logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Sesal

Aisyah duduk di jendela. Memandang langit malam yang gelap gulita. Tangisnya tumpah ruah. Hari ini laki-laki yang sangat dicintainya menikah dengan wanita lain. Hari ini putus sudah semua janji-janji yang dikatakan Wisnu padanya.
Langit menurunkan airnya membabi buta, seolah ikut bersedih atas kesedihan Aisyah. Wanita itu menyelesaikan tangisnya. Lalu menelpon kedua orang tuanya. Bukan! Dia bukan wanita gegabah yang membuat orang tua terkejut atas kejadian yang menimpa dirinya. Aisyah hanya meminta agar ibu dan ayahnya datang berkunjung.
Perempuan dengan rambut indah yang tak pernah dilihat lelaki manapun selain ayah dan suaminya itu berjalan lalu mengambil sebuah foto yang masih tersimpan di kamar mereka. Foto itu diambil saat Aisyah dan Wisnu baru menikah. Kala itu, dia merasa sangat bahagia karena telah di jadikan seperti Khadijah yang begitu disayang dan dicinta Rasul. Namun takdit berkata lain, laki-laki lembutnya, imamnya, ternyata lebih takut dan mau melakukan apa saja ucapan ibunya.
"Bahkan setelah aku memberikan segalanya, kau masih saja tidak tahu perjuanganku. Apa kau tidak mencintaiku dengan sungguh, Mas ...." bisik Aisyah pada potret Wisnu yang tersenyum lebar.
Hujan semakin lebat. Mengguncang alam. Bumi seolah bersedih atas kesedihan wankta yang selalu menjaga ibrahnya sebagai istri.
****
Sementara itu ....
Di ruang tamu terjadi perdebatan hebat Antara Wisnu dengan Haikal. Haikal benar-benar menyayangkan keputusan Wisnu karena telah menceraikan Aisyah hanya karena ada Winda dan atas keinginan ibunya yang ingin memiliki cucu.
"Bang, kamu sudah zalim terhadap Aisyah. Tidakkah kau ingat kalau wanita itu dulu yang membantumu mengembangkan usahamu yang hendak bangkrut?" Haikal berkata dengan geram. Dia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Abangnya.
"Ibu ingin segera punya cucu. Sebagai anak, tentu saja aku harus menuruti keinginannya. Ibuku sudah tua, kalau dia tidak ada di dunia ini aku bisa menyesal. Lagipula, surga ada di telapak kaki ibuku. Bukan di telapak kaki istriku," ucap Wisnu membela diri.
"Tidak ada surga jika masih menyakiti hati makhluk," sergah Haikal.
"Bisa-bisanya kau berkata seperti itu. Memang kau tuhan hah?" bentak Haikal yang merasa tersinggung.
"Kau tersinggung, Bang. Berarti apa yang kukatakan benar dan kau menyesalinya. Lihat saja, kau akan menyesal, Bang!" ejek Haikal
"Pergi dari sini! Kau sama saja dengan ibumu, suka menghancurkan kebahagiaan orang lain." Hardik Wisnu. Jari-jarinya mengepal. Seolah bersiap meninju wajah tampan Haikal yang tersenyum mencela terang-terangan.
"Kau dan ibumu sama saja, Bang. Entah apa yang dikatakan ibumu. Yang jelas aku datang kemari baik-baik. Namun ternyata kalian masih membawa-bawa masa lalu. Padahal jelas-jelas ibumu yang merebut suami ibuku, merebut ayahku dari ibuku. Kau dan ibumu sama saja." cemooh Haikal. Laki-laki itu kemudian pergi tanpa pamit dari rumah Wisnu.
"Si*alan!" Jerit Wisnu sendirian di ruang tamu. Pernikahan yang seharusnya jadi tawa dan bahagia, malah jadi ladang emosi di malam pertama.
***
Winda ternyata menyimpan penasaran pada sosok Haikal. Sebab dirinya bukan wanita baik-baik yang menundukkan pandangan atau punya rasa malu yang besar, mudah bagi Winda mengejar laki-laki yang dinilainya tampan dan bisa di manfaatkan.
"Mas Haikal!" panggil Winda pelan, setengah berbisik. Haikal menoleh dan menatap ke arah suara. Dilihatnya wanita dengan pakaian tidur itu mendekatinya.
"Ada apa?" tanya Haikal dingin.
"Mas, saudaranya Mas Wisnu?" tanya Winda pelan.
Haikal mengangguk. "Kamu wanita yang tadi di dapur dengan Bu Ratna, kan?"
Winda mengangguk. "Mas ingat saya? Mas naksir saya, ya?" ucap Winda dengan penuh percaya diri.
"Pede sekali kamu. Saya hanya mengira, kok." jawab Haikal datar.
Winda merasa tertampar karena laki-laki di hadapannya seperti sosok yang sulit di taklukkan. Namun wanita itu seolah tak habis akal. Dia segera meminta Haikal untuk bertemu makan siang bersama.
"Kamu gila? Kamu baru saja menikah dengan kakakku lalu mengajakku makan siang bersama? Murah sekali hargamu. Apa kakakku sudah gila melepas perempuan baik-baik untuk perempuan yang bisa di beli dengan sedikit uang!" hardik Haikal.
"Dasar ipar bod*h. Aku hanya mengajak makan siang. Bukan mengajakmu selingkuh!" tampik Winda.merasa kalah.
Haikal hanya memandang Winda penuh cela , lalu berbalik pergi.
****
"Win ... kamu belum mau tidur?" tanya Wisnu lembut pada istri cantiknya yang sejak tadi bersungut-sungut.
"Gak," ketus Winda. Wanita itu masih merasa kesal atas penolakan dan hinaan Haikal padanya.
Wisnu mendekati istrinya. Lalu mengelus pucuk kepala Winda perlahan. "Apa sih, Mas. Kamu gak liat aku lagi mumet! Bisa gak sih kamu jauh-jauh dulu!" Bentak Winda.
Wisnu mengehela nafas berat. Sepanjang usia pernikahan, Aisyah tidak pernah meninggikam suaranya. Namun sekarang, Winda malah membentaknya di malam pertama pernikahan mereka.
Melihat wajah Winda yang menatapnya berang, Wisnu memilih mengalah dengan menjauh sejenak dari Winda. Barangkali dia sedang datang bulan, pikir Wisnu. Malam itu, laki-laki yang selalu patuh pada ibunya tidur dengan menahan perasaan kecewa. Biasanya, dia tidur dengan bahagia. Kali dia harus tidur memeluk bantal.
***
Pagi-pagi sekali, Bu Ratna sudah duduk di meja makan. Wajahnya agak kesal mendengar penuturan Wisnu kalau Winda belum bangun tidur.
"Maaf, Bu. Semalam Winda capek banget," ucap Winda yang segera bergabung di meja makan masih dengan baju tidurnya. Sementara Bu Ratna dan Wisnu sudah berdandan rapi.
"Wah, berarti cepat 'jadi' dong," ucap Bu Winda sambil melirik ke arah Wisnu. Yang dilirik hanya bisa salah tingkah sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Semalam tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Yang ada, Wisnu dan Winda tidur saling membelakangi satu sama lain.
"Winda, kalau bisa kamu kasih ibu cucu secepatnya, ibu nanti bakal kasih kamu hadiah besar loh." ucap Bu Ratna sambil menyantap makanannya.
"Memangnya Aisyah gak bisa kasih cucu, ya?" Winda berusaha memancing obrolan tentang keingintahuannya tentang Aisyah pada Bu Ratna.
"Wanita mandul itu, emang gak berguna. Udah bagus dia kerja jadi manajer pas nikah sama anak saya malah berhenti. Katanya mau fokus ngurus rumah. Benar-benar tol*l. Gobl*k. Memannga dia pikir anak saya alat untuk menghidupi dirinya yang seenaknya ongkang-ongkang kaki di rumah? Kamu tahu nggak, Aisyah itu malah ngotot sama saya kalau dia sudah cek ke dokter dan hasilnya normal. Tapi lihat! Buktinya sekarang dia gak isi. Berarti dia mandul." terang Bu Ratna berapi-rapi.
Winda manggut-manggut. Dia bukan wanita bodoh. Jelas masalah ini ada pada Wisnu. Winda tahu Bu Ratna mencoba mengelak atas kekurangan anaknya. Sementara itu, Wisnu makan dengan cepat. Percakapan tentang Aisyah membuat perasaannya sakit. Sesuatu yang terlanjur terjadi tak bisa disesali. Laki-laki itu tak bisa meminta kembali.

Book Comment (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters