logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 52 Rumah Joni

"Masuk."  Orang tersebut menyeret tubuh Sekar dan Rida dengan paksa agar mau masuk ke  mobil.
"Tolong…."
Namun sekuat apapun Sekar dan Rida menolak, tenaga mereka tidak mampu menandingi lelaki tersebut.
"K-kami mau di bawa ke mana?" tanya Sekar setelah sang pengemudi melajukan kendaraannya.
"Katanya mau ketemu bos Joni."
"Kenapa kalian memanggil ayahku dengan sebutan bos?" tanya Rida penasaran.
"Karena dia orang yang menggaji kami."
"Lalu…."
"Sudahlah, diam dan jangan banyak omongan!" bentak lelaki tersebut, Rida yang mendengar suara kerasnya langsung diam seketika.
Sekitar satu jam kemudian mereka telah sampai di rumah mewah berlantai dua dengan  pagar yang tinggi seakan tidak mau kalau ada orang luar yang tahu aktifitas di dalam pagar. Di halaman rumah terlihat beberapa mobil terparkir dengan rapi.
"Apakah ini benar rumah ayahmu, Rida? Mama jadi menyesal dulu menceraikannya, bahkan rumah ini lebih besar dari rumah Mbak Sri," tanya Sekar takjub.
"Iya Ma, ternyata ayah kaya raya ya? Rida juga tidak menyangka kalau rumahnya sebesar ini."
"Ayo turun, bos sudah menunggu kalian."
"Baik."
Sekar dan Rida mengikuti orang tersebut dari belakang. Dia menuju ke sebuah ruang yang ternyata di sana sedang ada banyak orang berkumpul mengelilingi meja. 
"Mereka sudah datang bos."
"Ayah," ucap Rida langsung datang menghambur ke pelukan Ayahnya.
"Halo, sayang. Apa kabarmu? Sebentar ya, ayah tutup rapat dulu."
"Iya Yah."
"Josh, ini putri saya, silakan pertimbangkan dulu mengenai kesepakan kita tadi. Dan yang di sana adalah mantan istri saya, Ben. Saya menunggu kabar baik dari kalian berdua."
"Baiklah, kami permisi dulu. Besok akan saya berikan jawabannya, sepertinya saya sangat tertarik dengan tawaran anda," ucap Josh sambil berlalu meninggalkan ruangan.
"Dilihat sekilas sepertinya cukup lumayan, saya juga akan memberikan jawaban saya besok, selamat malam," ucap Ben.
Benak Rida diliputi tanda tanya kenapa kedua orang tersebut berkata aneh setelah melihat mereka datang, namun dia mengabaikannya.
"Mas Joni, kenapa kamu tidak bilang kalau sudah sesukses ini?" ucap Sekar dengan nada menggoda yang dibuat-buat.
"Untuk apa?" tanya Joni pura-pura tidak paham dengan maksud Sekar.
"Aku kan bisa kembali kepadamu, kalaupun kamu sudah punya istri aku rela menjadi yang kedua kok."
"Cih, aku yang gak sudi, dulu kamu mencampakan aku gara-gara aku miskin, sekarang setelah aku kaya kamu mau masuk lagi ke dalam kehidupanku? tidak semudah itu Sekar."
"Apa maksud kamu Mas?"
"Nanti kamu juga akan tahu, ayo aku antar ke kamarmu Rida."
"Iya Ayah."
Rida dan Sekar mengikuti Joni dari belakang, mereka menuju ke sebuah kamar tidur yang berada di lantai dua.
"Ini kamarmu Rida, istirahatlah, semoga kamu tidur nyenyak malam ini."
"Lalu aku tidur dimana Mas?"
"Terserah."
"Kamarmu ada dimana?"
"Di bawah, mau apa kamu menanyakan kamarku?"
"Mungkin saja nanti malam…."
"Halo, selamat datang." Terlihat seorang wanita dengan pakaian kurang bahan datang menghampiri mereka bertiga. Wanita itu langsung mencium Joni, membuat Sekar merasa risih.
"Siapa dia Mas?" tanya Sekar.
"Dia istriku, perkenalkan namanya Cinta."
"Halo, aku Cinta, semoga kalian betah tinggal di sini ya."
"Ish." Sekar mencebik, dia tidak suka dengan Cinta.
"Aku tinggal dulu Rida, semoga mimpi indah sayang."
"Iya Yah."
Sekar segera menutup pintu setelah Joni dan Cinta pergi.
"Istri Ayah cantik banget ya Ma, mana bodynya yahud lagi," ucap Rida sembari merebahkan badannya di ranjang.
"Ish, yahud apanya? Kerempeng kaya gitu kok, lebih seksi Mama dong."
"Itu namanya body gitar spanyol Ma, pasti dia suka perawatan deh, kulitnya saja…."
"Sudah, jangan bicarakan dia lagi, sekarang bagaimana rencana kita ke depannya? Apakah kita akan tinggal disini terus?"
"Aku sih setuju Ma, sepertinya aku bakal betah di sini."
"Kamunya betah, akunya yang panas setiap hari lihat Mas Joni dengan istrinya."
"Maksud Mama apaan sih?"
"Ah, kamu anak kecil mana paham. Besok kamu minta uang sama ayahmu ya, kita shoping, Mama tidak bawa baju banyak soalnya."
"Siap Ma."

"Mas, kamu yakin akan menampung mereka berdua?" tanya Cinta.
"Untuk sementara saja sayang, kalau Josh dan Ben sudah deal dengan kesepakan kami, nantinya mereka tidak akan tinggal di sini lagi."
"Syukurlah, aku tidak mau kalau harus tinggal dengan mantan istrimu dalam waktu yang lama."
"Kenapa? Kamu cemburu kalau aku bakal balikan lagi sama dia?"
"Tentu saja, dilihat sekilas dia itu memiliki tampang pelakor, dan jujur saja anakmu sepertinya mirip ibunya."
"Kamu tenang saja, aku tidak akan termakan bujuk rayuannya, aku tahu betul wanita seperti apa dia itu."
"Iya sayang, aku percaya kepadamu."

"Ini kartu kredit Ayah, belanjalah sesukamu Rida," ucap Joni saat mereka berempat duduk di meja makan.
"Wah, benarkah Ayah? Asyik, akhirnya aku bisa shoping," ucap Rida gembira.
"Ya, kalau mau bepergian, Ayah sudah siapkan mobil dan sopir untukmu." 
"Terima kasih ayah."

"Rida, kalian tinggal di mana?" tanya Rido saat mereka bertemu di kampus.
"Bukan urusanmu."
"Aku khawatir dengan kalian, bagaimana keadaan Mama?".
"Apa pedulimu? Bukankah kamu lebih memilih Papa dari pada kami?"
"Meskipun demikian tapi aku tetap menyayangi kalian, aku memilih Papa karena…."
.
"Sudahkah, tidak perlu dijelaskan lagi. Aku tidak butuh saudara yang mengabaikan ibu dan kakaknya saat kami kesusahan," ucap Rida sambil berlalu meninggalkan Rido.
"Kak, tunggu…."
"Rido, ada apa?" Ani menghampiri Rido yang berniat mengejar Ani.
"Itu, kak Rida."
"Sudahlah, tunggu saja dulu biar kemarahannya mereda. Kita nonton saja yuk, bosan aku nih."
"N-nonton?"
"Iya, mau tidak?"
"B-boleh, tapi…."
"Nanti aku yang bayari, yuk," ucap Ani sambil menggandeng tangan Rido.
"Eh, eh," Rido merasa sedikit risih karena baru kali ini digandeng cewek kecuali kakak dan Mamanya.
Rido memiliki wajah yang cukup tampan dan otak yang smart, namun kalau masalah hubungan dengan cewek dia tidak punya pengalaman. Selama ini banyak cewek yang mendekatinya tetapi dia selalu menolak dengan alasan ingin fokus belajar dulu. Pikirannya berubah sejak bertemu Ani, dia mulai menyukainya sejak pandangan pertama.
"Mau nonton apa?" tanya Ani saat mereka sampai di bioskop.
"Em, ini saja," ucap Rido sambil menunjuk salah satu judul film kartun anak-anak.
"Tidak, ini saja," Ani menjatuhkan pilihannya pada film yang bertanda 18+ dengan gambar dua orang dewasa sedang berciuman.
"K-kenapa ini?" tanya Rido gugup, melihat covernya saja dia sudah panas dingin.
"Kata teman-temanku film ini bagus."
"Kenapa kamu tidak mengajak mereka untuk menonton ini?" tanya Rido yang masih keberatan jika harus menonton film dewasa dengan Ani.
"Mereka sudah menonton semua, aku beli tiket dulu."
"Ani, aku…."
"Kamu mau popcorn?" 
"Iya, tapi, aku…."
"Kenapa? Kamu tidak mau nonton sama aku? Atau kamu keberatan dengan filmnya?" 
"Aku merasa risih kalau harus melihat film dewasa dengan kamu."
"Tidak apa-apa, sekalian belajar," bisik Ani di telinga Rido sehingga menyebabkan bulu tengkuknya meremang.
"A-ani…." Ani tersenyum melihat reaksi Rido.

"Tolong lepaskan aku, aku mau pulang huhuhu…." 
"Tidak, kamu milikku sekarang, mari bersenang-senang sayang."

Book Comment (222)

  • avatar
    2016Louise

    Ok banget sih baru 1 bab di baca sudah mengerti bgmn seorg istri yang harus bekerja tambahan utk memenuhi kebutuhan keluarga dengan anak bny dan kebalikan dgn suami yang besar keinginan kpingin punya bny anak tp asal saja/tdk bs memenuhi kebutuhan keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    BoyAkbar

    p oo

    17h

      0
  • avatar
    Rohmah

    sangat membantu ekonomi saya

    2d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters