logo
logo-text

Download this book within the app

bab 30

Jangan Nikahi Aku, Om!
Bab 30
“Sayang, nanti malam jangan lupa ada acara lamaran sepupuku. Kamu siap-siap ya, beli gaun yang bagus, tapi jangan terlalu seksi.” Darren mewanti-wanti Inggit saat membeli baju, ia tidak suka tubuh istrinya dikonsumsi banyak orang. Cukup dirinya saja yang melihat.
“Kalau begitu beliin aja,” usul Inggit. Sebenarnya ia malas keluar rumah, tubuhnya masih sedikit lemas setelah keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu.
Darren menatap Inggit intens. “Kamu masih lemes?” tanya Darren.
Inggit menganggukkan kepala, lalu kembali merebahkan diri di atas ranjang.
“Yaudah, aku nanti pesenin ke butik langganan, biar dianter sekalian. Istirahat aja di rumah. Tapi nanti malam mau kan ikut? Biar kamu ketemu sama semua sodara aku.”
“Boleh, asal cepet pulang.”
“Siap, Tuan Putri.” Darren mengecup pucuk kepala, lalu turun mencium bibir Inggit.
“Hati-hati di rumah, kalau mau apa-apa minta sama pelayan, oke?”
Inggit kembali mengangguk. Matanya masih terlihat sayu, wajah sedikit pucat, bahkan tubuh Inggit sedikit menyusut.
Darren keluar dari kamar. Pagi ini ia harus meeting bersama beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya.
Tinggallah Inggit yang termangu menatap kepergian suaminya. Ia menghela napas, memikirkan masa depannya yang belum pasti. Akankah ia terus bersama Darren? Entah, hanya Tuhan yang tahu.
“Apa selamanya aku akan seperti ini?” gumam Inggit.
---
“Pa, sudahlah. Jangan ganggu Inggit lagi,” pinta Leon pada sang Papa.
Dirga baru saja mengatakan akan merebut Inggit dari Darren. Ia masih tidak rela Inggit jatuh ke tangan keponakannya itu.
“Diam kamu! Papa berharap kamu mendukung, ternyata malah melarang, menyesal rasanya mengatakan padamu,” sungut Dirga kesal. Ia menghempaskan bokongnya di atas sofa.
Leon sudah mengundang Darren dan Inggit, ia berharap sahabatnya itu akan senang melihatnya bahagia.
“Pa, kenapa sih masih ingin mengganggu mereka? Sebenarnya apa salah mereka ke Papa?” tanya Leon tak habis pikir dengan cara berpikir papanya.
“Papa hanya ingin Inggit. Karena hanya bersama gadis itu Papa bahagia.”
Jawaban Dirga justru membuat Leon geram. Dirinya saja yang sudah menjaga perasaan Inggit masih bisa mencari wanita lain, kenapa Papanya tidak bisa? Bukankah dengan ketampanan dan kemapanan, Papanya bisa mendapatkan yang lebih dari Inggit.
“Leon akan menjadi lawan Papa jika nekat mengganggu mereka,” ucap Leon yakin.
“Hah, kamu? Bukankah kamu sudah punya Elsa? Apa masih kurang?” ejek Dirga.
“Bukan sebagai saingan mendapatkan Inggit. Leon ingin menjaga Inggit, agar gadis itu tetap bahagia dengan pilihannya.”
“Cih, jangan sok jadi pahlawan kamu. Jangan macam-macam, akan ada kejutan untuk Darren malam nanti.”
Dirga meninggalkan Leon yang menganga, ia masih belum paham maksud Papanya. Kejutan? Apa?
“Semoga saja Papa tidak nekat. Perasaanku menjadi tidak enak. Apa yang Papa rencanakan?” gumam Leon.
[Mas, persiapan untuk nanti malam sudah oke.]
Pesan masuk dari Elsa, membuat dirinya merasa dihargai. Setiap melakukan apa pun, gadis itu selalu memberitahu Leon.
[Oke, tunggu keluargaku datang, Sayang.]
Hati Leon sedikit menghangat saat mengetik kata sayang, ini kali pertama dirinya memanggil sayang pada perempuan.
Leon tak menyangka jika ternyata Elsa mau menerima kekurangan dan mau membantu menjadikan Elsa satu-satunya.
Perlahan rasa untuk Inggit memudar, walaupun belum sepenuhnya, tetapi ia sudah ikhlas jika Inggit lebih bahagia bersama Darren. Toh sepupunya itu adalah laki-laki baik.
---
“Sayang, kamu di mana?” teriak Darren memanggil Inggit.
Darren sengaja pulang lebih cepat untuk mengejutkan Inggit. Namun, nyatanya dirinya yang terkejut karena tidak mendapati Inggit di mana pun.
“Ke mana Inggit?” tanya Darren pada salah seorang pelayan saat ia selesai memeriksa kamar.
“Bukankah Tuan yang meminta tolong pada Pak Dirga untuk menjemput Nyonya?”
Ucapan pelayan itu membuat dahi Darren mengernyit. “Siapa tadi? Pak Dirga?” tanya Darren memastikan. Seingatnya ia tidak pernah meminta tolong pada pamannya.
“I-iya, Tuan. Tadi jam 3 sore beliau datang menjemput Nyonya, dan mengatakan bahwa Tuan yang meminta. Jadi Nyonya terpaksa ikut,” jawab Pelayan itu takut-takut. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada majikannya. Pelayan itu merasa bersalah telah mengizinkan Inggit ikut bersama Dirga.
“Mau apa orang itu? Saya sama sekali tidak meminta siapa pun menjemput istri saya.”
“Pak Dirga hanya mengatakan menjemput Nyonya karena Tuan yang meminta.” Pelayan itu semakin menunduk tidak berani menatap wajah Darren.
“Sial!” umpat Darren kesal. Ia menendang sofa di depannya. Membuat pelayan itu berjingkat takut.
Darren merasa tidak mempunyai masalah dengan Dirga, lalu apa lagi? Kenapa Dirga berbohong, dan membawa Inggit pergi? Pikiran Darren semakin kacau.
Darren memijit pelipisnya, banyak pikiran membuat kepalanya sedikit pusing. Ia menghela napas perlahan, mencoba mengatur emosi dan menenangkan pikiran. Ia tidak mau terlalu cepat mengambil keputusan.
Tiba-tiba ingatannya kembali pada pernikahan mereka waktu itu, seingatnya Dirga sayang bersama Aluna. Ia ingat, Inggit sangat ketakutan melihat Dirga. Mungkinkah mereka ada hubungan di masa lalu?
Darren berjalan cepat menuju mobilnya. Selama perjalanan ia mencoba menelepon Dirga.
“Sialan, lama sekali sih?” rutuk Darren.
“Pak, agak cepat ya!” perintah Darren pada sopir pribadinya.
“Baik, Tuan.” Sopir itu mengangguk lalu menginjak pedal gas, mobil melaju lebih kencang.
Setelah mencoba menelepon Dirga, akhirnya panggilan itu diangkat setelah 10 kali.
“Halo, Om. Apakah Inggit bersama Om sekarang?” tanya Darren cepat.
“Oh, Darren. Keponakan terbaikku. Inggit? Iya dia bersama Om sekarang. Kami sedang makan di restoran Padang. Datanglah.”
Panggilan ditutup sepihak oleh Dirga. Dahi Darren mengernyit heran. Untuk apa berbohong jika hanya ingin makan bersama Inggit?
“Pak ke alamat ini.” Darren menyodorkan ponselnya untuk dilihat sopirnya ke mana tujuan mereka.
“Baik, Tuan.”
Pikiran Darren semakin tidak karuan. Memikirkan keselamatan Inggit dan anaknya.
Setelah setengah jam perjalanan, mereka sampai di restoran Padang. Darren berjalan dengan cepat masuk, lalu mencari di mana Dirga dan Inggit.
Setelah menemukan apa yang dicari, ia berjalan cepat ke arah mereka.
“Kamu di sini.” Darren menepuk pundak Inggit pelan, ia melihat mata istrinya sembab, entah karena apa. Ia akan bertanya nanti setelah hanya berdua.
“Darren, akhirnya kamu datang.” Dirga berdiri kau menyambut kedatangan Darren. Ia memeluk keponakannya itu dan menepuk pundak berkali-kali.
“Hai, Om. Ada apa? Kok ajak Istriku makan bareng gak bilang dulu,” tanya Darren sedikit tak suka. Ia berusaha menyembunyikan emosi yang sudah di ubun-ubun.
“Oh, Om hanya rindu dengan dia. Maafkan, Om karena sudah lancang mengajak dia tanpa seizinmu,” ucap Dirga pura-pura bersalah. Akting yang sempurna.
“Rindu? Memangnya kalian ada hubungan apa?” tanya Darren. Ia melirik Inggit yang menegang, wajah istrinya itu seketika pucat.
“Hubungan kami? Tanya istrimu itu, bukankah hubungan kita sangat spesial, Nggit? Bahkan kita pernah berbagi segalanya bersama.”
Brak!
“Jaga ucapan Om!” teriak Darren emosi. Kini ia menjadi tontonan pengunjung restoran.
“Tenang, Darren.” Dirga terkekeh melihat reaksi Darren. “Om hanya bercanda, duduklah!” Dirga memberi isyarat pada Darren agar duduk, lalu mengangguk pada pengunjung lain.
Napas Darren tersengal-sengal, ia melirik Inggit yang terus menunduk. Apakah masa lalu yang Inggit ceritakan waktu itu adalah Dirga? Sial! Rutuk Darren dalam hati.
“Apa tujuan Om membawa Inggit tanpa izinku dan mengatakan itu?” tanya Darren, suaranya tertahan menahan emosi.
“Tidak ada. Om hanya bercanda, Darren. Nanti malam acara pertunangan Leon, Om hanya memberi Inggit gaun untuk acara itu.” Dirga menunjukkan paper bag di samping Inggit.
“Tidak perlu, Om. Darren sudah membelikan untuk Inggit.” Rasanya Darren ingin segera membawa Inggit pergi dari hadapan Dirga.
“Wah, jangan begitu, Darren. Di pernikahanmu kemarin, Om tidak memberikan apa-apa. Izinkan Om memberikan gaun itu sebagai hadiah.” Dirga terlihat memelas.
“Baiklah. Terima kasih, sekarang aku akan mengajak Inggit pulang.” Darren segera menggandeng tangan Inggit, membawa gadis itu pergi meninggalkan Dirga.
Darren tak mengerti jalan pikiran pamannya, apa tujuan orang tua itu melakukan semua ini. Entah. Adakah tujuan tersembunyi?
"Apa yang terjadi?” tanya Darren begitu mereka di dalam mobil. Setelah cukup lama terdiam, Darren menanyakan hal itu pada Inggit.
“Tidak ada,” jawab Inggit lirih. Ia terus menunduk tak berani menatap Darren. Takut Darren tahu kebohongannya.
“Jujurlah.” Darren membuang muka, ia sedang menata hati mendengar kejujuran Inggit.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan.” Tetap saja Inggit teguh dengan keyakinannya. Ia tidak mau jujur pada Darren. Keselamatan Darren menjadi taruhannya.
“Yakin? Lalu siapa Om Dirga? Apakah dia laki-laki masa lalumu?” tanya Darren penuh selidik.
“Iya.” Jawaban Inggit justru membuat Darren semakin sakit. Walaupun ia sudah tahu, tapi mendengar lagi dari mulut Inggit membuat hatinya hancur.
“Apakah kamu masih mencintainya?” tanya Darren lagi. Kali ini ia menatap wajah Inggit lekat. Berharap ada kejujuran di sana.
Seketika Inggit menatap Darren. “Tidak. Aku sama sekali tidak mencintai laki-laki biadab itu!”
“Lalu? Ada urusan apa kamu mau diajak dia?” desak Darren. Ia memegang kedua pundak Inggit, lalu mengunci pandangan istrinya itu.
“Di-dia ... , merencanakan sesuatu padamu.” Akhirnya keluar dari mulut Inggit ucapan itu, ia merasa sedikit lega.
Dahi Darren mengernyit. “ Merencanakan apa?” tanya Darren tak mengerti.
“Aku tidak bisa memberi tahumu. Yang jelas, buatlah alasan agar nanti kita tidak datang ke acara Leon.”
“Kenapa?” tanya Darren lagi. Ia masih tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Inggit.
“Laki-laki itu berencana membunuhmu!”

Book Comment (136)

  • avatar
    CakrawatiResi

    mesekipun saling mebguntungkan tapi kita jangan llupa akan menghargai dan jangan menyakiti hati orang lain

    10/01/2022

      4
  • avatar
    Urie Djhrt

    penasaran banget, ceritanya susah di tebak , i like it 🤭. semoga cepat terbit bab selanjutnya.... semangat

    05/01/2022

      1
  • avatar
    RahmadaniReva

    semagat

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters