logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Cinta Karena Nafsu

Itulah Bisma, dia memang tipe pria yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa memikirkan perasaan Dara yang seharusnya lebih di prioritaskan kebutuhannya di banding Putri.
"Sayang, bisakah kamu malam ini tidur dirumah ku?" Aku kesepian jika harus tidur sendiri," rayu Putri. Ia memeluk Bisma dengan suara manja yang membuat Bisma tak rela meninggalkannya.
Bisma tak bisa menolaknya karena dia juga memang menginginkan tubuh Putri yang sejak tadi terus menggodanya.
"Tentu saja sayang, malam ini aku akan menginap di rumah kamu. Aku kan sudah terlanjur bilang sama Dara, aku akan tugas selama dua hari. Jadi besok pagi kita bisa pergi ke Garut menemui orang tuamu," ucap Bisma. Dia langsung mencium bibir Putri dan membawanya menaiki motornya. Tanpa memiliki rasa malu sedikitpun. Padahal itu adalah tempat umum dan masih banyak orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Namun, keduanya sudah tak perduli lagi dengan semua itu. Karena bagi mereka, dunia ini hanyalah milik mereka berdua saja.
Sambil berjalan keluar, mereka akhirnya benar- benar memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu dan menuju rumah Putri yang tak jauh dari rumah yang sekarang ditempati Dara istrinya.
Lalu Bisma menaruh tubuh Putri di atas motornya dengan sangat hati- hati, karena baginya. Putri sangatlah berharga dari apapun yang ia miliki saat ini.
Cinta, itulah yang Bisma rasakan, tapi Bisma tak menyadari jika itu bukanlah cinta. Melainkan hanya nafsu saja.
Putri menyandarkan kepalanya di punggung Bisma dan terus bersikap manja pada Bisma.
Hingga akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah Putri. Tampak tanaman hiasnya sudah basah tersiram air. Mungkin Dara yang melakukanya. Ada kepuasan di hati kecilnya. Mau saja Dara menuruti semua permintaanya. Putri tersenyum menyeringai selain lugu. Dara juga bodoh dan tolol. Mau saja di bohongi Bisma yang mengaku akan ke luar kota untuk tugas. Padahal suaminya kini tengah bersamanya.
Bisma yang sudah terbakar oleh hasratnya sendiri. Buru- buru memasukan motor ke dalam rumah agar tak ada yang mencurigainya terutama Dara.
Putri lalu mengunci rapat pintu rumahnya. Detik berikutnya Bisma mengangkat tubuh Putri yang dan bibir mereka terus bertautan tanpa ingin melepaskannya satu sama lain.
Bisma lalu menendang pintu kamar Putri karena sudah tidak sabar lagi ingin menikmati tubuh Putri saat itu juga.
"Sayang, kamu milikku malam ini. Jangan pergi ya, aku mohon sayang," lirih Putri, di sela-sela ia melepaskan bibirnya yang sejak tadi menempel erat di bibir Bisma.
Bisma menatap wajah Putri dengan tatapan penuh hasrat dan Bisma tak bisa menahan lagi hasratnya.
"Tentu saja sayang, aku milikmu malam ini, aku tak akan meninggalkan kamu, dan .... bisakah kita melakukanya sekarang?" bujuk Bisma. Ia pun tersenyum nakal dan kembali melumat bibir Putri. Mereka berdua sudah berada di dalam kamar yang minim cahaya lampu. Dan dengan penuh hasrat mereka melepaskan pakaiannya.
Bisma yang sudah tak bisa menahan dirinya lagi langsung menindih tubuh Putri yang yang sudah polos di atas tempat tidur dan mereka pun menghabiskan malam dengan bercinta sepuasnya. Tanpa berpikir jika di rumahnya ada seorang istri yang sedang menunggu kepulangannya.
Bisma memang sudah di gelapkan oleh cinta buta nya terhadap Putri.
Bisma sudah terlena dengan hasratnya sendiri dan hanya mementingkan keegoisannya. Bisma telah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya dengan menelantarkan permata indah yang semua pria menginginkannya dan memungut batu kerikil yang akan melukainya nanti.
Percintaan yang cukup panas dan menggelora dengan api cinta yang kian membara, membuat AC di ruangan itu tidak terasa. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya.
Hingga akhirnya keduanya melakukan pelepasan terakhirnya keduanya mengerang merasakan puncak kenikmatan yang tiada duanya. Dan tak bisa di lukis kan dengan kata- kata. Putri merasa sangat puas karena sebentar lagi laki- laki perkasa diatas ranjang itu akan segera ia miliki seutuhnya. Dan mengenai Dara. Putri akan membuat Bisma meninggalkan Dara dan menjadikan ia wanita satu-satunya dalam hidup Bisma.
Putri tersenyum puas saat melihat Bisma yang malam itu terbaring lemah di sebelahnya sambil memeluknya dengan erat.
Sambil menatap wajah Bisma yang sudah tertidur karena lelah setelah bertarung liar di atas ranjang. Bisma terlelap.
Putri menyeringai sendiri.
"Bisma sayang, kamu hanya akan jadi milikku saja. Malam ini aku masih jadi kekasih gelap mu. Tapi besok, kamu akan menjadi suamiku," guman Putri. Sifat busuknya tampak jelas di wajahnya.
Putri tak kan membiarkan Bisma lepas dari tangannya.
***
Keesokan paginya.
Cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar yang tanpa sengaja mengenai wajah wanita yang tengah terlelap. Hampir semalaman Dara tak sedikitpun memejamkan matanya. Rasa cemas dan gelisah mengurung bathinnya yang selalu teringat akan Bisma yang tak bisa ia hubungi karena ponselnya hancur.
Dara membuka matanya secara perlahan dan saat melihat ke arah jam dinding, Dara merasa terkejut.
"Oh tidak! kenapa aku bisa bangun kesiangan!" teriak Dara. Ia pun langsung beranjak bangun dari tempat tidur berlari ke luar kamar secepatnya.
Dara langsung ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Menatap sekilas wajahnya di cermin. Lalu kembali ke kamar untuk sembahyang. Selesai sembahyang Dara bergegas menuju ke luar.
Dengan tergesa Dara menuju rumah Putri untuk menyiram tanaman hias milik sahabatnya yang wanti- wanti meminta Dara untuk menyiramnya.
Pagar rumah masih tertutup rapat begitupun rumah Putri masih sepi. Secepatnya Dara langsung mengambil selang panjang yang biasa Putri gunakan untuk menyirami tanaman hiasnya.
Satu persatu tanaman Dara sirami dengan teliti.
Namun kegiatan Dara di awasi seseorang dari balik kaca rumah Putri.
Putri dari dalam rumahnya diam- diam memperhatikan Dara yang berada di teras rumahnya.
Tubuhnya masih terbungkus selimut, rambutnya pun masih terlihat acak-acakan bekas pertarungan sengit semalam bersama Bisma.
Kedua tangannya melipat di dada. Senyum seringai pun ia perlihatkan dari dalam rumahnya.
"Dasar bodoh," hatinya bergumam.
Setelah menyelesaikan tugasnya. Dara kembali ke rumahnya. Perutnya sudah keroncongan sedangkan di kulkas tak ada makanan yang bisa dimasak. Uang yang tersisa 50ribu. Hanya bisa membayar bidan untuk memeriksa kandungannya. Terpaksa Dara hanya bisa minum air saja.
"Ra!" Putri tiba- tiba muncul dari belakang.
"Eh Put! Kamu belum berangkat?" Dara menatap heran wajah putri yang sedikit kusut.
"Bentar lagi Ra. Paling jam 9 pagi, saya berangkat," balas Putri tersenyum tipis pada Dara.
"Kemana suamimu?" Putri mencoba mengelabui Dara.
"Mas Bisma ke luar kota. Besok mungkin baru pulang, oh ya. Aku bisa minta tolong gak, Put."
"Ya. Minta tolong apa Ra?"
"Aku pinjam uang 50 ribu. Besok pulang mas Bisma aku ganti." Dengan wajah memelas Dara berharap Putri memberinya pinjaman untuk membeli beras dan telur.

Book Comment (116)

  • avatar
    pubgMR X

    bagus kak

    16/05/2023

      0
  • avatar
    Raisa Aulia

    bagus

    13/05/2023

      0
  • avatar
    RiyadiAhmad

    bagus banget keren banget ceritanya keren

    10/05/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters