logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 44. Sah

"Bagaiamana saksi sah?"
Seorang penghulu melirik beberapa saksi yang duduk di sisi dan belakang Gudy dengan pandangan penuh penilaian. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis menunggu para saksi mengucapkan kata yang akan merubah Gudy menjadi seorang suami bagi Maria.
"Sah," serempak para saksi mengucapkan 'sah' setelah saling pandang.
"Alhamdulillahirobiolalamain," Sang penghulu mengucap hamdalah sambil dilanjutkan dengan doa, begitu pula orang-orang yang hadir menjadi saksi pernikahan, mereka mengangkat tangan untuk ikut berdoa.
"Sekarang sang mempelai wanita bisa di bawa ke sini," sang penghulu menatap Bagus yang duduk di depan Gudy.
Bagus mengangguk, melepaskan jabatan tangannya dengan Gudy. Ia harus menjemput putrinya yang sudah bersuami lagi. Betapa bahagianya ia sekarang karena akhirnya dapat menyaksikan pernikahan putrinya.
Bagus mengetuk pintu, tidak lama pintu terbuka oleh sang istri tercinta. Di dalam kamar ada Arkan juga selain Maria. Bagus masuk, menggeleng saat melihat wajah merajuk Arkan.
"Bagaimana? Kamu tidak akan meninggalkan rumah ini bukan? Biar saja Gudy ikut tinggal di sini, Kakak rela asal kamu tidak pergi dari rumah ini." Arkan memegangi tangan Maria, enggan melepaskannya walau dia tahu sang ayah sudah menunggu Maria untuk di bawa. Dia benar-benar tidak rela bila sang adik sudah di bawa pergi saja oleh orang lain.
Maria menelan ludah, menatap Kinanti dan Bagus untuk meminta pertolongan. Kinanti yang sudah jengah dengan kelakuan Arkan datang dan tanpa tendang alih langsung menjewer telinga Arkan.
"Lepasin tangan kamu dari Uri, minggir! Mamah mau bawa Uri menemui mantu kesayangan Mamah itu."
Kinanti baru melepaskan jeweran tangannya pada telinga Arkan setelah melihat Arkan tidak lagi memegang tangan Maria. Setelah menghembuskan napas mencoba sabar, Kinanti menarik tangan Maria dan membawanya ke luar meninggalkan Bagus dan Arkan.
Bagus mengulum senyum geli melihat Arkan yang nelangsa. Menggeleng pelan, ia menutup puntu dan ikut meninggalkan Arkan. Bagus menyusul sang istri dan Maria yang hampir sampai di tempat akad nikah tadi, berjalan di sisi samping Maria.
Maria menunduk malu saat semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Gudy yang tersenyum teramat manis menunggu dia menghampirinya. Pipinya memanas, entah alasan apa kini bahkan matanya terasa buram oleh air mata.
Melihat Maria sudah dekat, Gudy berdiri untuk menyambutnya. Ia berjalan ke samping dua langkah, menerima uluran tangan Maria yang diserahkan Bagus.
"Jaga putri Papa baik-baik! Bila kamu tidak sanggup, pintu rumah kami selalu terbuka untuk Uri. Hantarkan dia pulang, biar kami mengambil alih lagi tanggung jawab yang kamu tanggung sekarang."
Gudy menelan ludah begitu mendengar apa yang Bagus katakan. Baru saja satu menit yang lalu dia sah mempersunting Maria, sudah grogi saja saat mendapat pepatah kata dari sang mertua.
"Baik, Pa." Gudy mengangguk sungguh-sungguh.
Sekepergian Bagus dan Kinanti, Gudy menatap ke arah Maria. Sungguh, Gudy hampir tidak mampuh mengalihkan lagi perhatiannya begitu menatap wajah cantik Maria yang mempesona.
Maria adalah pengantin tercantik yang pernah dia lihat seumur hidupnya. Beruntung sekali dirinya mendapatkan bidadari secantik Maria, ia bahkan hampir tidak percaya bahwa kini statusnya sudah menjadi suami dari Maria.
"Kamu adalah pengantin tercantik yang pernah saya lihat," Gudy berbisik selagi menyematkan cincin cantik di jari manis Maria.
Setelah cincin terpasang, Maria mengambil tangan Gudy dan menempelkan punggung tangan ke dahinya. Saat Maria mendongak, Gudy membubuhkan satu ciuman sayang di dahi Maria.
Keduanya sama-sama tersenyum, memperlihatkan kebahagiaan pada wajahnya. Kini keduanya sudah berdiri menyalami para tamu undangan, berdiri bersisian.
Saat Maria selesai berpelukan dengan tamu undangan yang perempuan, seorang wanita duduk di kursi roda dengan di dorong oleh laki-laki datang menghampirinya. Untuk sesaat Maria tidak bisa mengatakan apa-apa, hanya menunduk menatapnya.
"Selamat atas pernikahannya Maria, kamu berhak bahagia. Maafkan saya yang dulu begitu jahat padamu. Saya tahu kesalahan saya teramat dalam, tapi bisakah kamu sedikit memberi pengampunan itu? Saya khilaf dan menyesalinya sekarang."
Wanita di kursi roda itu menunduk, mengusap air matanya yang mengalir membentuk sungai di pipinya. Ia tersentak begitu merasakan seseorang memeluk tubuhnya, "Ma-maria?"
"Sela, semuanya sudah berlalu. Saya tidak pernah menyimpan dendam untukmu. Hiduplah kedepannya dengan lebih baik." Maria mendoakan dengan tulus. Ia melepaskan dekapannya, tersenyum untuk Sela.
Sela balas tersenyum. Satu tangannya memegang telapak tangan laki-laki yang mendorongnya, mendongak menatap sang laki-laki. "Nathan, Maria memaafkan saya."
"Saya tahu," Jonathan berbisik.
"Silahkan cicipi hidangan yang tersedia, Sela dan...," Maria menatap Jonathan dengan bingung.
Mengerti dengan kebingungan Maria, Sela tertawa. Lalu menjelaskan kalau laki-laki di belakangnya ini adalah suaminya yang sekarang. Sejak kejadian di rumah sakit, Sela langsung dijatuhi talak oleh Fiko. Hal itu membuat dia depresi dan keguguran. Namun, dengan begitu, kini ia tahu cinta Jonathan ternyata tulus untuknya.
"Dan suaminya Sela. Silahkan cicipi hidangan." Maria melanjutkan ucapannya yang tadi sempat terhenti.
"Terima kasih," Jonathan membalas.
Sekepergiannya Sela dan Jonathan, Gudy merangkul pinggang ramping Maria. Ia sudah memastikan tidak ada lagi tamu yang akan bersalaman dalam waktu dekat, jadi tidak masalah melakukan skinship untuk pertama kalinya.
Gudy mendekatkan wajah ke dekat telinga Maria, "saya tidak sabar menantikan nanti malam."
Kedua pipi Maria otomatis memerah sampai ke telinga-telinganya. Ia menatap wajah Gudy yang berada di samping wajahnya, balas berbisik karena risih di lihat beberapa orang. "Pak... em, maksudku Mas Gudy lepasin, malu di lihat orang."
"EHM."
Deheman kencang itu membuat Gudy otomatis melepaskan pelukannya dari pinggang ramping Iloya. Ia melihat Arkan yang memasang postur songong, melipat tangan di depan dada. "Tahu tempat lah."
Maria tertawa geli meliaht Gudy yang mencebik sambil menjauh dari tubuhnya. Setelah kepergian Arkan, Maria mendekati Gudy yang sudah duduk di kursi pengantin. Ia berbisik, "iya, nanti malem Mas Gudy."
Perlahan wajah cemberut Gudy berseri, menatap Maria dengan kerlingan nakal. Saat Maria lengah, secepat kilat ia mencuri ciuman di pipi sang istri. Maria langsung terhenyak, malu sambil menutupi wajahnya.
"Yang barusan hanya permulaan, sisanya nanti malam." Gudy nyengir begitu mendapati Arkan yang berdiri bersama Bagus menatapnya tajam.
Kakak ipar cemburuan
***
Sebentar lagi tamat. sampai sini, apa ada yang ingin kalian katakan untuk author?
😉 Di tunggu komen bawelnya...

Book Comment (127)

  • avatar
    Ike Roesli

    Mantap... ceritanya gak bertele2... endingnya jg cukup singkat tapi 👍👍👍👍👍

    04/04/2022

      0
  • avatar
    SafirahSiti

    sy suka

    5h

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Makin seruu

    18/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters