logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 4: No Job

Brumm.. Brumm.. Bunyi kendaraan menghias suasana perkotaan.
Ridwan berdiri di depan papan info lowongan kerja.
"tidak ada lowongan, tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada" Ridwan membaca info lowongan kerja yang ada di papan tersebut.
"tidak ada semua" kata Ridwan setelah pembacaannya sampai akhir.
Dia pun kembali mengayunkan sepeda melanjutkan perjalanannya mencari pekerjaan.
Di salah satu perempatan jalan raya yang ada di kota Macazzart. Ridwan dan kendaraan lain menanti lampu hijau.
Tak lama kemudian, Ridwan sampai di suatu restoran yang ada di Macazzart.
"kalau nggak salah tempat ini pernah mencari seorang pembantu. Masuk ah, semoga saja masih ada" kata Ridwan dengan tekadnya masuk ke dalam.
Beberapa detik kemudian..
Arrrrggghhhhhh...
Teriak histeris para pelanggan.
Mereka berlarian keluar dari restoran setelah Ridwan masuk ke dalam restoran.
"ada apa ini? ada apa?" kata pemilik restoran keheranan.
"waduh, bahaya nih. Kalau ketahuan bahwa aku penyebabnya, bisa-bisa aku digebukin orang-orang. Aku harus cabut dari sini" kata Ridwan.
Ridwan mengambil beberapa surat kabar yang ada di dalam restoran sambil pura-pura membaca dan segera keluar melarikan diri bersama pelanggan yang lain.
"woi woi, kalian semua belum bayar.. woi" kata pemilik restoran yang berusaha mengejar para pelanggannya.
Kembali ke jalan.
"dimana lagi ya ada lowongan pekerjaan? Sejak tadi mutar-mutar di kota belum ketemu pekerjaan juga" kata Ridwan sambil mengayunkan sepeda.
Tiba-tiba Ridwan berhenti di depan salah satu minimarket yang ada di kota Macazzart.
Dia melihat papan bertuliskan "Lowongan Kasir" terpajang di depan pintu minimarket tersebut.
"aha.. akhirnya ada juga" kata Ridwan.
Ia pun merapikan penampilannya.
"duh nerves nih. Pakai topi dulu ah biar pede, ehem." kata Ridwan mengeluarkan topi dari saku dan memakainya.
Ridwan pun masuk ke minimarket tersebut.
"selamat siang, selamat berbelanja di minimarket. Ada yang bisa saya bantu?" kata seorang kasir perempuan dengan tersenyum ramah di hadapannya.
"ehem, kenalkan namaku Ridwan. Saya mau melamar pekerjaan.. " kata Ridwan sambil membuka topi dan tersenyum.
Kasir tersebut membuka mata lebar-lebar dan melihat dengan seksama seseorang yang ada di hadapannya..
Arrrrggghhhhhh, ketakutan yang tak terduga.....
Buk buk buk buk....
Akhirnya Ridwan digebukin.
~
Di kamar, Ridwan bersandar di atas kasur.
Ridwan membuka hapenya yang bermerk samsung lipat yang sudah tergolong jadul.
Dilihatnya waktu sudah menunjukkan 11:00 a.m dan menutup hapenya kembali.
"kenapa kamu tidak minta tolong saja kepada teman sekolahmu? Siapa tahu aja ada dari mereka yang bisa bantu kamu cari pekerjaan" kata pak Doni.
Pak Doni menempelkan plaster obat di beberapa luka yang ada di wajah Ridwan sehabis digebukin di depan minimarket.
"iya ya benar juga, adu duh sakit." kata Ridwan berpura-pura seolah-olah ia membutuhkan teman.
Tentu saja Ridwan tidak meminta bantuan kepada teman sekolahnya. Sejak SD hingga SMA dia hanya diejek dan sering difitnah menyebarkan penyakit kecuali hanya satu orang saja teman semasa SMAnya yang menganggapnya sebagai teman.
Namun, sejak tamat sekolah dia tak pernah lagi bertemu dengan kawan baiknya itu.
Ditambah lagi kontak hapenya tidak ada karena Ridwan sendiri sewaktu SMA masih belum punya hape.
"buruan telpon aja temanmu yang ada di kontak hapemu, dan kalau lukamu sudah sembuh kamu langsung dapat pekerjaan deh" kata pak Doni.
"iya pak Doni, ini Ridwan coba lihat dulu" kata Ridwan kembali membuka hapenya.
Ridwan mengecek kontak yang ada di hapenya. Dilihatnya tidak ada satu pun nomor hape temannya yang tersimpan di kontaknya.
Sekitar 5 menit berlalu.
"lukamu udah gak baikan?" tanya pak Doni.
"iya, ini udah baikan" kata Ridwan.
"kalau gitu aku mau ngojek dulu, mumpung masih siang." kata Pak Doni keluar dari kamar Ridwan.
"oh iya, nggak apa-apa pak Doni. Pak Doni hati-hati ya" kata Ridwan.
"ok" kata pak Doni.
~
"nggak ada" kata Ridwan seraya berbaring di kasur sehabis mengecek nomor temannya di kontak hapenya.
Tak lama ia teringat sesuatu.
"oh iya, mungkin saja ada di kotak kenangan" kata Ridwan bangkit dari kasur.
Ridwan pun mengambil sebuah kotak yang tersimpan rapi di bawah kasurnya.
"fuh... " Ridwan meniup debu yang berada di permukaan kotak dan membukanya.
Ridwan memeriksa barang-barang yang ada di dalamnya.
"kelihatannya nggak ada, semua hanya lembaran nilai dan mainan kuno" kata Ridwan.
Tiba-tiba ia menemukan sebuah kartu nama jadul dan surat rujukan rumah sakit di dalam kotak kenangannya.
"ini kan kalau nggak salah kartu nama milik Wara si anak nakal, nggak nyangka masih ada" kata Ridwan tangan kanannya memegang sebuah kartu nama.
"dan ini.. Ini adalah benda yang paling menyebalkan dari anak yang sama" kata Ridwan tangan kirinya memegang sebuah surat rujukan rumah sakit.
~
waktu itu di SD..
"Bu guru kenapa ya ada satu bintik gigit nyamuk di tangan ku, padahal tidak ada nyamuk di kelas ini?" tanya Wara teman sekelas Ridwan sewaktu SD.
"Mungkin anak ini bu penyebabnya." kata Wiri (7), pacar Wara sekaligus perempuan yang paling bawel di kelas.
"bukan bu, bukan saya" kata Ridwan membela diri.
"pokoknya aku tidak mau tahu, dia harus ganti rugi, dia harus membawa aku ke dokter sekarang juga." tuntut Wara.
"iya, ayo bawa Wara ke dokter, ayo bawa.." kawan-kawan yang lain membela Wara.
"tapi kan aku tidak punya uang dan orang tua angkat ku hanya tukang becak" kata Ridwan.
"aku tidak mau tahu, titik. Huhuhu aku tidak mau tertular seperti anak ini" kata Wara menangis.
"aku tidak bakal tega melihatmu terluka seperti ini sedikit pun, Wara." kata Wiri menghapus air mata Wara.
"iya, itu karena kita akan ditakdirkan berjodoh" kata Wara dengan deru nafas terengah-engah.
"eh kalian semua jangan berisik. Wara, Wiri, kalian berdua jangan duduk bersebelahan. Wara, kamu duduk di belakang sana, dan kamu Wiri duduk di depan sini!" kata Guru SD (50).
"tidaak...." kata Wara sambil melambaikan tangan ke arah Wiri.
Wiri pun mengatakan hal yang sama.
~
"pengalaman aneh yang mengerikan, brrr" kata Ridwan menelan pahitnya kenangan sambil bersandar di kasur.
"simpan aja ah, walaupun hanya menjadi kenangan" kata Ridwan menyimpan kedua kertas tersebut di kotak kenangan.
Ridwan menutup kotak kenangannya dan menyimpannya kembali di bawah kasur.
"nah, sepertinya tidak ada teman yang bisa dihubungi di hape. Mungkin tidak ada yang seperti diriku. Sebaiknya aku menunggu seseorang yang benar-benar membutuhkan aku dan memberiku pekerjaan yang pas." kata Ridwan kembali baring dan akhirnya tertidur.
~
Di tempat lain di Macazzart.
"kita tidak punya banyak waktu. Logam itu harus kita selamatkan, atau dunia akan hancur" percakapan seseorang dalam hape.
~

Book Comment (258)

  • avatar
    SherliSherli

    kerenn

    6d

      0
  • avatar
    AjaRoni

    bagus

    7d

      0
  • avatar
    ZahroAisyah

    bagus

    27d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters