logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

3. Jangan Sakiti Dia.

Sosok yang menyerupai Aruna masih berdiri di depanku, walaupun matanya kosong tanpa bola mata, namun tetap saja, pandangan itu seolah menembus ulu hati.
Untuk beberapa saat, tubuhku tidak bisa bergerak, berdiri tegang. Sementara keringat dingin mulai bercucuran.
Ini benar-benar gila dan konyol sekali, Juna, sadarlah!!
Teriak hatiku.
Meoong ....!!
Teriakan Snowy membuatku tersadar, kucing itu melompat tepat di depan wajahku, lalu sebelum akhirnya berlari keluar kamar.
Aku mundur beberapa langkah setelah mendapatkan kesadaranku kembali.
Aruna yang berdiri di depanku, bukan, dia bukan Aruna.
Tapi, sosok yang menyerupai Aruna berjalan lurus menuju jendela yang terbuka, lalu dengan cepat melompat turun.
Aku berlari mengejar sosok itu menuju jendela untuk melihat, apakah dia jatuh ke bawah.
Kulongokkan kepala melihat ke bawah, namun tidak kulihat ada siapa-siapa di sana. Sepi.
Hanya bayangan pohon dan bunga yang tertiup angiin malam.
Buru-buru kututup jendela kamar, dan berlari kembali menuju lantai bawah.
"Raka, temui aku di tempat biasa. Sekarang."
Kukirim pesan singkat pada Raka. Saat ini, aku butuh seseorang untuk membantuku. Karena, aku merasa ada sesuatu yang aneh di rumahku. Dan Raka adalah orang pertama yang terlintas dalam pikiran, dan kuanggap bisa menolongku saat ini.
Kupacu mobil ke sebuah cafe, yang sering kami gunakan untuk hang out.
Hanya butuh dua puluh menit untuk sampai ke sana. Saat aku tiba, Raka sudah berada di sana, berbicara dengan seorang gadis. Di depannya, secangki kopi yang masih mengepulkan asap. Gadis yang tadi berbicara dengannya pergi, ketika melihatku datang.
"Kamu telat." Raka menyodorkan sebungkus rokok padaku.
"Sorry, gue lupa. Kamu tidak merokok," ucapnya lagi sambil memasukkan rokok yang dia tawarkan tadi ke dalam saku bajunya.
"Rumah gue ada hantunya," ucapku lirih setelah beberapa saat.
Raka tidak merespon atau menjawab, dia justru tertawa terbahak-bahak menertawakanku, sampai beberapa pengunjung menoleh ke arah kami.
Aku tersenyum kecut, melihat Raka menertawakanku.
"Sejak kapan kamu percaya hantu dan hal semacam itu, Jun?" ucapnya, masih dengan terkekeh.
"Aku serius, tadi, sebelum aku meneleponmu, aku melihat sosok yang sangat mirip dengan Ar ...."
Aku menghentikan ucapanku. Ada keraguan ketika akan menceritakan apa yang baru saja kualami pada Raka.
"Mirip siapa? Aruna?" tanya Raka membuyarkan lamunan.
"Kamu sepertinya sangat merindukan Aruna, itulah kenapa kamu selalu melihat sosok istrimu. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Aruna?"
Degh!
Pertanyaan Raka mengejutkanku. Entah kenapa, aku merasa seolah jantungku berdetak lebih kencang. Seperti seseorang yang sedang ketakutan.
"Aruna ... dia, baik-baik saja."
"Kamu sudah menceritakan tentang Moza padanya?" tanya Raka lagi.
Lagi-lagi, pertanyaan Raka membuatku berdebar, seperti sedang diinterogasi. Atau sebenarnya, Raka hanya ingin memancing saja?
Kutatap wajah sahabatku yang kukenal sejak duduk di bangku SMA ini, sorot matanya tajam dengan ekpresi wajah yang datar.
Ah ... mungkin ini hanya perasaanku saja, karena belum menemukan keberadaan Aruna sampai saat ini.
"Aku ... aku akan menceritakannya, tapi tidak sekarang. Mungkin nanti jika waktunya sudah tepat," jawabku ragu.
Raka menarik napas dalam, lalu dia meraih cangkir kopinya, dan menyesapnya pelan. Hingga menyisakan setengah dari isinya.
Dia mengusap wajah, seperti ada sesuatu yang saat ini sedang dia pikirkan, entahlah.
"Bagaimana jika Aruna mengetahuinya sebelum kamu mengatakan padanya," ucap Raka.
Dia menatapku tajam. Lagi-lagi, aku merasa sangat tidak nyaman dengan caranya menatapku, seperti sedang menginterogasiku. Entahlah.
"Dia tidak akan tahu, kecuali ...."
"Kecuali apa?" potong Raka cepat.
"Ada yang memberitahukan pada Aruna," jawabku.
"Selain aku, siapa yang mengetahui tentang hubunganmu dengan Moza?" selidik Raka.
Aku terdiam, mengingat siapa saja yang mengetahui hubunganku dengan Moza.
"Hanya kamu dan Moza," ujarku.
"Kamu yakin, hanya aku dan Moza?" kejar Raka.
Aku menggelengkan kepala, sebenarnya, ada seorang lagi yang mengetahuinya. Namun aku tidak ingin memberitahukan pada Raka. Dia pasti akan berpikir buruk jika aku memberitahukan siapa orang itu, yang mengetahui Moza selain dirinya.
"Iya, hanya kamu dan Moza," ucapku meyakinkan.
"Juna, sebagai teman Aruna, sebenarnya aku tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan padanya. Namun, aku menghargainya, karena menganggap sebagai urusan rumah tangga. Tapi asal kamu tahu, apa yang sudah kamu perbuat padanya itu kejam!"
Panjang lebar Raka menceramahiku, dengan kata-kata yang menohok. Sementara aku hanya bisa diam membisu, mendengarkan ocehannya.
"Juna, jangan pernah sakiti Aruna. Jika kamu melakukannya, kamu akan berhadapan denganku!"
Aku menoleh, menatap pria yang duduk di sebelahku. Sementara dia, juga menatapku dengan pandangan yang entah.
"Kamu tahu, almarhum ayah Aruna pernah memintaku untuk menjaganya. Dan aku akan melaksanakan amanat itu, meski harus berhadapan denganmu," lanjutnya.
Aku menelan ludah dengan susah payah. Kenapa baru sekarang aku mengetahui, kalau ternyata Aruna dan Raka begitu dekat.
Ada sedikit penyesalan terlintas di kepala, karena meminta Raka untuk menemuiku.
"Sebaiknya aku pulang sekarang," ucapku.
Aku memutuskan untuk pulang, daripada harus terus menerus merasa seperti pesakitan, di depan Raka.
"Salam buat Aruna, ya ...." ucap Raka.
Yang kurespon dengan melambaikan tangan.
---
Kupacu mobil membelah malam. Hujan tadi sore, membuat jalanan tertutup kabut, hingga membuat pandanganku terganggu. Cahaya dari lampu jalan yang remang-remang, membuatku harus menajamkan penglihatan.
Braak!!!
Mobil seperti menabrak sesuatu, dan serta merta, aku menginjak pedal rem hingga menimbulkan suara berdecit. Saat roda mobil beradu dengan aspal.
Aku mengatur napas, sebelum keluar untuk memeriksa, apa yang baru saja kutabrak.
Setelah memutar dan melihat sekeliling, ternyata tidak kutemukan sesuatu, hanya keheningan malam.
Kuputuskan untuk masuk ke dalam mobil, dan melanjukannya menuju rumah.
Jam dinding berdenting dua kali, tepat ketika aku merebahkan tubuh di atas tempat tidur.
Benar-benar hari yang melelahkan, seolah tidak satupun pekerjaan yang kulakukan hari ini beres.
Rasa lelah dan kantuk menyerang, hingga akhirnya membuatku melupakan semua kejadian hari ini.
"Mas, bantu aku mengangkatnya, cepat!" teriak Moza.
Aku terbelalak, ketika kulihat, sosok tubuh wanita tergeletak di dekat mobil Moza. Tubuhnya penuh darah, namun, aku tidak bisa melihat wajahnya, karena tertutup oleh rambut panjangnya.
"Apa yang sudah kamu lakukan padanya, Moza?" tanyaku. Ada firasat buruk ketika melihat kepanikannya dan tubuh wanita itu.
"Aku, aku tidak sengaja menabraknya, Mas. Dia tiba-tiba saja menyeberang," jawab Moza.
"Kamu, menabrak wanita ini?" selidikku.
"Aku tidak sengaja, Mas ...."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan padanya? Sepertinya dia masih hidup."
"Biar aku yang mengurusnya, Mas angkat tubuhnya dan masukkan ke dalam bagasi, cepat, sebelum ada yang melihat!" perintah Moza memotong ucapanku.
Tanpa berpikir panjang, aku mengangkat tubuh wanita itu dan memasukkannya ke dalam bagasi.
"Moza ...."
"Aku akan mengurusnya." Moza menjawab cepat, lalu melajukan mobilnya meninggalkanku.
Kring ... kring ....
Dering ponsel dari atas nakas, membuatku membuka kedua mata.
Masih dengan kesadaran yang belum terkumpul sempurna, kuraih ponsel untuk menjawab telepon.
"Juna, kamu di mana? Boss sedang mencarimu."
Suara Raka di ujung telepon, membuatku geragapan. Mata yang tadinya masih mengantuk, kini terjaga sempurna. Bahkan kini, jantungku pun ikut berkerja lebih cepat, seperti pelari marathon.
Kumatikan ponsel tanpa berkata apapun, sial!
Ternyata aku bangun kesiangan.
Kusambar tas kerja setelah membersihkan muka, yang mungkin saat ini masih terlihat acak-acakan.
Ketika tiba di garasi, aku kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Mobil bagian depan dipenuhi oleh darah yang sudah mengering.
Darah ini sudah mengering, apakah artinya, semalam aku benar-benar menabrak seseorang?
--

Book Comment (199)

  • avatar
    Allan

    sungguh menarik dan sangat memotivasi kalau segala sesuatu harus di lakukan dengan cara yang baik

    24/01/2022

      1
  • avatar
    EmonsDimas

    good job

    4d

      0
  • avatar
    ProInfinix

    bagus gak perlu di ragukan mantapp ..

    6d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters