logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 TERLIHAT

Malam dijadikan pagi dan pagi dijadikan malam, itulah rutinitas pria bernama Jung Jaeha. Ia kini tertidur lelap dikamarnya, saat matahari sedang berdiri diatas langit kota Seoul. Lain hal dengan teman satu atapnya, Cha Young Pil. Pria itu menghabiskan waktu menganggurnya dengan menonton drama di Tv seharian. Terkadang ia keluar untuk makan malam dengan teman-temannya. Setidaknya ia sesekali dapat Job malam, saat sedang berkumpul bersama teman-temannya.
Waktu berlalu begitu cepat, sudah menjelang sore hari dan seseorang masih tidur seperti orang mati. Sedangkan suara dering ponsel terus berbunyi menganggu ditelinga. Sudah kesekian kalinya berbunyi, panggilan masuk terus mengganggu posel seseorang.
Dari ruangan tengah, pria itu berteriak seperti sirine, berusaha untuk membangunkan seseorang yang tidur seperti orang mati,
"Jung Jaeha, oy bangun brengsek! Matikan ponselmu! Itu menggangguku sialan!"
Tidak ada jawaban apapun dari arah kamar, pria dari ruangan tengah itu langsung menuju kearah kamarnya sambil menggerutu kesal. Ia langsung menarik selimut yang menutupi badan Jung Jaeha lalu menendangnya. "Bangun brengsek!" Cha Young Pil menendang cukup kerasa dibagian bokongnya.
Sontak Jung Jaeha langsung terbangun saat merasakan sakit dibagian bokongnya. Akan tetapi tatapannya seketika berubah seperti ingin membunuh pria yang ada dihadapannya sekarang. "Oy Cha Young Pil, kau sudah bosan hidup rupanya." Gertak Jung Jae Ha dengan suaranya yang serak setelah bangun tidur.
Cha Young Pil langsung menerima sinyal bertahan hidupnya dan hanya tersenyum sambil memberikan ponsel yang sedari tadi berdering ke arah Jung Jaeha. Ia perlahan berjalan mundur sambil mengangkat kedua tangan diatas kepala dan perlahan melangkah keluar meninggalkan kamar Jung Jaeha. "Peace bro." Dengan senyum bodohnya.
Butuh beberapa menit untuk menyadarkan diri dan menaruh kembali nyawanya yang masih ada dialam mimpi. Ia segera mengecek layar ponsel yang dari tadi mengganggu waktu tidurnya. Banyak deretan panggilan masuk dari nomor tak dikenal, begitu juga pesan masuk dari nomor yang sama. Ia membuka pesan masuk tersebut dan Jung Jaeha hanya tersenyum tipis sambil mendengus setelah selesai membacanya. "Ah...dasar wanita ini." Menggigit keras bagian bibir bawahnya agar tersadar, hingga meninggalkan sedikit luka.
Pria itu bergegas bangun dari tempat tidur dan merapihkan sedikit pakaiannya dengan memakai jaket. Ia bersiap untuk pergi keluar, memenuhi panggilan dari pesan masuk yang diterimanya. Sesaat keluar dari kamar, ia melihat Cha Young Pil dengan memakai pakaian rapihnya. Menggunakan kemeja dan jas.
"Hei Jung Jaeha, kau ingin ikut merayakan tahun baru bersama?" Menyapa jauh dari arah sopa.
"Aku sibuk." Balasnya ketus sambil menutup pintu kamarnya.
"Apa? Apa kau merayakan tahun baru dengan pekerjaan hostmu lagi? Wahh..si brengsek ini selalu beruntung rupanya." Sindirnya dengan santai.
"Hah..kunci mulutmu, sebelum ku hajar mulut sialanmu itu." Liriknya tajam kearah Cha Young Pil dan segara memakai sepatunya lalu menutup pintu dengan keras dihadapannya.
"Wahh...si brengsek itu, wahhh..sialan." Beranjak berdiri karena merasa kesal.
Cha Young Pil hanya bisa mengumpat tanpa melakukan apapun pada Jung Jaeha, ia benar-benar ditolak. Sedangkan Jung Jaeha pergi keluar tanpa melirik sedikitpun kearah Cha Young Pil, Ia benar-benar akan menghabiskan waktu malam ini dengan mengurus beberapa hal lain.
Saat diperjalanan, Ia mencoba untuk membuat perhitungan mengenai berapa hal menggunakan akalnya, sebelum sampai disana Ia sebisa mungkin tidak ingin mengambil resiko yang merugikannya terlalu besar. Hampir setengah perjalanan lagi untuk sampai ke lokasi yang tertulis dipesan itu. Jung Jaeha langsung menelpon nomor tersebut untuk memperjelas situasi sekarang. "Kau dimana?" Tanya Jung Jae Ha pada seseorang yang ada dalam panggilannya.
Ia mendapat arahan sambil berbicang dengan seseorang dalam panggilan untuk menuju ke lokasi. Sesampai dilokasi, ia cukup terkejut dan hanya bisa tertawa melihat situasi dirinya saat ini. Ia masih dalam panggilan sembari melihat situasi disekitarnya, raut wajah Jung Jaeha tiba-tiba berubah menjadi begitu serius sambil menatap tajam kearah orang-orang yang berada dihadapannya.
"Jadi seperti ini caramu menggangguku. Hahh...caramu menolak sungguh membosankan. Dengan mengirim orang-orang ini untuk membuangku sedangkan kau bersembunyi disana. Hei! Yoo Mi Jung haruskah aku berterimakasih? Tidak perlu khawatir, akan ku bereskan dengan cepat." Mematikan panggilannya.
Setelah merasa cukup untuk berbincang dan membaca situasi yang akan dihadapinya. Ia langsung mematikan ponsel dan bersiap untuk melayani orang-orang dihadapannya. Sekitar sepuluh orang dengan pakaian jas hitam dan beberapa dari mereka menutup wajahnya dengan memakai masker. Selain itu beberapa dari mereka bertubuh besar dan sedang. Rupanya Jung Jaeha akan benar-benar sibuk untuk malam ini. "Kalian sudah dapat perintah bukan? Ok, bisa kita mulai?"
Jung Jaeha sepertinya akan bertarung habis-habisan malam ini, dengan orang-orang suruhan Yoo Mi Jung. Mengingat permasalahan mereka dipicu akibat kejadian kemarin, Namun semua itu permasahalan kecil bagi pria ini. Ia sudah cukup terbiasa dengan perlakuan seperti ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, beberapa dari mereka selalu mengirim orang untuk melampiaskan rasa ketidakpuasan padanya. Hanya saja, sebenarnya Jung Jae Ha merasa lelah jika harus setiap berhari berurusan dengan orang-orang seperti mereka, tubuhnya jelas akan rusak. Karena itu, sebisa mungkin Ia harus menyelesaikannya dengan cepat.
Mungkin tidak untuk sekarang, kali ini posisi Jung Jaeha kurang beruntung. Ia kalah dalam jumlah. Selain itu, ruang tempat yang sempit untuk memulai perkelahian. Lorong sepi dengan toko-toko lama yang sudah ditutup, hanya tertinggal tumpukan kayu, kursi, dan barang-barang bekas lainnya. Tempat yang cocok bagi Yoo Mi Jung untuk menyeret Jung Jae Ha kedalam perkelahian.
Tiba-tiba salah satu dari mereka memulai serangan dadakan, diikuti oleh orang kedua yang memegang kayu untuk menyerang kearah Jung Jaeha. Jung Jaeha berhasil menghentikan serangan pukulan pertama dari lawannya dan menangkis pukulan kayu menggunakan lengannya. Namun lawan yang ada dihadapannya bersiap untuk maju untuk mengepung dan memberikan pukulan. Setelah berhasil menangkis dan menendang cukup keras bagian tulang kering lawan kedua, Ia terkena pukulan samping tepat mengenai wajahnya. Ia sedikit tersungkur saat terkena pukulan tersebut. Berusaha untuk tersadar dan fokus kearah lawan yang ada didepannya, namun tendangan yang cukup keras tadi mengenai bagian perutnya. Hingga membuat Jung Jae Ha sedikit sulit untuk menyeimbangkan tubuh dan mengerang kesakitan.
Begitu serangan beruntun terus ia dapatkan, mencoba menangkis dan menahan pukulan mereka. Lebih banyak bertahan dibandingkan melakukan serangan balik. Tubuhnya sudah dibuat terjatuh dan berusaha untuk menahan sakit dibagian tulang rusuknya. Pandangan Jung Jaeha cukup buram karena luka dari pukulan yang ia dapatkan. Namun ia cukup lega, beberapa dari orang-orang tersebut sudah pingsan dan mendapat luka yang serius. Hanya tinggal setengah dari mereka yang masih berdiri dan siap untuk melawan lagi.
Kali ini ia berusaha memaksakan tubuhnya bangun kembali dan memegang kuat senjata kayu ditangannya. Berteriak seperti orang gila dan maju kearah lawan, dengan pola serangan memukul wajah, mengayunkan senjata untuk menjatuhkan lawan dari arah belakang, jika ada kesempatan sesekali ia mematahkan bagian kaki lawan lalu menendang kuat wajah mereka hingga jatuh pingsan. Namun ia juga mendapatkan kembali pukulan keras dari mereka, hingga mulut dipenuhi dengan darah yang keluar karena pukulan keras diperutnya. Jung Jaeha merespon semua rasa sakit disekujur tubuh itu dengan teriakan gila agar tetap tersadar, walaupun tubuhnya berkata lain. Keseimbangan mulai goyah, jalur padangan yang semakin buram karena darah dari kepala yang menguyur matanya.
Disaat Jung Jaeha sedang kewalahan dengan luka dalamnya, orang itu mengambil kesempatan memulai serangan dari arah depan dengan senjata pisau ditangannya. Tapi teriakan dari orang itu membuatnya tersadar, badannya secara naluriah melakukan pertahan dan mematahkan pergelangan tangan lawan. Pisau itu terjatuh, namun orang itu cukup tangguh karena badannya. Menggunakan badannya, ia mendorong Jung Jaeha kearah tumpukan keranjang kayu bekas minuman, membuat ia tepojok lalu mengerahkan pukulan lainnya. Jung Jaeha berusaha untuk melawan kembali dengan menyundulkan kepala sendiri pada orang tersebut. Saat orang tersebut lengah karena merasa pusing, Jung Jaeha langsung melancarkan serangan terakhir dengan memukul, menendang hingga orang itu terpojok dan jatuh kearah tumpukan barang-barang bekas disana. Jung Jaeha terus menginjak secara brutal bagian tubuh orang itu sampai akhir.
Engahan napas Jung Jaeha terasa semakin berat, begitupun dengan padangannya. Tapi bagaimanapun keadaannya, ia berusaha untuk pergi dari tempat itu setelah menyelesaikan semua pertarungan, dengan kaki yang sudah tidak kuat untuk menopang tubuh, ia tetap berusaha bangun walaupun berkali-kali tetap saja terjatuh. "Hahh..hahh...sial! Tubuh lemah sialan! Arghhh~ " Berusaha mengatur napas dan mengumpulkan stamina dalam beberapa detik. Lagi-lagi ia berteriak, begitu menyedihkan pikirnya.
Penuh luka disetiap tubuh, entah seperti apa respon orang-orang jika ada yang melihat wajahnya babak belur dan berdarah seperti ini. Apa sekarang sudah seperti berandalan? Ah, memang seharusnya telihat seperti ini. Cocok sekali untuk kehidupan seorang Jung Jae Ha yang sekarang.
Ia berjalan sempoyongan kearah sisi jalan raya, memang tidak terlalu ramai orang yang melihat dirinya disekitan sana. Beberapa orang hanya melirik, menunjuk dan menggunjingnya dari kejauhan. Jung Jae Ha tersenyum pahit. Terlihat lampu yang menyoroti dan mendekat kearahnya, Ia langsung melambaikan tangan untuk merespon sorotan lampu yang diduga itu adalah taxi.
Mobil itu behenti dan memang benar adalah taxi. Penglihatannya masih buram, membuat jarak pandangan terganggu. Untunglah, sekarang Jung Jae Ha sedikit lega karena mendapat tumpangan taxi dengan keadaan yang babak beluk penuh luka ini.
"Pak, tolong antar saya ke Seongbukdong." Ucapnya dengan suara yang terdengar lemah ditelinga supi taxi.
Supir itu sedikit ragu saat mendengar perkataan penumpangnya. Kondisi yang terlihat cukup parah, Ia berpikir sabagai supir dan sekaligus orang tua yang melihat anak muda dengan penuh luka seperti itu harus membawa dia kerumah sakit. Tapi untuk saat ini mungkin, Ia melajukan mobilnya terlebih dahulu dan sesekali memastikan keadaan anak muda itu menggunakan kaca spion belakang.
Jung Jae Ha mengambil ponsel yang ada disaku jaketnya. Ia menggulir layar ponsel ke daftar nomor panggilan, lalu menekan salah satu nomor panggilan yang tertulis dengan nama Noona.

Book Comment (66)

  • avatar
    03Sumarsi

    kak gem kak gem kata kata nya dong

    10d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    best

    20d

      0
  • avatar
    JumiatiJumiati

    keren

    25d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters