logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Teman?

Kana menatap tiga sahabatnya yang sudah bertengger di ruang tamu. Ia baru saja tiba di rumah, tapi mereka nampaknya sudah tiba lebih dari setengah jam yang lalu. Ia bisa melihat banyak sekali bungkus makanan dan gelas yang berserakan di meja.
"Ada apaan nih?" tanya Kana.
"Kerja kelompok, bodoh! Lo kemana aja?" celetuk Fahri.
Ilham langsung menoyor kepala Fahri. "Mulut tuh di sekolahin, bodoh!"
Fahri menoleh pada Ilham, lalu mengernyitkan dahinya. "Lo juga nyebut gue bodoh, dasar bodoh!"
Mirna menghela nafasnya pelan, ia mengambil snack yang masih terisi penuh. Lalu ia melemparnya ke arah dua cowok itu dengan kekuatan penuh.
"Bacot lo berdua!" seru Mirna.
Kana tertawa melihat sahabatnya yang sedang bertengkar. Ia membanting tubuhnya di samping Mirna. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping sahabatnya tersebut.
"Mir ...," lirih Kana.
Mirna menoleh sekilas ke arahnya. "Kenapa, Na?"
"Capek banget kaki gue habis jalan 4 km," ujar Kana.
Mirna mengernyitkan dahinya. "Lo ngapain jalan sejauh itu?"
Kana menghela nafasnya. "Gara-gara teman lo tuh."
"Gilang?"
Semua mata langsung tertuju pada Kana. Hal itu tentu saja membuatnya merasa tak nyaman. Ia pun langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Setelah itu ia mengambil salah satu snack yang ada di atas meja untuk menghilangkan kecurigaan mereka.
"Lo masih mau dekat sama Gilang?" tanya Ilham.
"Kan gue udah bilang, Kana tuh bodoh!" celetuk Fahri.
"Fahri, mulutnya ...," ujar Ibu Kana yang baru saja pulang bekerja.
Fahri hanya cengengesan melihat ibu Kana yang menatapnya dengan sorot tajam. Lalu ia membentuk huruf V dengan kedua jarinya. Setelah memastikan ibu Kana sudah pergi, mereka pun kembali mengintrogasi putrinya.
"Kenapa lo masih mau dekat sama Gilang?" tanya Mirna.
Kana mengedikkan bahunya dengan wajah sedih. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, lalu memejamkan matanya. Ia juga masih tak tahu mengapa ia begitu lemah dengan Gilang. Padahal ia bisa saja menolak cowok itu. Tapi ternyata ia tak bisa melakukan hal semudah itu.
"Cewek kalau sudah cinta memang ga ada lawan," gumam Fahri.
"Ga ada lawan apa?" tanya Ilham yang sedang memakan snacknya.
Fahri menatap Kana, lalu menarik kedua sudut bibirnya dengan paksa. "Ga ada lawan bodohnya."
"Fahri mulutnya!" seru ketiga sahabatnya secara bersamaan.
"Gue mulu!" seru Fahri tak terima.
"Mau kerja kelompok atau ngatain gue?" tanya Kana.
Ketiga sahabatnya itu cengengesan mendengar ucapan Kana. Mereka pun akhirnya memilih untuk mengakhiri kegiatan menggibah karena waktu sudah lewat jam 5 sore. Mereka harus segera menyelesaikan tugas karena akan dikumpulkan esok hari.
Sebagai pemimpin, Ilham mulai membagi tugas dalam kerja kelompok kali ini. Mereka sengaja memilih cowok itu sebagai ketua kelompok selain karena ia pintar, ia juga salah satu anak kesayangan guru. Jadi pasti mereka bisa mendapatkan nilai yang tinggi di mata pelajaran Bu Endang.
Saat tengah fokus mengerjakan tugas, ponsel Kana berdering cukup keras. Nama Edo terlihat di layar ponselnya. Ia pun segera mengambil ponselnya dan menghambur ke luar dari rumah.Tapi bertepatan dengan itu, Gilang sudah ada di depan rumahnya. Ia sangat terkejut melihat cowok itu yang sedang duduk di atas motornya.
"Gilang?" panggil Kana lirih.
Gilang turun dari motor, lalu menghampirinya. Ia diam sejenak, menatap Kana yang terlihat kaget. Setelah itu ia menarik tubuh mungil cewek itu ke dalam dekapannya.
"Gue ga mau jauh dari lo, Na."
~~~
Setelah kedatangan Gilang, ketiga sahabatnya memilih untuk pulang dan mengerjakan tugas di rumah masing-masing. Kini yang tersisa hanya mereka berdua di ruang tamu. Sebenarnya ibu Kana ada di kamar, tapi kehadirannya sama sekali tak terasa. Ibunya selalu sibuk dengan ponselnya. Selain untuk menonton drakor favoritnya, ibunya juga sedang berusaha untuk mencarikan ayah baru untuknya.
"Lo ga capek? Tadi kan habis jalan jauh," ujar Kana.
Gilang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Itu ga seberapa kok."
Kana mencebikkan bibirnya. "Padahal tadi lo yang habisin minum gue!"
"Gue ganti deh," kata Gilang.
Kana menggelengkan kepalanya. "Telat, gue sudah minum."
"Makan?" tanya Gilang.
Kana menggelengkan kepalanya. "Pas sampai di rumah, gue langsung kerja kelompok."
Gilang mengernyitkan dahinya. "Lo bodoh atau gimana, Na?"
Kana mendengus sebal. "Gue ga tau sudah berapa kali disebut bodoh hari ini."
Gilang terkekeh mendengar ucapan Kana. Ia mengacak poni cewek itu dengan gemas. Tentu saja membuat pemiliknya merasa kesal.
Gilang bangun dari sofa, lalu menarik lengan Kana. Ia ingin membawa cewek itu untuk makan di luar. Ia melihat cewek itu menatapnya dengan ragu, namun akhirnya uluran tangannya di terima. Mereka pun keluar dari rumah tersebut. Ternyata langit sudah mulai menggelap, hanya menyisakan sedikit jingga.
Kana mengikuti Gilang yang sudah naik ke atas motornya. Setelah ia sudah mendapat posisi duduk yang nyaman, cowok itu pun melajukan motornya. Mereka mendiskusikan tempat yang akan menjadi persinggahan mereka.
"Martabak keju," ujar Kana sambil tersenyum lebar.
Gilang melirik Kana lewat spionnya. "Tumben banget lo ingat martabak."
"Jelas dong. Martabak kan separuh hidup gue," ujar Kana.
Gilang hanya mendeham pelan. Lalu ia memarkir motornya di depan gerobak martabak Mang Ojon's. Ia melihat banyak orang yang sudah mengantre untuk membeli martabak. Mereka pun akhirnya harus ikut berbaris layaknya pemburu sembako.
"Gilang?"
Gilang sontak menoleh ke sumber suara. Begitu juga dengan Kana, ia ikut menoleh saat mendengar suara perempuan memanggil cowok di sampingnya. Ia melihat cewek berpakaian minim yang berada di barisan belakang mereka.
Cewek itu tersenyum lebar pada Gilang. "Lama ga ketemu, Babe."
"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Gilang dengan senyum manisnya.
Kana terdiam, ia memilih menatap punggung cowok asing di hadapannya. Ia berusaha untuk tak mendengar, tapi telinganya ternyata sangat tajam.
"Gue kangen banget sama lo, Lang," ujar cewek itu.
Gilang terkekeh pelan lalu berkata, "Gue juga, Ren."
Kana merasa suasana di sekitar mendadak jadi super panas. Padahal angin terus menghembus tubuhnya.
"Oh iya, Ren. Ini Kana teman gue," ujar Gilang sambil menunjuk Kana.
Kana mendelik saat mendengar ucapan Gilang. Tapi secepat mungkin ia mengendalikan ekspresinya. Ia menarik kedua sudut bibirnya, lalu memutar tubuhnya menghadap cewek yang ada di belakangnya.
Cewek yang disebut dengan Ren itu tersenyum tipis sambil mengulurkan tangannya.
"Nama gue Arenia, tapi Gilang biasa panggil Ren," ujar Ren.
Kana membalas uluran tangan itu sambil tersenyum. "Nama gue—"
"Oh iya, gue pacarnya Gilang. Mulai minggu depan gue akan sekolah di SMA Permata Putri," potong Ren.
"Pacar?" tanya Kana sambil menatap Gilang dengam bingung.
Sedangkan Gilang hanya terdiam. Ia mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Kana tersenyum getir melihat cowok itu yang nampaknya tak ingin memberi penjelasan apa pun.
"Gue Kana, temannya Gilang. Semoga kita bisa berteman baik," ujar Kana.
Bersambung ...

Book Comment (120)

  • avatar
    Muhamad Arbani

    Cerita nya menarik untuk dibaca, bagi kalangan anak2 remaja, terutama bagi yang SLTA.

    10/01/2022

      7
  • avatar
    milakarmilah

    cerita nya bagus bgt Ka..semoga hiatus ny ga llama ya,masih pengen liat kana sama.gilang apa sama.edo...semamgat kkakak🥰

    29d

      0
  • avatar
    PonselNajla

    bagus

    12/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters