logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Part 7

Sejujurnya hari ini Wisnu belum di diperbolehkan untuk pulang. Namun wisnu tetap wisnu, ia ngotot ingin tetap pulang dan berangkat sekolah.  Bukan untuk menimba ilmu,namun ia akan menghajar manusia bernama arya yang berani menyentuh gadisnya kemarin.
"Kamu disini dulu sehari aja ya sayang, biar bener bener pulih" 1000 kali Delia berkata maka 1000 kali wisnu membisu.
"Ya Allah wis, dengerin aku kali ini aja. Kamu belum benar benar pulih, nanti kalau kenapa kenapa gimana? Aku ta-"
"LO DARI TADI NGELARANG GUE BUAT GAK MASUK SEKOLAH! BIAR LO BISA GANJEN SAMA ARYA!! TANPA SEPENGETAHUAN GUE!! LO BISA BEBAS JADI JALANG NYA KAN?!!!" Bentak Wisnu keras.  Mereka masih di rumah sakit dan Wisnu benar benar tak melihat situasi kondisi.
Delia diam. Sama sekali tak berani menjawab.
"Kenapa diem?? LO gak bisa jawab? Jadi bener yang gue ucapin tadi?!! JADI BENER DEL?!!" Wisnu mendorong tubuh ramping Delia ke tembok.
Air mata Delia mengalir deras. Ini masih pagi dan Wisnu sudah membuat Delia menangis, bagaimana dengan hari hari selanjutnya?
"Hiks,, Enggak wis" lirih Delia. Punggung nya terasa sakit. Wisnu mengangkat Dagu Delia kuat hingga Delia merintih kesakitan percuma saja wisnu sama sekali tak menghiraukan itu.
"JAWAB GUE DELIA!!!"
Delia menggeleng kuat, "enggak wisnu. Aku gak deket deket sama arya. Harus dengan cara apa kamu percaya sama Aku? Harus gimana aku wis?" Kalap Delia dengan air matanya.
Wisnu melepas cekalan nya pada dagu Delia. "Ambilin seragam sekolah gue!" Lantas lelaki itu berjalan ke arah pintu rumah sakit.
10 menit keduanya sampai di Rumah keluarga Wisnu. Rara sejak kejadian itu tinggal di rumah nenek nya dan berangkat sekolah dari sana. Maka dari itu rumah ini akan benar benar kosong jika wisnu pergi atau tidur di apartemen.
Memasuki ruang tamu, Wisnu dan Delia sudah disuguhi adegan yang luar biasa. Di sana ada Ayah wisnu yang sedang berjumbu dengan se orang wanita berpakaian tipis.  Rahang wisnu mengeras, dapat Delia rasakan dari genggaman tangan lelaki itu mengepal kuat.
"Jangan aku mohon dengarkan aku kali ini aja, kita ke rumah aku ya sayang. " lirih Delia penuh permohonan, Faisal belum mengetahui kedatangan Wisnu dan Delia disini.
Menatap mata teduh Delia membuat hati Wisnu luluh. Ia benci menatap bola mata itu yang hanya membuat semuanya runtuh. Tanpa sepatah kata pun Wisnu menarik tangan Delia keluar dari Rumah neraka itu.
"Kita ke rumah ku aja wisnu. Aku belum ganti baju abis itu lansung ke sekolah" ucap Delia sembari menatap jarum jam di tangan nya yang menunjukkan pukul 06:00.
Seperti biasa Wisnu tak menjawab apapun. Namun mobil putih itu berbelok ke pekarangan rumah Delia. Bibir Delia melengkung membentuk se ulas senyuman manis. Pagi ini Sepertinya benar benar menuruti semua pinta Delia.
Kedunya langsung berjalan ke arah kamar masing masing. Delia sudah menyiapkan kamar sendiri untuk Wisnu berganti pakaian saat lelaki itu menginap di rumah nya. Tak membutuhkan waktu lama, Delia sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
Ia akan menunggu wisnu sembari membuka materi materi pelajaran. Delia sudah bolos pelajaran selama 3 hari terahir dan ia juga melewatkan semua les sekolahnya padahal olimpiade itu tinggal 5 hari lagi.
Pintu kamar terbuka, Wisnu datang dengan seragam yang sudah rapi alis Delia terangkat.
"Tumben kamu bisa pasang dasi sendiri?" Tanya Delia dan tak ada jawaban dari lelaki itu.
Mata tajam Wisnu menatap ke arah meja rias Delia. Mengambil semua lipcream dan lipstik milik Delia di buangnya seluruh lipcream itu ke tong sampah
"Wisnu aku mohon jangan " Delia memohon sangat sangat saat Wisnu hendak membakar semua Lipcream milik Delia.
"GUE GAK SUKA LO PAKE KAYAK GITU!! MAU GANJEN?? IYA?" bentak wisnu.
Delia pasrah. Apa salahnya? Delia hanya memakai warna transparan dan itupun hanya untuk melembabkan bibirnya agar tak kering. Kini semua lipcream itu hangus di tong sampah milik Delia.
"Kita berangkat sekarang " putus Wisnu.
****
"Jangan ke kantin kalau gue belum kesini" pesan Wisnu tak terbantahkan.
"Iya sayang, belajar yang rajin. Love you"
Wisnu melenggang meninggalkan kelas Delia.
"Pagi guys " sapa Delia mendekati meja Ella dan Aulia.
"Tugas mat wajib del" sendu Aulia. Delia memutar bola matanya jengah.
"Nih"
"Makasih. oh iya, kemaren gue di kasih tau pak Haris katanya nanti jam istirahat pertama lo  disuruh ke ruangan nya"
Alis Delia terangkat, gadis itu meletakkan tas sekolah nya di meja depan Aulia.
"Disuruh ngapain ya? Perasaan gue gak kena BK deh" monolog Delia.
"Lo tuh akhir akhir ini sering banget bolos Del, maybe karna itu " sahut Ella yang sibuk dengan ponsel nya.
"Oh my god Guys Rio whatsapp gueeeee" pekik Ella heboh.
Aulia mendengus kesal, "B aja kalik" ketus nya.
Merasa tak terima Ella menutup ponselnya lantas menatap Aulia kesal
"Makanya ul jangan kepaku sama masa lalu terus kapan lo mau buka hati. Lagian sih hati kok dibiarin masuk cuma 1 orang makanya kalau mati rasa kan repot" omel Ella.
"Bacot" Desis Aulia.
Hari ini Delia berjanji akan membayar hari hari belajar yang sudah ia lewatkan beberapa hari yang lalu. Olimpiade nya semakin dekat, dan ia tak mau mendengar  perbandingan perbandingan itu.
"Baik anak anak pelajaran Ppkn hari ini sampai sini dulu. Ingat bagi yang belum melengkapi tugas tugas sekolah masih ibu tunggu di meja ibu sampai nanti jam 15 sore. Good morning and see you all"
"See you maam"
Baru saja Delia akan membuka ponsel nya ucapan Aulia menghentikan pergerakan nya.
"Del ditunggui Wisnu di depan " Delia mengangguk.
"Kalian ke kantin duluan aku nanti nyusul sama Wisnu "
Aulia tak berbohong. Wisnu benar benar di depan kelas nya.
"Wisnu, aku disuruh ke ruangan pak Haris  "
"Kapan?" Tanya Wisnu, tatapan lelaki itu masih fokus ke depan.
"Sekarang. Kamu mau nungguin? Apa gimana?" Delia tak berani memberi opsi maupun keputusan jika nanti dirinya yang akan salah.
"Gue ke kantin beli makan duluan, lo kesana abis itu balik ke kelas lo nanti makan sama gue"
Demi apapun mulut Delia sekarang mengangga cukup lebar. Perdana seorang Wisnu Anggara mau berbicara selebar tadi tanpa membentak.
"Lo mau berdiri di situ sampai Kapan?"
"Eh iya, hayuk" Delia menyusul langkah lebar wisnu.
Mereka berpisah di belokan antara kantin dan ruangan Konseling.
"Aku masuk duluan, nitip mie ayam ya" pesan Delia lembut.
Pintu knop terbuka,"Assalamualaikum pak"
"Wa alaikumussalam Masuk del"
Delia duduk di depan pak Haris.
"Langsung ke inti nya saja, bapak mau bertanya. Kamu ada masalah apa? Mengapa beberapa hari ini sering bolos pelajaran dan absen les olimpiade?"
Delia meneguk salivanya susah payah.
Mata elang Wisnu tak sengaja melihat Arya. Lelaki yang sudah lama ingin Wisnu hajar.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
"Brengsek lo apaan sih wis" kesal Arya tak terima. Tangan nya mengusap darah yang mengalir kecil di sekitar mulut nya.
"LO MASIH TANYA APA APAAN? KEMAREN LO APAIN DELIA? GUE UDAH BILANG, JANGAN PERNAH SENTUH DELIA SE INCI PUN!! LO UDAH BOSEN HIDUP?!!" Suara lantang Wisnu memenuhi lorong kantin.
Beberapa pasang mata menatap mereka miris.
"Wisnu tuh wisnu" pekik Rio memberitahu ketiga sahabatnya.
"Udah biarin, biar mati aja si Arya itu. Muak gue juga liat muka nya" sahut Daren santai.
"Gue bisa ambil Delia dari lo dengan cara yang lebih manis" sahut Arya sinis.
Wisnu semakin emosi. Baru saja ingin menghabisi Arya, suara seseorang lebih dulu mengantikan pergerakan nya.
"WISNU ARYA APA APAAN KALIAN INI?? INI SEKOLAH BUKAN RING TINJU!! SEKARANG KALIAN IKUT IBUK KE RUANGAN IBUK"
"Aelah bu Lina ngapain pake kesini sih" spontan Iqbal bersorak kecewa.
Merasa semua mata menatap ke arahnya Iqbal lantas pura pura menyantap kembali bakso nya.
"Baik Delia bapak pegang janji kamu. Sekarang kamu boleh keluar "
"Terimakasih pak"
Baru saja Delia berdiri, Arya dan Wisnu malah masuk ke ruangan Konseling.
"Lapor pak, mereka kembali sok sok an jadi jagoan di kantin tadi"
Mata bulat Delia mengerjap. Beberapa detik kemudian Delia sudah faham sesuatu.
"Kalau begitu saya permisi pak" pamit Delia dan di angguki pak Haris.
Ponsel Delia berbunyi, notifikasi dari Wisnu.
Wisnu♡
Nanti gue pulang ke rumah lo.
Delia tersenyum lantas membalas iya pesan tersebut.
****
"Wisnu kamu tadi kenapa berantem lagi sama Arya?" Keduanya kini tengah di kamar Delia.
Wisnu tak menjawab dan asik memainkan  game di ponsel nya.
Delia mendengus kesal. Baru saja ingin berdiri ia di kagetkan oleh teriakan seseorang.
"DELIAAA!!!" mata Delia membulat sempurna.
Bukankah ayahnya akan pulang 4 hari lagi?
"Wisnu kamu disini aja aku mohon jangan keluar " panik Delia lantas meninggalkan Wisnu di kamarnya.
"Aa-Ayyah"
PLAK
"KEMANA SAJA KAMU DEL? AYAH MENGELUARKAN UANG BERJUTA JUTA AGAR KAMU SEKOLAH BUKANYA JADI BERANDALAN!!"
"Bu-bbukan gitu Ayah, D-ddelia cuma"
PLAK
Air Mata Delia menetes.
"KAMU BENAR BENAR TIDAK BISA DI BANGGAKAN DELIA!! MANA KATANYA KAMU BISA SEPERTI KAKAK KAMU?? KAMU JAUH DELIA JAUHH"
"TERUS YAH!! BANDINGKAN DELIA TERUS SAMA KAK NOVA, BANDINGKAN!! SAMPAI AYAH PUAS"
"BERANI KAMU YA" Tangan Bimo hampir saja memukul Delia.
"Cukup om"
Delia mendesah kecewa, Wisnu benar benar cari mati.
"Rupanya gara gara anak ini kamu jadi lupa sekolah?? Sudah berapa kali ayah bilang? Jauhi wisnu!!  Ayah gak suka!!" Lantang Bimo menatap tajam Delia.
"Wisnu cuma bisa buat pengaruh buruk sama kamu DELIA!! Kamu sama dia beda!!! Dia-"
"AYAH STOP"  tangan Bimo ingin kembali melayang namun kembali di cekal oleh Wisnu.
Di sini Bimo semakin marah dan berakhir menghajar Habis habisan Wisnu. Bahkan, Wisnu pun tak membalas bogeman dari Bimo.
"AYAH STOP DELIA MOHON, DELIA JANJI BAKAL AMBIL PERINGKAT 1! TOLONG BERHENTI AYAH DELIA MOHON!!" teriak Delia histeris.
Bimo berhenti dan menatap Delia tajam,"Jika tidak, ayah tak segan segan membunuh lelaki itu" tindas Bimo lantas meninggalkan rumah.
Bersambung........
1500 word,, ♡
Yogyakarta 17 Desember 2020
Puputtri_

Book Comment (143)

  • avatar
    Mads Kiks

    good

    21/06

      0
  • avatar
    PerezKim Jhan

    Laocoon Wood* 71

    25/04

      0
  • avatar
    ParamitaAdelia

    ☺️☺️

    18/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters