logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

The Romance Empress

The Romance Empress

Saad Mly


Antara Irene dan Arjuna

"Permaisuri, kau begitu cantik!"ucap Arjuna (Raja Xie) seraya mengelus lembut wajah wanita di bawahnya dengan jari jemari. Padahal wanita itu tidak lain hanyalah seorang penghibur.
"Wah, apakah kau mau menjadikan aku permaisuri setelah ini?!"ucap wanita itu ber omong kosong, membuat mata pria diatasnya melebar hebat.
Arjuna bangkit dan menarik wanita itu kemudian mendorongnya kasar,"Keluar sekarang!"gertak nya tanpa ampun.
Sambil bersungut-sungut wanita itu pun keluar dengan kondisi rambut hampir tergerai, aksesoris pun berantakan menggantung di rambut kusut nya.
Untung Raja! Kalau tidak, aku tidak ingin ke sini lagi jika dipanggil! Batinnya.
Sam Fuu selaku kasim melemparkan sekantung koin dan menyuruhnya pergi. Sebelum melangkahkan kaki, dia dikejutkan oleh seorang perempuan yang tengah berdiri tak jauh dari keberadaan kasim.
Dengan tidak sopan wanita itu berkata sambil merentangkan jari telunjuknya,"Apa gadis ini selanjutnya?!"
Sontak perkataan yang sangat tidak sopan untuk ditunjukkan pada seorang Permaisuri membuat kedua orang di sana meradang.
Sebagai sosok yang ditunjuk. Irene benar-benar marah, namun sekuat tenaga dia tahan kemarahan itu agar tidak keluar. Meski rasa sakit dihatinya bertambah karena dihina oleh seorang wanita yang sudah menghabiskan malam dengan suaminya sendiri.
Tak ayal mata Sam pun ikut memerah seraya mengeratkan gigi dan berkata,"Berani-beraninya kau perempuan rend_"
Segera Irene ber-isyarat agar Sam menghentikan ucapannya. Menatap wanita itu sedingin es, dan berkata,"Aku adalah seorang bangsawan. Kau berani menghina ku seperti ini, akan ku pastikan hidupmu lebih hancur."
Aku sudah berbohong! Batinnya.
"O-oh baiklah, ampuni aku. Tapi kau jangan menyalahkan penglihatan ku. Rambut mu sama sekali tidak mencerminkan seorang bangsawan. Permisi Lady."respon wanita itu memperbaiki kemudian posisi selimutnya.
Bisa-bisanya! Jika dia tahu aku adalah permaisuri, kira-kira apa responnya?! Pikir Irene.
Dari awal Irene tidak pernah bermimpi untuk menjadi permaisuri. Namun takdir ternyata membawanya pada kedudukan ini. Jadi, tidak salah jika dia berusaha untuk mempertahankan, semuanya, dari aspek a-z. Termasuk keangkuhan? Bukan keangkuhan, hanya saja hal-hal yang pantas untuk didapatkan, tentu harus diterima.
"Wajahnya begitu cantik. Sesuai dengan pekerjaan ini."lanjut wanita itu dengan suara samar. Namun kalimat-kalimat itu masih terdengar oleh telinga Irene.
Cantik? Secantik apapun diriku, itu sia-sia saja. Menyentuh tubuhku pun Raja sangat enggan. Batinnya.
Tidak dipungkiri bahwa Irene adalah Permaisuri yang berasal dari Putri Pilihan (Menurut rumor, hanya dirinya yang tersisa). Konon, Putri Pilihan menyembunyikan paras yang begitu cantik. Kerajaan yang ingin menikahinya harus langsung memberikan posisi yang cukup tinggi, tanpa adanya sebuah ajang pemilihan.
"Apa ada lagi Kasim?"tanya Irene. Dia tidak pernah memperlihatkan wajah kekecewaan atau marah. Mungkin sudah terbiasa, mungkin.
"Tidak ada lagi Yang Mulia. Dia yang terakhir."ukiran senyum tipis terpancar dari wajah cantiknya.
"Aku akan segera membawa air hangat Yang Mulia."
"Bagus lah. Aku yang akan menjaga Raja."
Dia pun masuk ke aula Raja. Mendudukkan diri di samping Arjuna lalu mengusap wajah tampan itu dengan ibu jarinya. Tak lupa merapikan pakaian polos berwarna putih yang begitu berantakan.
"Raja ku."ucapnya sembari mengusap-usap surai rambut hitam Arjuna, kemudian dia mencium kening sang suami.
Kasim Fuu menyaksikan pemandangan itu membuat langkahnya terhenti sejenak. Setelah bibir Permaisuri terlepas dari kening Raja. Dia baru masuk bersama wadah tembaga berisi air hangat. Karena ini sudah larut malam, dirinya harus bersegera.
Sam pun menaruh bejana tembaga berisi air beserta handuk kecil di samping Irene.
"Terimakasih Kasim."pria itu menunduk hormat kemudian lekas pergi.
Irene menaikkan sedikit lengan bajunya, membasuh kain dengan air hangat lalu memerasnya. Membersihkan badan Arjuna yang setengah telanjang, tak lupa menyeka beberapa kotoran kecil di telinga dan sudut mata. Dirinya sudah seperti orang yang tengah memandikan seorang bayi.
Dia tersenyum melihat kondisi sang raja yang kini sudah bersih. Namun senyuman itu bercampur dengan pancaran kekecewaan.
Kecewa terhadap siapa? Raja? Atau diri sendiri.
Tiga tahun yang lalu ketika dirinya melakukan hal sama seperti ini setiap malam. Dia selalu menangis di samping sang raja tanpa membuatnya terbangun.
Namun, kini seolah hatinya telah kebal terhadap rasa sakit ini. Bukan, bukan hatinya yang kebal. Tapi, mata ini  sudah cukup lelah untuk menangis dan terus menangis.
Cup!
Irene mencium kening Arjuna,"Aku mencintaimu."ucapnya kemudian tersenyum, lalu beranjak pergi meski ragu.
Ketika dia berada di ujung pintu, terdengar suara orang mengigau, langkahnya pun terhenti tanpa diminta.
"Permaisuri ku!"lirih Arjuna di sela tidurnya.
Perempuan itu hanya bisa tertegun. Jika yang dimaksud permaisuri itu adalah dirinya, tentu saja dia bahagia. Namun dia tidak ingin berharap lebih. Bisa saja permaisuri yang dimaksud adalah mendiang Permaisuri Jie Jenna.
Flashback on
Arjuna mengangkat paksa dagu Irene (Permaisuri Kang sekarang) yang semula tengah menunduk sambil menangis.
"Ternyata kau tidak lebih hanya sekedar seorang gadis rendahan seperti Permaisuri Jie! Hm, BAHKAN DI MATAKU KAU LEBIH RENDAH!"gertak Arjuna membanting wajah Irene pada kalimat terakhir.
Flashback off
Tiga tahun yang lalu untuk pertama kali, Arjuna membanding-bandingkan dirinya dengan Permaisuri Jie.
Irene menghela nafas agar lebih tenang, kenangan itu memang tak jarang menghantui. Membalikkan tubuhnya ke arah sang raja, sejenak memandangi wajah Arjuna yang tengah tertidur pulas seperti bayi.
Pria itu memang sedari dulu menggemaskan! Pikirnya.
Sejujurnya, Irene tidak ingin pergi, dia ingin menemani pria itu semalaman. Tapi itu tidak mungkin.
Keberadaan Sam diluar membuat gadis itu bertanya,"Kasim Fuu, anda masih di sini?"
Dengan sigap Sam mendahului Irene untuk menutup pintu Aula,"Tentu Yang Mulia, seperti biasa."ucapnya.
Irene senyum tipis bermakna terimakasih, kemudian melangkah turun, diikuti oleh Sam.
"Aku sudah terbiasa sendiri sekarang. Mungkin esok hari kau bisa pulang lebih awal."
"Tidak Yang Mulia saya akan mengantarkan anda sampai Aula."balas Sam mantap.
Irene pun tidak ingin mencegah kebaikan hati sang kasim,"Terimakasih. Oh ya kasim, jangan lupa tolong siapkan sup untuk Yang Mulia di pagi hari, sekaligus minta obat pengar ke tabib. Sepertinya malam ini Raja terlalu banyak minum."
Aroma alkohol itu begitu menyeruak hingga seisi ruangan. Meski faktanya Irene tidak suka bau tersebut, namun rasa cinta dan kesetiannya pada Raja mengalahkan semua itu.
"Baik Yang Mulia."ucap Sam mantap. Dia kagum dengan sosok Permaisuri didepannya. Perempuan yang menjalani cobaan berat setiap hari, apalagi di malam hari, dia masih bisa mengukir senyuman se ramah ini.
"Yang Mulia."sambut Ily, pelayan pribadi Irene, setelah junjungannya masuk.
Segera Ily membantu Irene melepaskan pakaian luarnya, dan menyisakan pakaian polos warna putih tanpa noda.
"Saya akan buatkan teh."gesit Ily kemudian melenggang pergi ke dapur.
Menelik ke arah kasur empuk berwarna keemasan itu. Sudut bibir Irene terangkat mengingat malam pertamanya. Malam pertama yang tidak biasa.
Bahkan setelah menikah pun Raja Xie belum pernah menyentuh Selirnya. Meskipun ada beberapa rumor bahwa sang raja tidak begitu tertarik dengan Selir yang terlampau muda.
Beruntung, Arjuna mampu membungkam para penggosip itu dengan memperlihatkan kebersamaan dengan nya. Jika tidak, Irene sudah menjadi bulan-bulanan. Apalagi usianya terbilang muda dan tak punya hasrat berkuasa. Berbeda dengan selir biasanya.
POV Irene a.k.a Selir Kang a.k.a Permaisuri Kang
Aku seorang Putri Pilihan, yang tidak begitu terurus oleh seorang Raja dari dinasti kecil yang sangat sibuk. Begitu juga ibunda, dia bergotongroyong ikut andil dalam mensejahterakan rakyat dan kerajaan kami.
Malam itu setelah penobatan ku menjadi Selir Utama. Aku menangis di pelukan raja karena aku merindukan kakak, kakak satu-satunya orang yang memperhatikan ku selama ini. Ya, yang aku rasakan seperti itu.
"Aku adalah kakak mu sekarang, kau tidak perlu khawatir."ucapnya sambil mengusap air mataku.
"Aku tidak percaya."tolak ku cepat. Raja memperhatikan wajah ku seperti tengah berpikir.
"Apa yang bisa membuat mu percaya?"
Di malam pertama pernikahan kami, Raja menyisir sekaligus mengepang rambutku. Menemani ku melukis dan berakhir melukis wajahnya.
Ya, dulu. Kakak Neul lah yang selalu melakukannya.
Irene merindukan itu, dia merindukan Arjuna. Merindukan sosok pria itu disampingnya. Tak terasa air mata lolos begitu saja. Dia mencoba agar bulir air itu segera surut. Segera dirinya hapus dengan lembut karena tidak ingin berlarut-larut.
Di waktu yang sama Ily datang dengan membawa teh di atas nampan, Irene sedikit terkejut dibuatnya.
"Teh nya Yang Mulia."Irene mengangguk, kemudian meminum air berwarna t itu dengan penuh etika.
Ingin sekali Ily berkata,"Apa anda sudah merasa lebih baik sekarang?"
Tapi urung. Junjungannya yakni tipe perempuan yang sangat membenci jika ada orang yang mengasihani.
Alasannya karena Irene tidak ingin membebani para pekerja dengan konflik internalnya bersama Raja. Meski Dayang pribadi dan pelayan Ily dekat dengannya, namun dia tidak ingin berbagi. Cukup dirinya dan Raja yang tahu. Dia berharap suatu saat masalah ini akan terselesaikan dengan cara mereka berdua. Ya, Irene sangat mengharapkan itu.

Book Comment (29)

  • avatar
    Dicky Kecil's

    wow

    23/09/2022

      0
  • avatar
    Aryo

    bagus banget novel ya

    29/06/2022

      0
  • avatar
    PutraRafael

    mantap

    26/04/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters