logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Menanti Kehadiran Si Kecil

“Sayang.. Kelak, Papa akan menjadi papa yang terbaik di dunia untukmu.” Joni mengelus perut Tika yang masih rata bentuknya. Maklum saja, belum lagi dua minggu yang lalu kabar kehamilan itu diumumkan.
Setelah mengetahui kehamilan istrinya, Joni merasa bahwa waktu tiba-tiba memperlambat lajunya. Makin tak sabar ia menantikan kelahiran sang buah hati. Ia juga tidak mengambil pusing soal jenis kelamin calon anaknya itu. Yang penting, ia akan jadi bapak. Dan itu sudah cukup membuktikan bahwa ia adalah lelaki sesungguhnya.
“Pasti, Papa kamu adalah Papa terbaik di dunia. Mama sudah menjadi kelinci percobaan soalnya,” jawab Tika genit.
“Kamu bahagia tidak hidup bersamaku?”
“Kalau aku tidak bahagia, tidak mungkin aku mengandung anakmu.”
Raut wajah Joni memerah. Begitu pun dengan Tika, ia menatap lekat wajah suaminya dengan mata yang berbinar-binar.
Khayalan Tika melambung jauh. Membayangkan calon bayinya nanti akan berwajah lucu nan menggemaskan. Tika akan kewalahan mengejar dan mengikuti kemana saja anaknya ingin ketika belajar merangkak. Lalu ia akan berjalan-jalan di taman yang ramai sambil mendorong stoller bersama dengan suaminya, Joni. Setiap langkah mereka akan saling memandang dan tersenyum. Bayi mereka akan menggoyang-goyangkan kaki dan tangan seakan senang melihat matahari pagi dan jalan sehat seperti layaknya keluarga muda pada umumnya.
“Kamu mau anak kita laki-laki atau perempuan, Jon?” tanya Tika sembari memegangi perutnya.
“Hmmm...” Joni melihat langit-langit kamar, lalu menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang. Suasana malam ini benar-benar mendukung keromantisan mereka. “Aku akan menerima apa pun jenis kelamin anak kita karena setiap anak merupakan hadiah tak ternilai.”
Tika tersenyum sipu. Makin riang perasaannya. Biasanya, hampir setiap suami mendambakan anak pertamanya laki-laki dengan alasan akan meneruskan garis keturunan keluarga. Ternyata hal itu tidak berlaku dengan Joni. Tika merasa bahwa memilih Joni sebagai teman hidupnya adalah sebuah keputusan yang tepat.
“Kalau kamu gimana?” sambung Joni.
“Aku ikut kamu aja deh. Mau laki-laki atau perempuan sama aja. Dibuat dengan cinta,” ucap Tika manja.
“Aku harap anak kita akan jadi pelita cilik yang menyinari keluarga kecil kita ini.” Joni mengecup kening Tika.
“Aminnn.. Gimana kalau kita mulai saat ini latihan jadi orang tua sungguhan?” papar Joni serius.
“Latihan gimana maksud kamu?”
“Aku manggil kamu mama. Kamu manggil aku papa,” ucap Joni malu-malu.
Semenjak malam itu, hari-hari selanjutnya seakan lebih bahagia. Perlahan-lahan, perut Tika mulai menunjukkan perubahannya. Berjalannya waktu, perut Tika membesar dengan pola hidup yang tak bisa diterka. Nafsu makannya pun bertambah. Dalam sehari, ia bisa melahap sembilan roti isi coklat. Asupan kalori kian bertambah tak serta merta membuatnya jadi rajin bergerak. Malah, seharian saat suaminya bekerja, pekerjaannya hanya leyeh-leyeh di kasur.
Apapun yang Tika lakukan tentu tak ada yang memarahi. Sebab sejak awal menikah, mertuanya sudah menyiapkan hunian sederhana. Memang ukurannya tidak besar, akan tetapi serperti kata orang––lebih baik tinggal mengontrak ketimbang hidup bareng mertua. Beruntungnya, orang tua Joni memang cukup stabil ekonominya sehingga mereka diberikan hunian secara cuma-cuma.
Nikmatnya hidup Tika. Saat Joni pergi bekerja, seharian yang dia lakukan hanyalah guling-guling manja. Jangan khawatir soal nasi dan lauk pauk. Setiap pukul sepuluh pagi, mertuanya akan membawakan rantang lengkap dengan lauk yang mevvah. Kalau pagi, ada tukang bubur yang setiap hari lewat di depan rumah. Jika ada calon ibu muda di dunia ini, lebih dari lima puluh persen akan iri dengan apa yang ia alami.
“Tika nggak boleh capek.”
“Tika harus jaga kesehatan.”
“Tika nggak boleh stress.”
Baik dari keluarga besar Tika maupun Joni, keduanya sama-sama mengharapkan kehadiran cucu pertama. Karena itu, kedua keluarga saling memberikan sumbangsing. Mama Ida selaku mama mertua tidak pernah telat memberikan makanan. Keluarga Tika tak mau kalah, hampir setiap bulan memberikan uang jajan tambahan untuk Tika jika ingin memesan makanan di luar.
Suara pintu diketuk memaksa Tika untuk beranjak dari kasur kesayangannya. Perutnya sudah besar dan menyerupai helm fullface––membuatnya lamban menuju ke depan dan membukakan pintu.
“Mama masakin kamu lele goreng. Ada sambel terasinya juga. Dimakan ya, Tik. Supaya dede di dalem makin sehat,” kata mertuanya.
“Iya, Ma. Nanti Tika makan.”
“Yauda, jangan sampe enggak dimakan ya, Tik. Kalau kamu perlu apa-apa, telpon Mama aja.”
“Iya, Ma.”
Daun pintu tertutup rapat tak sampai satu menit setelahnya. Jarak rumah orang tua Joni dengan rumah yang mereka tempati memang tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki selama lima belas menit, sekalian olahraga ringan.
Setelah mertuanya pergi, Tika memindahkan nasi yang porsinya cukup untuk makan siang dan malam untuk ia dan suaminya. Ketika membuka rantang yang berisikan lele goreng, perutnya yang semula biasa-biasa saja, kini terasa keroncongan.
Empat ekor lele goreng, tempe dan tahu goreng, sop sapi, dan sambal terasi. Perut siapa pun tak akan menolak dan menunda untuk makan. Belum lagi genap sepuluh menit Tika mengatakan bahwa dirinya masih kenyang, ternyata lapar mata bisa mengalirkan energi keroncongan.
Buru-buru Tika menuju dapur dan mengambil piring. Langkahnya cepat seperti nyawa di perutnya itu tak memberikan bobot yang berarti. Nafsu makannya bertambah juga karena nyawa itu. Sembilan roti isi coklat dalam sehari hanyalah satu dari cemilan ringan yang tak memberikan peran apa-apa dalam hal kenyang. Semua yang dilahapnya seperti angin pagi yang cepat berlalu.
Dua porsi nasi, dua lele goreng, dua tahu dan tempe––telah lenyap dan mendarat mulus dengan layanan premium di perutnya. Suara sendawa kekenyangan terdengar mengisi sunyinya ruang makan.
Tika tidak mengidam. Hanya ingin makan, makan, dan makan.

Book Comment (435)

  • avatar
    KhoirilOing

    saya suka dengan novelah ini sangat bagus dan menarik

    15/05/2022

      0
  • avatar
    Dyan Adriansyah

    sangangat menarik, dan tutur bahawsa nya juga sangat efektif. saya sanganat terhibur sekali dengan novel ini, daripada saya belo buku yg akhirnya menjadi barang bekas lebih baik saya membaca di sini. sangat menghibur sekali pokonya

    23/01/2022

      2
  • avatar
    FaridaqilMuhd

    good the best

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters