logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 51 Diusir

"Sekar, aku talak kamu, mulai saat ini kamu bukan lagi istriku, silakan pergi dari kehidupanku dan carilah kebahagiaanmu sendiri," ucapnya sambil bergetar.
"Mas…." Sekar tidak percaya Bayu tega menjatuhkan talak kepadanya.
"Bayu, jangan bertindak gegabah, pikirkan semua dengan kepala dingin."
"Papa…." Rida dan Rido yang baru saja datang sempat mendengar pertengkaran mereka.
"Rida? Rido?"
"Kenapa Papa tega sekali kepada Mama? Mama melakukan hal ini karena Papa tidak bisa mencukupi kebutuhan kami, coba saja Papa mau menerima jabatan sebagai manager, pasti tidak akan pernah ada pertengkaran seperti ini," bela Rida.
"Kenapa kamu membela Mamamu yang jelas-jelas terbukti bersalah, Rida. Papa sudah cukup sabar menghadapi Mamamu, sudah berkali-kali Papa memaafkan Mamamu tetapi dia melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Kesalahanmu kali ini sangatlah fatal Sekar, dan aku sudah tidak sanggup lagi menghadapimu. Sebagai kepala rumah tangga aku merasa gagal karena tidak mampu mendidikmu menjadi istri yang baik."
"Maksud kamu apa Bayu?" tanya Sri yang penasaran dengan perkataan Bayu. Sementara itu Sekar hanya diam saja karena merasa terpojok dengan perkataan Bayu.
"Bukan sekali ini dia selingkuh di belakangmu Mbak, bahkan sudah berulang kali, dan selalu berakhir dengan aku memberinya maaf, memberinya kesempatan untuk memperbaiki rumah tangga kami. Tapi sepertinya penyakit selingkuhnya itu tidak akan pernah sembuh. Bayu sudah capek Mbak, Bayu ingin lepas dari semua ini."
"Pa, apa Papa tidak memikirkan nasib kami ke depannya? Bagaimana kami akan hidup jika kalian berpisah?" ucap Rida.
"Pa, jika memang keputusan yang Papa ambil akan berdampak baik untuk Papa maka Rido setuju Papa berpisah dengan Mama…." 
"Rido, kamu ini apa-apaan sih? Kamu tega melihat Mama jadi Janda? Terus siapa yang akan menafkahi kita kalau Mama berpisah dengan Papamu?" protes Sekar.
"Semua itu adalah konsekuensi yang harus Mama terima karena telah selingkuh di belakang Papa, Papa juga berhak bahagia Ma, hidup dengan Mama hanya membuat Papa tertekan."
"Rido, kamu ini anaknya siapa sih? Kok tega banget bicara seperti itu sama Mama yang sudah melahirkan kita," protes Rida.
"Mama memang orang yang telah melahirkanku tapi aku tidak setuju dengan tindakan Mama. Aku tahu betul bagaimana baiknya Papa, bagaimana sabarnya Papa menghadapi sikap Mama."
"Sudah, sudah, sebaiknya kita sudahi dulu perbincangan ini. Kita istirahat dulu, dinginkan pikiran, nanti kita lanjut lagi setelah pikiran kita dingin," sela Sri.
"Tidak bisa Mbak, pokoknya keputusanku sudah bulat. Aku akan tetap menceraikan Sekar, silakan angkat kaki dari rumah ini Sekar."
"Bayu, kemana dia akan pergi, ini sudah malam loh," tanya Sri.
"Biarkan dia ke tempat selingkuhannya yang kaya raya itu Mbak."
"Baik, kalau itu keputusanmu akan aku terima Mas. Aku akan angkat kaki dari rumah ini. Rida, Rido, kemasi barang-barang kalian," ucap Sekar. Rida segera melaksanakan perintah Sekar sedangkan Rido masih mematung di tempatnya.
"Rido, apa yang kamu lakukan? ayo kemasi barangmu!" 
"Tidak Ma, Rido tidak akan ikut Mama, aku akan tinggal."
"Maksud kamu apa? Mama yang telah melahirkan kamu, kenapa kamu lebih memilih orang asing ini dari pada Mama?"
"Dia bukan orang asing, dia Papaku. Papa yang bisa membimbingku untuk menjadi lelaki yang bertanggung jawab."
"Pelet apa sih yang diberikan kepadamu sehingga kamu bisa tunduk seperti ini?" tanya Sekar.
"Bukankah kamu yang sering memakai pelet untuk memikat calon korbanmu?" ucap Dirga yang sedari tadi diam saja.
"A-apa maksudmu Mas? jangan menyebarkan fitnah ya, atau aku akan…."
"Itu bukan fitnah, tapi fakta. Apa perlu aku memanggil Ucup dan Mang Ujang kemari untuk menjelaskan apa yang terjadi? Atau apa? Mau menyebarkan foto itu? Silakan, aku tidak takut."
Sekar sangat kaget mendengar perkataan Dirga, dia tidak menyangka kalau Dirga mengetahui niat jahatnya.
"Ayo kita pergi Ma," ucap Rida sambil menenteng barangnya.
"Aku akan pergi Mas, tapi ingat, urusan kita belum selesai. Aku akan menuntut harta gono gini, dan untukmu Rido, kamu akan menyesal karena telah memilih orang ini daripada Mama."
"Tidak akan pernah Ma,"  ucap Rido mantap.
Sekar dan Rida pergi dengan membawa barang bawaan mereka.
"Bayu, kenapa rumah tanggamu jadi seperti ini?" ratap Sri saat mereka berlima duduk di ruang tamu.
"Ini semua salahku Mbak yang tidak mendengarkan nasehat Bapak dulu."
"Sudahlah, semua sudah terjadi Bayu, semangatlah, masih ada Rido yang harus kamu urus," ucap Dirga.
"Saya sudah gedhe Pakde, sudah bisa mengurus diri sendiri. Maafkan sikap Mama ya Pa, saya mewakili Mama meminta maaf kepada Papa. Jika belum bisa memaafkan sekarang mungkin nanti Papa bisa memberi Mama maaf."
"Kamu tidak perlu minta maaf Rido, maaf, untuk saat ini Papa tidak bisa memaafkan Mamamu. Hati Papa sangat terluka dengan perbuatannya."
"Iya Pa, aku paham." 
"Sebaiknya kita semua istirahat dulu," ucap Dirga.
"Iya, baiklah.

"Ma, kita mau kemana ini? Mana udah malam lagi."
"Mama juga tidak tahu, memangnya kamu tidak punya teman yang bisa ditumpangi gitu?"
"Tidak ada Ma, di kampus aku tidak punya teman."
"Hah? Kok bisa?"
"Tidak tahu, mereka sepertinya menjauhiku."
"Kamu ini aneh sekali."
"Mama telepon Om Judi saja."
"Tidak bisa, setelah insiden tadi sore Mama tidak bisa menghubungi Judi."
"Pasti HP nya disita istrinya."
"Kemungkinan demikian."
"Kalau begitu telepon Ayah Joni saja."
Joni adalah suami pertama Sekar sekaligus Ayah dari Rida dan Rido. Mereka sudah berpisah selama sepuluh tahun dan selama itu pula Sekar tidak pernah berhubungan dengan Joni meskipun hanya lewat telepon.
"Ayah? Dari mana kamu mendapatkan nomornya?"
"Sebenarnya selama ini aku masih berhubungan dengan Ayah lewat telepon Ma. Tapi Ayah tidak tahu kalau kita sudah pindah ke kota kok."
"Kalau begitu coba kamu telepon dia."
"Ok Ma."
Rida segera mencari nomor Ayahnya dan menghubunginya.
"Halo Ayah."
"Halo Rida, ada apa?" tanya Joni dari seberang telepon.
"Ayah, kami sekarang berada di kota, bisakah Ayah menjemput kami?" 
"Hah? Kamu dimana? Sekarang kamu sama siapa?"
"Aku sama Mama Pa. Kami tidak punya tempat untuk menginap malam ini."
"Ok, kirimkan alamat kalian, temanku yang akan menjemput."
"Ok Pa."
Cukup lama Sekar dan Rida menunggu di pinggir jalan besar dekat komplek perumahan Sri. Sampai akhirnya datang sebuah mobil yang di tumpangi oleh dua orang pria berbadan kekar.
"Apakah anda Nona Rida dan Nyonya Sekar?"
"Iya, itu kami."
"Kami disuruh bos Joni untuk menjemput kalian," ucap salah seorang dari mereka yang bertampang sangar dan memakai kacamata hitam.
"Benarkah? Coba aku hubungi Ayah dulu."
"Tidak perlu, bos sedang sibuk. Ayo masuk."
"Tidak mau, aku mau menghubungi Ayah dulu."
"Silakan masuk sendiri atau saya perlu memakai kekerasan."
"Tidak mau."
"Masuk."  Orang tersebut menyeret tubuh Sekar dan Rida dengan paksa agar mau masuk ke  mobil.
"Tolong…."

Book Comment (221)

  • avatar
    2016Louise

    Ok banget sih baru 1 bab di baca sudah mengerti bgmn seorg istri yang harus bekerja tambahan utk memenuhi kebutuhan keluarga dengan anak bny dan kebalikan dgn suami yang besar keinginan kpingin punya bny anak tp asal saja/tdk bs memenuhi kebutuhan keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    Rohmah

    sangat membantu ekonomi saya

    4d

      0
  • avatar
    skuyyyvalen

    bagussss sekaliiii

    11d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters