logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Winda

"Pokoknya aku mau berhenti dari pekerjaan ini, aku capek Mi." ucap Winda pada seorang wanita tua yang berpakaian ketat nan seksi. Bibirnya dihias lipstik merah. Tatapannya menggambarkan kepribadian kejam nan angkuh.
" Kamu bisa ... berhenti kapan saja. Asal kamu mau membayar sesuai harga yang saya sebutkan," ucap perempuan tua yang dipanggil Mami oleh Winda.
"Tolong berikan keringanan, Mi. Winda sudah capek. Terakhir pelanggan yang ada kasar banget. Tulang belulang Winda rasanya remuk," ucap Winda. Memelas seperti seorang budak di kaki wanita tua itu.
Bukannya iba, wanita tua itu malah menendang Winda yang bersimpuh di kakinya hingga Winda tersungkur. "kamu sudah terikat sama saya. Untuk keluar, kamu harus bayar mahal. Di luar itu, bukan urusan saya!" bentaknya.
"Sekarang kamu keluar, atau saya panggil anak buah saya untuk menghajar kamu!" usir wanita tua itu. Winda yang ketakutan, bergegas pergi. Dia jera, dihajar habis-habisan karena pernah melawan satu kali.
****
Winda pergi ke kos-kosan kekasihnya. Biasanya, setiap kali lelah atau sedih mendera, kekasihnya akan selalu ada untuknya. Sudah lama Winda tak bertemu Aldo karena kesibukannya. Terakhir saat dia menyerahkan uang untuk biaya skripsi laki-laki yang dicintainya itu. Setelah itu, mereka lost kontak karena Winda akan menikah dengan Wisnu untuk mengumpulkan uang agar bisa lepas dari jerat agensinya.
Sesampainya Winda di sana, pintu kamar kos pacarnya tertutup rapat, tidak seperti biasanya. Tapi di dalam terdengar suara des*h seorang perempuan.
Brak!
Tanpa pikir panjang Winda menendang pintu kamar kos Aldo yang tenyata tidak dikunci. Di hadapannya, terpampang nyata kekasihnya yang sedang bercinta dengan wanita lain.
"SET*N! Teriak Winda histeris.
Aldo segera bergegas memakai pakaiannya, sementara wanita yang tadi mend*sah nyaring itu terlihat katakutan dan gemetaran. Dia menutupi tubuh polosnya dengan selimut.
"Sayang ... aku bisa jelasin," ucap Aldo panik.
Plak!
Winda menampar pipi kekasihnya, Aldo dengan keras. Dia merasa sangat hancur. Setelah semua pengorbanannya selama ini untuk membayar biaya kuliah laki-laki yang berjanji akan sukses bersamanya. Winda lah yang selama ini menghidupi Aldo dan membiayai keperluannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan sekarang, inilah yang di dapatkannya. Kekasih yang dimimpikannya malah bercinta dengan wanita lain.
"Aku sudah susah payah kerja buat kamu. Aku sudah mengorbankan diriku untuk kamu. Aku sudah menjual diriku untuk kamu. Sekarang ini balasan kamu? Setelah tiga tahun aku tertekan, ini balasan kamu?" cecar Winda pada Aldo.
"Dasar laki-laki banci. Seharusnya kamu yang bekerja, berjuang untuk masa depan. Bukan aku! Kamu itu cuma mau enaknya aja. Dasar lemah! Brengs*k!" maki Winda lagi. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Wanita itu belum puas menumpahkan semuanya.
"Setelah apa yang aku lakukan, kamu malah berkhianat. Kamu pikir aku gak capek kerja begitu, hah?"
"Memangnya aku pernah nyuruh kamu kerja murahan itu?" ucap Aldo sinis setelah Winda habis-habisan mencecar sampai menjatuhkan harga dirinya.
"Aldo ...." bisik Winda, tak percaya kalau selama ini dia dimanfaatkan.
"Kamu mikir selama ini aku manfaatin kamu, iya? Oh sayangku ... pikiran kamu tentang itu semuanya benar. Asal kamu tahu, aku malu punya pacar pel*cur. Teman-temanku mengejek aku habis-habisan. Dan kamu tahu, Winda sayang .... kamu itu sudah nggak ada harganya di mata aku. Kamu sudah dipakai banyak laki-laki. Kamu sama aja kayak barang bekas."
Winda terperangah, berharap kejadian menyakitkan yang menusuk dadanya ini adalah mimpi.
"Kenapa? Kaget. Kamu kan sudah menikah dan jadi pelakor yang sukses. Silahkan hidup bahagia dengan suamimu." lanjut Aldo.
"Baj*ngan kep*rat. Kembalikan semua uangku!" Seru Winda sambil menyerang Aldo. Namun tenaganya lebih kecil dari laki-laki itu hingga dengan mudah dirinya tersungkur.
Aldo menyeret Winda keluar. Lalu mengancamnya dengan wajah sadis. "Sekarang, pergi dari sini atau aku katakan pada mertua dan suamimu siapa kamu sebenarnya,"
Usai mengatakan itu, Aldo berlalu. Winda dengan nafas terengah-engah berdiri sambil menahan air mata yang terus keluar tak terkendali. Amarah dan rasa sakit menggumpal dalam dadanya. Wanita yang hidup sebatang kara sejak kecil dan dibesarkan panti asuhan itu berjanji dalam hatinya.
"Lihat saja, aku akan kaya dan membalas kalian semua yang pernah menyakitiku."
****
Winda mencoba biasa saja saat pulang ke rumah. Bu Ratna tak ada. Hanya ada Wisnu yang sedang duduk santai membaca. Winda segera mendekat dan duduk dipangkuan suaminya. Wisnu terkejut, namun laki-laki itu kembali melanjutkan bacaannya.
"Mas ..." bisik Winda ditelinga Wisnu.
"Iya, sayang?" Wisnu yang tadi acuh mulai terpancing. Padahal tadi siang laki-laki itu memikirkan Aisyah, sekarang dengan adanya Winda, dia kembali menjadi lelaki br*ngsek.
"Aku mau beli ini, boleh kan?" Winda menunjukkan gelang emas di ponselnya. Seharga lima puluh juta.
"Boleh, kan?" ucap Winda sambil menggerayangi titik sensitif Wisnu. Winda sudah terlatih untuk ini.
Mau tak mau, Wisnu mengiyakan ucapan istrinya. Winda girang dalam hati. Setidaknya ini lebih mudah daripada harus melayani n*fsu bej*t para kliennya.
****
Bu Ratna pulang pukul sembilan malam. Wanita tua itu banyak membawa oleh-oleh makanan. Dilihatnya anak dan menantunya sedang menonton televisi di ruang keluarga. Wanita tua itu merasa senang. Apalagi setelah melihat bercak merah di leher Winda. Dia berpikir kalau menantunya itu berusaha keras untuk memberikannya cucu.
"Wisnu, Winda .... nih ibu bawa martabak. Oh ya, Ibu belikan kamu vitamin juga,oh. Biar cepat hamil." ucap Bu Ratna pada Winda.
"Wah ... terima kasih, Bu." Winda menerimanya dengan senang. Dia merasa memiliki keluarga saat berada didekat suaminya dan Bu Ratna. Sebuah tempat yang selama ini diidamkannya. Winda sering sekali penasaran bagaimana rasanya pulang sambil menunggu salah satu keluarga membawakan makanan. Dia merasakannya sekarang.
"Loh, kok nangis Sayang?" Bu Ratna heran melihat mata menantunya yang berkaca-kaca.
"Winda senang, ada diantara Ibu dan Mas Wisnu. Seumur hidup, baru kali ini Winda merasa punya keluarga," terang Winda.
Wisnu hanya diam mendengar penuturan istrinya. Hatinya tiba-tiba merasa iba. Wanita seksi yang kadang terlihat bukan wanita baik-baik dimatanya ternyata orang yang sangat perasa dan menanggung banyak rasa sakit.
Bu Ratna segera memeluk Winda. " Ibu ada buat kamu. Anggap saja ibu adalah ibu kandung kamu."
"Terima kasih, Bu." ucap Winda.
Hari ini Winda merasakan emosinya celat berganti tempat. Tadi siang dia merasa kecewa dengan segala rintangan dan tamparan kenyataan yang dihadapinya. Sekarang, malam ini kebahagiaan datang untuknya. Winda tersenyum. Setidaknya dia punya keluarga tempat pulang sekarang, pikirnya.
Namun ada satu hal yang harus dilakukannya untuk membahagiakan keluarga barunya sekaligus untuk kepuasan dan kebebasan dirinya. Dia harus hamil. Winda bukan perempuan bodoh yang menunggu benih dari suaminya tumbuh. Dia sudah merencakan hal lain yang lebih nekat. Sesuatu yang akan memberi hasil instan namun berasal dari kebohongan.
Winda akan hamil dengan orang lain.

Book Comment (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters