danita duduk di kursi belakang. Perlahan, mobil melaju membelah jalanan. Perjalanan mereka terasa menyenangkan dengan celotehan Amoora. Gadis kecil itu tak henti berceloteh dan bertanya kepada Zha. Zha pun menanggapi celotehannya dengan sabar. Revan tersenyum tipis melihat interaksi mereka. Tanpa terasa, mereka pun sudah tiba di tujuan.
“Ayo!” ajak Bu Danita. Zha memandang toko itu dengan takjub. Dari luar, toko itu tampak menawan dan memukau. Butik Annisa. Zha membaca papan nama yang terpampang di depan. Saat sudah masuk ke dalamnya, Zha semakin takjub. Disana, banyak dipajang gaun pengantin yang indah dan menawan. 
“Selamat malam, Tante Danita! Jadi fitting baju pengantinnya?” tanya Annisa, pemilik butik tersebut menyapa ramah.
“Iya, Nis! Mumpung longgar!” sahut Danita.
“Halo, Amoora sayang!” sapa wanita itu kepada Amora. Amoora bergeming. Dia tetap bergelayut manja di lengan Zha. Annisa memandang wanita di sebelah Amoora.
“Kamu pengasuh Amoora yang baru?” tanya Annisa sambil mengernyit heran.
‘Bukan, dia calon istriku!” sahut Revan datar. Annisa memandang Revan tak percaya.
“Dia?” tanya Annisa lagi.
“Iya, mana baju yang kamu siapkan?” sahut Danita. 
“Iya, Tante! Silvi, tolong ambilkan baju yang sudah saya siapkan tadi!” ujar Annisa kepada slah satu pegawainya.
“Baik, Bu!” sahut Silvi, lalu segera melangkah meninggalkan mereka. Tak lama kemudian, Silvi sudah kembali bersama dua orang temannya dan membawa beberapa pakaian.
“Zha, coba kamu pilih mana yang kamu sukai!” ujar Danita. Zha tampak mengamati pakaian itu satu per satu. Semuaya tampak indah, bahannya pun lembut. Mata Zha tertuju pada sebuah gaun putih dengan desain minimalis.
“Coba yang itu!” ujar Revan. Zha menoleh. Dia tampak terkejut mendapati Revan sudah ada didekatnya. Untuk sesaat, mata mereka saling bertatapan. Namun, sesaat kemudian, Zha mengalihkan pandangannya. Wajahnya memerah menahan malu.
Segera Zha meraih gaun itu dan membawanya ke ruang ganti. Tak lama kemudian, Zha sudah kembali. Gaun pengantin itu melekat sempurna di tubuh mungilnya. Gaun sederhana dengan desain tidak terlalu terbuka membuat auranya menguar sempurna. Revan menatapnya dengan intens.
“Cantik!” ujar Revan lirih. 
“Iya, cantik banget! Udah, ambil yang itu saja!” ujar Danita.
“Jasnya gak dicoba sekalian, Dim?” lanjutnya.
“Gak usah, Ma!” sahut Revan.
“Iya, Tante! Lagian, saya sudah hafal kok dengan ukuran Revan,” sahut Annisa.
“Ya sudah! Tolong ukur Amoora, ya! Buatkan dia gaun yang sama persis dengan milik Zha!” Ujar Danita.
“Iya, Tante! Ayo, sayang!” ajak Annisa kepada Amoora. 
Setelah fitting baju selesai, mereka pun mampir untuk makan malam sebentar sebelum mengantarkan Zha pulang.
“Van, kita turunkan Amoora dulu, ya! Kasihan, dia pasti kecapekan! Baru setelah itu, kamu antar Zha pulang!” ujar Danita.
“Iya, Ma!” sahut Revan.  
Pak Agus pun segera mengarahkan kendaraannya menuju kediaman mereka. 
“Biar Mama yang gendong!” ujar Danita.
“Gak usah, Ma! Aku antar sampai kamarnya saja!” sahut Zha.
“Baiklah! Ayo, Mama tunjukkan kamarnya!” sahut Danita. 
Danita pun masuk ke dalam rumah dengan diikuti Zha yang menggendong Amoora. Kamar Amoora ada di lantai satu. Danita membukakan pintu untuk Zha. Perlahan, Zha memasuki kamarAmoora yang didominasi warna ungu dan gDanita Princess Elsa. Perlahan, Zha menurunkan Amoora ke tempat tidurnya. Amoora yang merasakan sebuah gerakan pun mengeliat dan membuka sedikit matanya.
“Mama mau kemana?”
“Mama mau pulang dulu, ya!” sahut Zha.
“Jangan! Mama gak boleh pergi!” ujar Amoora sembari memeluk Zha dengan erat.
“Amoora gak boleh gitu! Mama Zha harus pulang! Besok Mama Zha main lagi kesini deh!” sahut Danita.
“Gak mau! Mama Zha gak boleh pergi! Mama temani Amoora tidur disini!” ujar Amoora. Zha menoleh, menatap Danita. Setelah mendapat persetujuan, Zha pun naik ke tempat tidur dan menemani gadis kecil itu.
“Mama jangan pergi ya!” ujar Amoora.
“Iya, sayang! Mama tidak akan kemana-mana!” sahut Zha sambil memeluk Amoora. Tak lama kemudian, Amoora telah terlelap.
Revan yang menunggu di dalam mobil terlalu lama pun, jadi tak sabar. Dengan dibantu Pak Agus, Revan turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
“Kenapa lama sekali, Ma? Zha mana? Ini sudah malam lho!” protes Revan kepada Mamanya yang baru saja keluar dari kamar Amoora.
“Amoora terbangun. Dia tidak mau ditinggal pergi! Jadi, Zha nemenin Amoora tidur dulu!” sahut Danita.
“Trus, ini bagaimana?” tanya Revan lagi.
“Kita tunggu saja dulu sampai Amoora tertidur!”sahut Danita.
Revan menunggu dengan gelisah. Sudah hampir satu jam, namun Zha belum juga keluar dari kamar Amoora.
“Ma, jangan-jangan Zha ketiduran!” ujar Revan.
Bentar! Mama cek dulu!” Danita pun kembali masuk ke kamar Amoora dan melihat mereka. Setelah membuka pintu, tampak Zha sedang berbaring sembari memeluk Amoora. Menyadari sang calon mertua masuk, Zha pun mencoba bangun dan melepaskan pelukan Amoora.
“Mama jangan pergi!” ujar Amoora lirih. Mendengar cucunya sampai mengigau, hati Danita menjadi dilema.

Book Comment (80)

  • avatar
    MardianaDina

    cerita nya bagus saya suka baca nya

    29/07

      0
  • avatar
    kayukuiki

    aku mau diamond gratis soal nya diamond ku jadi nol karena diambil orang yang tidak dikenal karena dia mempu nyai diamond dia jadi sultan

    29/07

      0
  • avatar
    Alfaijin Ramadhan

    100

    28/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters