logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Mama Mengancam

Ayuni tertegun duduk di balkon kamarnya. Matanya seolah sedang menonton rekaman kisah hidupnya. Bagaimana ia dipaksa kuat di usia dini. Dimasukan ke dalam berbagai lomba fashion show sedari usianya masih lima tahun.
Masih jelas diingatan, saat usia tujuh tahun ia mengikuti acara fashion show di tingkat desa dalam rangka memeriahkan 17 Agustus. Mama bangga, sebab putrinya itu meraih juara satu dengan model pakaian yang mama jahit sendiri menggunakan tangan.
Semakin hari, atas cibiran dari para tetangga mama makin berambisi untuk menjadikan Ayuni artis. Mengikutsertakan Ayuni pada ajang pencarian bakat di mall-mall. Mulai dari mengikuti audisi menyanyi. Berkali-kali Ayuni daftar namun, tak pernah lolos. Mama semakin ingin membuktikan pada tetangga bahwa Ayuni bisa jadi artis.
Hingga suatu hari, saat pulang dari sebuah Mall dan menyabet juara tiga dalam acara lomba fashion show bertema dirgahayu Republik Indonesia, mama bertemu seseorang yang mengaku sebagai seorang perancang busana.
Dari situ Ayuni mulai ikut kegiatan peragaan busana brand milik wanita tersebut. Dari sana pula ia mengenal Aro, si songong menurutnya. Bagaimana tidak, pertemuan pertama dengan pria itu sudah memberi kesan buruk. Sombong sekali berlagak seperti putra raja saja.
Hingga pada akhirnya, kerja keras memang membuahkan hasil. Berawal dari main sinetron sebagai peran pembantu, bakat Ayuni semakin terlihat. Mama bahkan memasukan Ayuni ke sanggar-sanggar drama. Akting Ayuni semakin diasah dengan baik. Di usia 10 tahun, Ayuni mampu menjadi pemeran utama. Sinetronnya yang berjudul Ibu Peri bahkan tak lekang oleh waktu. Masih diingat hingga kini.
Ayuni menghela napas, sampai pada rekaman itu ia merasa bangga pada dirinya sendiri. Meski mama selalu mendidiknya dengan keras, seolah memeras tenaganya. Tak memberi celah bagi Ayuni untuk menikmati hidupnya. Namun, Ayuni bisa merasakan hasilnya kini. Ia jadi salah satu artis paling diperhitungkan di tanah air. Sudah banyak penghargaan yang ia raih. Sudah bisa berjalan-jalan ke luar negeri. Bahkan umroh tahun lalu, ia mampu membawa serta asisten di rumahnya. Kecuali Oji, si botak itu malah minta mentahnya.
Namun, itulah hidup. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada sesuatu yang sempurna. Hingga kini, Ayuni tak tahu siapa sosok ayahnya? Ia hanya pernah menemukan secuil kertas sepertinya data diri seseorang. Dengan nama belakang Efrat. Kertas itu sudah secuil, koyak pula sebagiannya.
"Kadang aku mikir jangan-jangan aku ini timun mas?" gumam Ayuni seraya masuk ke kamar. Menutup pintu dan tirai. Jam sudah menunjukan pukul 01.35. Namun, kantuk belum juga hinggap di kedua bola mata indahnya yang selalu terlihat sayu.
Ayuni putuskan untuk salat malam, ia tadi sudah sempat tidur beberapa menit sehabis dicecar pertanyaan oleh mamanya seputar tukang seblak.
"Ya ampun, gue lupa jaket dia belum gue ...." Ayuni melempar begitu saja mukenanya dan mengambil jaket dari dalam lemari.
"Gimana gue balikinnya kalo bolong begini? please ini bukan donat yang meski bolong di tengah tetep enak rasanya," monolog Ayuni memandangi jaket levis lusuh itu.
Mak Eti pelaku pembolongan jaket si tukang seblak itu. Bolong akibat lupa mencabut setrika dan Mak Eti dari ruang laundry lari ke dapur untuk mematikan kompor. Mak Eti sudah banyak lupanya. Kurang ASI mungkin waktu bayi.
Ayuni sebetulnya sudah membeli jaket baru, sama persis. Tapi, ia tetap takut tukang seblak tak terima.
"Mana bolongannya gede lagi. Pas punggung dong!" jerit Ayuni sembari menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Tenang Ayuni. Mikir!"
Dan sebuah ide muncul. "Kenapa nggak kepikiran dari kemarin sih. Pake stiker kain buat jaket levis. Ok kita order sekarang!"
***
Alka baru saja pulang dari rumah sang pemilik kontrakan. Bulan ini ia tak telat membayar rumah sewanya itu.
"Gini dong, jangan nunggu gue ngamuk baru bayar," celetuk Cang Roni saat tadi Alka menyerahkan amplop berisi uang sewa.
"Semoga bulan depan bisa tepat waktu lagi," balas Alka yang kupingnya terasa panas mendengar omongan pemilik kontrakan.
Alka mendapati secarik kertas di atas tudung saji.
Kita ke majlis taklim dulu. Abis makan cuci piring. Kalo mau pergi pintunya dikunci. Seperti biasa taro konci di bawah keset.
Lala cantiq
Alka tersenyum membaca memo dari Lala. Ia segera mengambil nasi dan ceplok telur sebagai lauk. Makan dengan lahap. Sarapan sekaligus makan siang. Setelah makan ia bersihkan kembali piringnya. Merapikan kamar seadanya sebab tak ingin diomel Lala. Ia kemudian pergi ke base camp karena Bella menyuruhnya datang agar tak membuat teman yang lain menunggu.
Bella sedang duduk di pangkuan Oris saat Alka datang. Wanita itu, siapa saja dia goda. Alka hanya menggeleng tak mengerti. Terlebih saat Bella refleks menjauhkan diri dari Oris begitu melihatnya. Padahal Alka peduli apa?
"Kita diundang ke Bandung, loh!" pekik Bella dengan mata berbinar.
"Eh, itu jadi. Gue kira cuma omdo elo," ledek Oris. Seperti lupa apa yang baru mereka lakukan.
"Kapan gue omdo?" Bella melempar Oris dengan puntung rokok.
"Gimana, Ka?" Bella beralih pada Alka.
"Ya udah, yang penting dibayar," sahut Alka tanpa minat sama sekali. Masih kesal dengan kejadian beberapa hari lalu.
"Ya udah kita latihan ya, ini panggung besar. Penontonnya itu siswa siswi se-Jawa barat!" teriak Bella penuh bangga.
"Acara apa sih?" Alka penasaran.
"Lomba cerdas cermat tingkat SMA se-Jawa barat. Yang ngadain tuh perusahaan suplemen vitamin buat bikin otak pinter. Be go mah be go aja ya kagak ngefek juga minum begituan," celetuk Bella.
"Yang bintang iklannya Ayuni 'kan?" tebak Oris membuat Alka terperanjat.
"Gue bahkan belom lihat iklannya." Bella menggedigan bahu.
"Kudet dasar. Masa enggak tahu Ayuni sih?" ledek Oris.
"Udah, nggak penting ngomongin bintang iklannya. Yang penting kita latihan biar enggak malu-maluin. Yok, cabut!" ajak Alka.
Bila membicarakan Ayuni, otak warasnya dipaksa gila. Alka tak mau terlihat bo doh di hadapan teman-temannya sebab sudah jatuh cinta terhadap seseorang yang sulit digapai. Bisa jadi bahan bulan-bulanan dia.
Meski romansa cinta milik semua orang, tak melulu si orang kaya. Tetap saja, akan terdengar menggelitik di Indra pendengaran siapa pun bila tahu Alka jatuh cinta pada idolanya sendiri.
***
Ayuni tersenyum puas sebab jaket lusuh Alka yang bolong di bagian punggungnya kini sudah terselamatkan dengan stiker kain Vespa.
"Makasih, Mak udah mau jaitin. Emang ini kerjaan Emak sih," celoteh Ayuni antara memuji sekaligus menyalahkan Mak Eti.
"Nu penting ntos teu bolong, pan?" (Yang penting udah enggak bolong, kan?)
Mak Eti tertawa.
Jaket Levis itu kini terlhat lebih aesthetic. Meski begitu, Ayuni tetap berniat memberikan jaket baru sebagai ganti. Kalau-kalau tukang seblak tak suka dengan jaket lamanya yang ia tempeli stiker kain.
Ini hari kedua setelah kejadian mama menegurnya tentang tukang seblak. Sudah dua hari pula ibu dan anak itu tak saling sapa, meski beradu hidung di meja makan. Hal seperti itu sudah biasa Mak Eti saksikan.
"Mak siang ini ada arisan di rumah, ruang tamu dirapihin dikit, ya. Soal makanan saya sudah mesen. Jadi, Emak nggak perlu masak." Mama memberi tahu kegiatannya hari ini.
Ayuni menggeleng pelan. Enak sekali jadi mama. Arisan, haha hihi dengan kawan. Sementara dirinya? Kerja keras bagai kuda.
Hei, dengar dulu. Bukan Ayuni perhitungan pada sang mama. Tapi, Ayuni hanya merasa tak adil setiap kali sang mama melarangnya membagi kelebihan rezeki yang ia miliki pada orang lain. Dan, tentang tukang seblak. Ayuni pun sudah jengah selalu dilarang berdekatan dengan orang-orang dari kalangan bawah.
"Artis muda Kevin Lichole tertangkap tadi malam saat pesta bersama empat orang temannya. Saat penggrebekan yang dilakukan di rumahnya itu, Kevin tak melawan dan sangat kooperatif." Suara pembawa acara sebuah siaran gosip pagi membuat mama dan Ayuni saling pandang.
"Kevin!" pekik keduanya bersamaan seraya menuju ruang televisi yang tak jauh dari ruang makan.
"Mam, Kevin. Aku enggak nyangka, Mam!" Ayuni menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya refleks berkaca-kaca.
"Anak itu Mama kira baik-baik aja, Neng," sesal Mama seraya mengurut dada.
"Dia emang bilang akhir-akhir ini susah tidur,"  celetuk Ayuni.
Dua bulan lalu, Ayuni selesai syuting bersama Kevin. Film yang mereka bintangi bahkan membuat nama Kevin semakin melejit. Dipasangkan sebagai kekasih dalam film tersebut membuat Ayuni dan Kevin dekat. Bahkan mereka digadang-gadang sangat cocok bila benar-benar merajut cinta. Namun, bagi Ayuni, Kevin hanya rekan kerja. Meski pria itu sangat baik terhadapnya, tak ada getaran aneh dalam diri Ayuni saat bersamanya.
"Kasian, aku nanti mesti nengokin dia, Mam," ujar Ayuni.
"Iya, nanti Mama ikut. Biar gimana dia itu udah beliin Mama jam tangan mahal, loh," sambar Mama.
Mama, yang diinget jam tangan mahal aja.
Tanpa disadari, keduanya kini sudah saling bicara. Mak Eti dari arah ruang tamu cekikikan saja. Begitulah Ayuni dan Mama Yusma. Terkadang, seperti anak kecil. Dalam satu Minggu ada saja waktu bagi keduanya untuk bersitegang.
"Artis pendatang baru FM masuk ke dalam daftar nama kasus prostitusi online dengan tarif termahal. Bersamaan dengan dugaan itu, nama pengusaha Muda Fernando Cavilary ikut teseret ke dalam kasus tersebut. Di salah satu media sosial, tersebar luas bukti chat mesra antara Nando, begitu sang pengusaha biasa disapa. Sebuah Voice note yang diduga kuat adalah benar suara FM, semakin meyakinkan khalayak bahwa chat itu benar-benar nyata adanya. Hingga kasus ini masih dalam tahap penyidikan sementara sang mucikari yang juga merupakan seorang artis sudah ditetapkan sebagai tersangka, FM mau pun Nando masih sulit ditemui." Kembali sang pembawa acara membeberkan sebuah berita yang membuat Ayuni lemas seketika.
Fernando Cavilary, pria yang sempat ia kagumi. Cowok semasa SMA yang menjadi cinta pertama Ayuni, namun gagal menjadikannya kekasih sebab Aro saat itu membeberkan pada Nando bahwa Ayuni adalah artis. Nando saat itu bilang, tak ingin menjalin cinta dengan artis yang waktunya hanya akan habis di lokasi syuting. Bahkan akan sulit hanya untuk nongkrong di kafe. Ayuni jelas geram pada Aro saat itu.
"Mucikari TN sudah mengakui bahwa FM termasuk ke dalam artis dengan bayaran termahal sekali kencan." Kabid Humas Polda Jaktim Kombes Pol Arya Wigantara menjelaskan.
"Data ponsel milik mucikari TN sedang diperiksa. Di situlah data pendukung kasus prostitusi ini akan terungkap. Mereka bicara dengan siapa saja, kirim apa saja akan terbongkar."
"Bahkan, polisi akan mengungkap tarif transaksi seks para artis dan model tersebut. Polisi akan bekerja sama dengan pihak provider selular untuk membuka data digital itu."
"Jadi kami tidak akan asbun (asal bunyi). Polisi bekerja sesuai data. Kalau sudah terbuka semua, maka akan ketahuan nama-nama pemesan dan harga yang disepakati."
"Terkait pengusaha FC, akan segera diketahui kebenarannya setelah kami selesai memeriksa data ponsel mucikari TN."
"Untung kamu dulu enggak jadian sama Nando. Ternyata suka jajan padahal udah nikah," cecar Mama Yusma.
"Berterima kasihlah sama Aro yang udah gagal bikin kamu jatuh ke pelukan Nando," lanjut Mama Yusma.
"Sebentar lagi, elo akan tahu siapa Nando sebenernya." Kalimat Aro terngiang kembali di telinga Ayuni.
"Udah, enggak usah ngerasa sedih. Justru bersyukur karena udah dijauhkan dari Nando," hibur mama.
Ayuni bukan sedih dengan kasus yang menimpa Nando. Ia hanya sedang merutuki diri sebab dulu begitu bo dohnya menyukai Nando. Bahkan bermimpi menjadi kekasihnya. Selebihnya, ia merasa kelakuannya memupuk benci pada Aro nyatanya sia-sia. Benar kata mama, harusnya kini ia berterima kasih pada si songong itu.
"Selamat pagi, Mama, Ay sayang!" sapa seseorang.
"Botak!" teriak Ayuni melempar Oji yang baru datang dengan remote televisi yang dipegangnya.
"Sakit, Ay!" Oji mengaduh.
"Ngapain ke sini? giliran gue susah butuh elo, di mana lo?" maki Ayuni dengan hidung kembang kempis.
"Ay, elo 'kan tahu. Gue harus nemenin Rea dalam masa terpuruknya," kilah Oji.
"Sana aja elo kerja sama Rea!" omel Ayuni.
"Ya ampun, segitu dendamnya, Ay?" Oji melemahkan suara berharap Ayuni memaafkannya.
"Ngapain ke sini?" ulang Ayuni menyentak.
"Cuma mau ngingetin jadwal ke Bandung, Sayang!" Oji merangkul bahu Ayuni.
"Awas, ah!" Ayuni enggan dirangkul.
"Gue anter elo, temenin elo di sana. Gue janji, Ay." Oji kembali berusaha meraih bahu Ayuni namun, gadis itu berlari ke ruang makan.
"Basi!" teriak Ayuni membuat Oji dan Mama Yusma saling berpandangan lalu tertawa.
"Titip Ayuni, dia kayaknya lagi deket sama cowok kismin yang madesu," bisik Mama Yusma.
"Yang ada di tiktok itu?" tebak Oji.
"Awas, jangan kecolongan. Siapa pun dia kalo sekiranya menghambat karir Ayuni, kamu tahu harus diapakan," terang Mama Yusma.
"Beres, Mama Cantik."
Keduanya kemudian berjalan bergandengan menuju ruang makan, sarapan bersama Ayuni.

Book Comment (39)

  • avatar
    JayaBintang

    daimons epep

    15/08

      0
  • avatar
    BINTI MOHD NORROZAINI

    good

    13/07

      0
  • avatar
    M Nauval

    dafa

    05/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters