logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 27

Setelah menempuh tujuh jam lamanya perjalanan, akhirnya ketiganya sampai di negeri ginseng ini. Dalam perjalanan, Vero tidak hentinya mengoceh menanyakan semua yang baru dilihatnya atau menanyakan hal-hal lain yang tidak masuk akal. Keduanya berfikir mungkin saja Vero akan tidur selama perjalanan berlangsung nyatanya tidak, ia hanya tertidur sekitar dua jam dan sisanya digunakan untuk bermain game dan berbicara tanpa henti.
Di sepanjang perjalan pula Kirana gunakan waktunya untuk menonton film dan menjawab pertanyaan Vero sisanya ia gunakan untuk terlelap bersama dengan Vero. Lain halnya dengan Bima di saat Kirana dan Vero terlelap justru ia terbangun. Mengamati keduanya yang tertidur pulas dengan nafas yabg teratur. Satu hal lagi bahwa akhir-akhir ini Bima seringkali mengamati Kirana. Seperti halnya saat di pesawat Kirana yang tertidur lelap tidak pernah terlepas dari pandangan Bima. Setiap inchi wajah Kirana ia teliti 'Cantik' satu kata itu yang melekat di memori Bima.
Selama waktu yang Bima gunakan untuk mengamati Kirana selama itu juga kenangan-kenangan dengan Kirana terus mengililingi memori Bima meminta untuk di ingat. Bagaimana ia selalu membuat Kirana kesal, lelah, dan juga tertawa. 'Lembut' satu kata itu yang ia sematkan untuk sifat Kirana. Wanita di sampingnya ini tidak pernah meninggikan suara terhadapnya sekalipun Bima melakukan kejahilan yang tiada hentinya. Kirana selalu berbicara lembut padanya dan sangat menurut apa yang di perintahkan olehnya.
Meskipun Bima terkesan sangat jahil dan semena-mena pada Kirana ia tetap saja peduli. Satu orang yang berani mengusik Kirana maka ia akan maju menjadi orang pertama yang melindunginya. Ingat saat Kirana mengingat memorinya bersama Bima dalam menjalankan hukuman? Itu Bima lakukan sebagai penebus dosa karena kejahilan Bima yang selama itu dilakukannya. Tidak ada rasa cinta, Bima bersikap demikian pada Kirana hanya sebatas adik tidak lebih.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Bima pada Zefannya karena itu sudah jelas cinta dan sangat ingin memiliki. Satu yang membuat Bima menjatuhkan hatinya pada Zefannya karena wanita itu sangat dewasa dalam hal pemikirannya. Katakanlah awalnya Bima hanya terkagum menemukan sosok wanita seperti Zefannya yang mudah bergaul, selalu menolong, dan banyak memotivasi orang banyak. Tapi ternyata rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta dimana Bima berusaha ingin memilikinya.
Zefannya yang menyeret Bima dari dunia kenakalan. Karena setelah lulus sekolah menengah pertama kenakalan Bima semakin menjadi, ia selalu balapan liar, pergi ke dunia malam dan lain sebagainya hingga kedua orangtuanya angkat tangan dalam mengurus sang putra bungsu. Hingga akhirnya Bima bertemu dengan Zefannya saat kelulusan sekolah menengah atasnya. Zefannya hanya datang untuk melihat kelulusan sepupunya bukan satu sekolah dengan Bima. Bahkan Zefannya tidak melihat Bima sama sekali.
Dewasa yang Bima maksud adalah Zefannya tidak pernah membenci masa lalu Bima, bahkan saat mereka sudah menjalin kasih terkadang kenakalan Bima muncul. Zefannya tidak pernah melarang ataupun memarahi Bima, yang ia katakan hanya 'Kamu tahu mana yang baik dan buruk, aku pikir kamu juga cukup tahu mana yang sebaiknya harus kamu pilih' dari perkataan itu lambat laun Bima mulai berubah. Bukan atas perintah Zefannya karena Zefannya tidak pernah memaksa Bima sedikitpun. Itu semua murni keinginan Bima.
Dari hal itu Bima cukup mantap untuk tidak melepaskan Zefannya. Tapi kejadian bersama Lara itu sangat membuatnya menderita, katakanlah kehilangan semangatnya dan arah hidupnya. Oleh karena itu Bima tidak ingin melepaskan Zefannya untuk kedua kalinya. Meskipun terkadang tumbuh rasa nyaman dari Bima pada Kirana ia selalu menepis semua itu dan teringat secara langsung pada Zefannya.
Benar kata Zefannya mereka sampai pukul sembilan malam. Sebenarnya Zefannya bisa saja untuk menjmput mereka, hanya saja Zefannya memiliki tugas dadakan yang bahkan saat kedatangan mereka tugas Zefannya belum selesai. Mereka putuskan untuk menginap di salah satu hotel yang Zefannya sebutkan. Memesan dua kamar untuk dipakai istirahat. Satu kamar untuk Kirana dan satunya lagi untuk Vero juga Bima.
"Uncle, kenapa Aunty tidak menjemput Vero?" Ucapnya selama perjalanan di koridor menuju kamar.
"Aunty sedang ada tugas, besok kita akan bertemu dengannya. Lagipula apa Vero tidak ingin sitirahat?"
"Uncle tidak bohong?"
"Tidak."
Kirana hanya mendengarkan pembicaraan Vero yang merajuk dan pamannya yang menangkan. Tidak ikut bergabung meskipun sebenarnya Kirana ingin bertanya tentang Zefannya.
"Sudah ayo kita istirahat. Vero harus mengumpulkan energi penuh untuk bertemu aunty." Ucapnya setelah sampai di depan kamar. Vero berhambur lari dan mendorong koper kecilnya sedangkan Bima diam melihat Kirana yang sedang membuka pintu di sampingnya.
"Jika kamu membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk bilang. Sekarang disini kau tanggung jawabku." Ucap Bima yang diangguki oleh Kirana. Tanggung jawab? Kata itu membuat Kirana senang sekaligus sedih. Selalu seperti itu, senang karena Bima sangat penuh perhatian dan sedih karena terpatahkan oleh status Bima yaitu pacar orang lain.
Mereka menikmati waktu istirahatnya sampai sang bulan tergantikan oleh sang mentari yang memunculkan sinarnya. Vero yang tidak sabaran begitu antusias dan bangun sangat pagi sekali mengganggu tidur Bima. Bahkan untuk sarapan saja Vero sangat terburu-buru.
***
Pukul 11 siang. Zefannya ditemani Yeri untuk bertemu dengan Bima. Yeri bukan ingin mengganggu pertemuan mereka hanya saja kebetulan Yeri ingin berjalan-jalan di weekend ini. Jadi sekalian saja mereka berangkat bersama dan Yeri juga ingin menyapa mereka.
Yeri dan Zefannya sudah menunggu di lobi hotel yang menjadi tempat istirahat Bima. Dan tidak membutuhkan waktu lama Vero sudah berteriak memanggil Zefannya dan berhambur di pelukan wanita yang dirindukannya.
"Aunty Vero rindu." Zefannya mengeratkan pelukannya mengobati rasa rindu dan membubuhi wajah Vero dengan banyak kecupan.
"Kenapa Vero lebih dulu datang? Pasti berlari dan meninggalkan Uncle." Vero hanya memperlihatkan senyum manisnya.
"Dimana Uncle? Apa Vero berlari sangat kencang sampai Uncle lama sekali datang?"
"Itu dia." Tunjuk Vero pada Bima yang berjalan dengan pakaian santainya. Kaos polos berwarna putih dipadukan dengan celana pendek hitam dan kemeja kotak-kotak sebagai luarannya. Kesannya seperti bukan CEO melainkan anak muda yang akan pergi hangout.
Zefannya berdiri sari duduknya diikuti Yeri untuk menyambut Bima. Bima merentangkan tangannya sebagai kode untuk Zefannya berhambur pada pelukannya. Zefannya menerimanya dengan senang hati. Rindu, kata itu kini telah terobati. Bima mengecup lembut puncak kepala Zefannya membuat sang empu mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang kekasihnya.
"Aku merindukanmu," bisiknya membuat Zefannya mengangguk dan tersenyum bahagia.
"Ah iya kenalkan ini Kirana temanku," sambungnya melepaskan pelukan itu dan mengiring Kirana yang sejak tadi berada di belakangnya untuk maju.
"Saya Kirana teman sekolahnya dulu," ucapnya dengan mengulurkan tangan yang di sambut hangat oleh Zefannya.
"Saya Zefannya kekasihnya Bima," jawab Zefannya dengan senyum bahagia. Zefannya sudah tidak ragu atau sungkan untuk mengatakan Bima sebagai kekasihnya. Toh memang itu kenyataannya.
'Cantik' kata itu yang terlintas dalam pikiran Zefannya. 'Ramah' itu yang terlintas dalam pikiran Kirana. Awalnya Kirana berfikir bahwa kekasihnya Bima ini akan memandangnya tajam atau tidak mau berjabat tangan dengannya. Rupanya Kirana sangat salah besar karena ia disambut dengan senyum ramah dan hangat seperti seorang teman.

Book Comment (45)

  • avatar
    Butir Butir Pasir Dilaut

    ceritanya bagus seakan nyata

    12d

      0
  • avatar
    Ardianta Verza

    Bagus

    13/08

      0
  • avatar
    Anang Full

    bagus

    09/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters