logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

5. Monster

Papa yang bisanya selalu pulang tepat waktu. Akhir-akhir ini selalu pulang tengah malam. Alasan papa karena toko ramai dan papa juga membuka toko baru lagi.
Alasannya selalu mama terima. Tidak ada rasa curiga pada papa sedikitpun. Papa juga masih baik pada kami dan tidak ada perubahan berarti.
Sore itu, aku ke warung untuk kembali jajanan. Kebetulan mama mengizinkan. Si kembar sedang sedikit demam. Jadi mama tidak bisa menemani aku.
Aku sampai di warung dan mengambil jajanan. Membayarnya dengan uang yang telah aku bawa dari rumah. Di warung aku bertemu dengan anak Tante Saswati.
Dia juga sedang membeli jajanan. Aku tersenyum padanya. Dia langsung berlari meninggalkan aku. Wajahnya terlihat kaget.
Setelah membeli jajanan. Aku pulang, tapi dijalan aku malah tersandung. Lututku berdarah. Rasanya perih sekali.
Air mataku sudah menggenang di pelupuk mata. Tiba-tiba ada yang membersihkan kakiku dengan tisu. Aku meringis perih saat tisu menyentuh permukaan kulitku yang luka.
"Sebentar lagi selesai," katanya pelan. Meniup-niup lukaku.
"Terima kasih," kataku lalu berjalan dengan pincang. Dia adalah Zaky, anak Tante Sasmita.
Dia lalu berjongkok, dan menyuruh aku naik ke punggungnya. Itulah pertama kali aku naik ke atas punggung laki-laki lain selain papa.
Zaki terus mengendongku sepanjang jalan. Dia Tidak banyak bicara. Hanya diam saja, aku juga tidak terlalu bisa membuka pembicaraan.
Saat dijalan aku melihat mobil papa lewat. Hatiku patah, papa lewat begitu saja. Di dalam mobil itu terlihat dua wanita yang bahagia. Papa tersenyum dan tertawa disana.
Pertama kalinya hatiku sakit karena papa. Sakit di lututku tidak seberapa. Aku tidak terlalu mengerti saat itu, tapi aku tidak suka saat wanita itu memeluk lengan papa mesra.
Aku tidak suka saat papa mencium tangan wanita itu. Sehingga dia tidak sadar akan kehadiranku. Tidak sadar jika anak kesayangan terluka.
******
Semakin hari papa semakin berubah. Papa jadi sering marah pada mama. Bahkan kadang ada memar di tubuh mama yang mama tutupi.
Tengah malam aku juga sering mendengar teriak dan makian papa pada mama. Membuatku tidak bisa tidur sampai subuh.
Aku juga menjadi takut pada papa. Saat papa mendekati aku, yang terbanyang adalah bentakan papa. Suara-suara barang yang dibanting, suara pecahan piring dan tangisan mama.
Aku mulai menjauh dari papa. Tidak sedekat dulu, papa bukan lagi super heroku. Walaupun bagi papa aku tetap kesayangannya. Aku tetap gadis cantiknya.
Aku mulai merasakan tidak aman bersama papa. Aku takut, sekejab di mataku. Papa menjadi monster yang memukuli mama.
Aku terbangun lagi, dengan suara ribut. Mama dan papa bertengkar lagi. Aku mencoba mendekat pada kamar mama dan papa.
Plak ....
Papa nampar mama dengan keras sehingga sudut bibirnya berdarah.
"Maumu apa? Selalu bikin aku marah saja. Aku capek tiap hari kerja buat kamu."
"Aku hanya tanya mas. Kenapa mas pulang larut malam," kata mama dengan lembut, walaupun ada tangis yang keluar dari mulutnya. Mulut yang terluka.
Mama menangis dan menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Wajahnya sudah babak belur. Mamaku yang baik, besok pagi akan pura-pura baik-baik saja.
"KAMU MENUDUH AKU HAH!" Papa kembali melayangkan tamparan keras pada pipi mana yang sudah membiru.
"Jangan-jangan, kamu yang selama ini bermain api! Ngaku kamu," kata papa dengan marah lalu menjambak rambut mama.
Aku yang ketakutan. Berlari kearah mama. Papa terlihat kaget dan langsung melepaskan tangannya dari rambut mama.
"Kenapa kamu belum tidur!" Bentak papa. Membuat tangisanku pecah. Aku tetakutan diperlukan mama.
Tubuhku gemetar. Wajahku pucat, melihat reaksiku. Papa langsung memeluk tubuhku.
"Maaf sayang!" Papa mengelus punggungku lembut. Mengendong tubuhku, lalu meninggalkan mama yang menangis.
Papa benar-benar membuatku patah hati. Walaupun papa terus memelukku dalam gendongannya dan mulutnya terus meminta maaf. Hatiku telah mati.
Wajah penuh luka mama terus terbayang di pelupuk mataku. Tangis mama yang bagai sembilu terus menyayat hatiku.
Apa yang membuat papaku berubah. Kenapa papa menjadi monster. Kenapa orang sebaik mama harus terluka.
Ribuan tanya berkecamuk di dadaku. Membuat tembok pemisah antara aku dan papa.
Sejak hari itu. Aku tidak lagi menunggu kehadiran papa. Aku tidak lagi berlari mengejar papa saat mendengar suara mobilnya. Aku cenderung takut jika papa pulang. Karena dia pasti akan menambah luka di tubuh mama.
"Kenapa papa jahat?" tanyaku saat mama menyiapkan makan malam.
Menu makan malam juga tidak seistimewa dulu. Hanya ada lauk dan telur dadar yang dipotong kecil-kecil.
"Papa kamu baik. Mana ada, papa jahat." Mama tetap membela papa.
Walaupun aku tau memar di tubuhnya semakin hari semakin bertambah. Tubuh mama juga semakin kurus.
Mama juga diam-diam mulai menjual perhiasan. Untuk kebutuhan kami, tapi bagi mama, suaminya masih baik.
"Kalau begitu kenapa mama terus di buat papa menangis?" Saat itulah papa pulang. Dengan marah melempar makanan yang ada dimeja.
"Jadi selama aku tidak di rumah. Kamu ajarkan anakku membenci aku." Papa mendorong mama hingga terjatuh.
"Gak mas. Aku ...."
Plak ....
Tamparan terlebih dahulu mendarat. Sebelum mama menyelesaikan ucapannya. Aku langsung memeluk mama, menangis bersama.
Kedua adik kembarku juga mulai berlari kearah kami. Mereka menetap papa takut. Pahlawan berubah menjadi monster sekarang.
"Minggir," kata papa mencoba melepaskan aku dari pelukan mama.
"Biar kuhajar wanita tidak tau diri ini. Wanita yang tidak menghormati suami." Papa menarikku dengan kuat dari pelukan mama. Sehingga aku terpental.
Kepalaku beradu dengan dinding. Benturan keras itu merobek kulit kepalaku. Membuat darah segar mengalir dari sana.
Pandanganku menjadi hitam. Teriakan mama dan si kembar. Terasa jauh di teligaku. Aku kehilangan kesadaran dengan tangisan perih mengiringi.
"Papa kamu monster sekarang."

Book Comment (30)

  • avatar
    GnGPesalll

    makasih

    09/08

      0
  • avatar
    Intan Prmna

    bagus

    15/06

      0
  • avatar
    Rahayu ning Tiyas26

    Bagus banget

    14/03

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters