logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 Cinta Dalam Diam

Clarissa akan selalu melihatnya dari jauh. Ia menatap sosok tampan Daniel yang tengah mengepel lantai di ruang rapat seorang diri.
Clair baru saja mengantar kopi di ruangan manager beberapa saat lalu, dan tak sengaja melihat lelaki itu di dalam sana. Ia menghentikan laju kakinya, hanya untuk memperhatikan wajah tampan yang selalu membawanya kembali ke masa lalu.
"Daniel, siapa kau sebenarnya. Kenapa wajahmu begitu mirip dengan Jason." Clair akan selalu merasakan perih di dadanya. Hari di mana semua kisah pahit itu dimulai Jasin pergi bahkan jejaknya pun tak ia ketahui sama sekali. Ckair akan menangis setiap malam mengingat sosoknya.
"Jason," ucapnya lirih.
Sebuah tepukan lembut di bahunya membuatnya tersentak dan langsung tersadar dari lamunannya. Clair berdecak, ia pikir itu adalah sosok Andrew yang mengganggunya sampai kepalanya menoleh ke belakang dan mendapati Joana tengah berkacak pinggang dengan wajah sadis seperti biasa.
"Ah, Nona Kim. Maaf saya kira, anda adalah Andrew Yoon."
"Apa yang kau lakukan di sini." Wajahnya terangkat dengan tangan yang dilipat di depan dada, menambah kesan angkuh pada wanita itu.
"Saya baru selesai mengantarkan kopi di ruangan manager Oh, saya hanya ingin menyapa Daniel Baek saja," ujarnya.
Wajah Joana sedikit melongkok melihat karyawan tampannya itu masih asyik mengepel lantai tanpa menghiraukan dirinya dan Clair.
"Dilarang menjalin kisah asmara di kantor ini, ingat." Joana berdecak selai lagi, lalu pergi berlalu dari hadapan Clair.
"Kenapa peraturannya begitu, apa karena gosip yang beredar jika Presdir Park tak akur dengan istrinya maka membuat peraturan seenaknya seperti itu, menyebalkan. Lagipupa, siapa juga yang akan jatuh cinta." Ia mendesah lelah kembali melirik ke arah Daniel yang masih fokus pada pekerjaannya. "Aku hanya akan menyimpan hatiku ubtuk Jason, semirip apapun kau dengannya, aku tak akan menyukaimu," gumamnya dan ia pun ikut pergi dari ruangan itu.
Selepas kepergian Clair, wajah Daniel mendongak. Ia mematung di tempat menatap ke arah di mana beberapa saat lalu Clair berdiri di sana. "Kak, apa yang kurasakan ini benar. Aku hanya takut jika aku mengalami hal yang sama sepertimu."
***
Bunyi suara pintu dibuka dari luar, membuyarkan lamunan seorang pria yang tengah duduk di ruanganya dengan setumpuk dokumen yang sepertinya belum disentuh sama sekali. Seorang wanita cantik berjalan dengan anggun menghampiri pria yang merupakan suaminya itu berada. Laki-laki itu adalah Bryan Park, Presiden direktur Park Company Group.
"Bryan, apa kau sibuk?" Wanita bernama lengkap Eleana Park itu mengulum senyum saat melihat sosok suaminya tengah serius dengan pekerjaannya.
"Ada urusan apa kau ke tempat ini, El?" Tanpa menoleh lelaki itu bertanya. Bahkan nada bicaranya terdengar malas.
Eleana memilih berdecak, suaminya selalu seperti itu. Lima tahun menjadi istri seorang Bryan Park, tidak pernah wanita itu merasakan cinta dari suaminya itu. Apakah karena sampai sekarang mereka belum memiliki anak, namun bagaimana mau memiliki anak, Bryan tidak pernah sekalipun menyentuh dirinya. Sungguh miris.
"Bryan, aku ingin bicara padamu."
"Bicaralah, aku dengarkan." Eleana menatap kecewa pada sosok tampan suaminya. Lima tahun wanita itu bertahan untuk pria yang sah menjadi pedampingnya tersebut. Berharap Bryan akan menerima dirinya. Namun apa, sampai sekarang sseorang Bryan Park masih tetap sama, tidak sekalipun dia menganggap wanita itu sebagai bagian dari hidupnya. Dia hanya sebuah raga yang tak akan pernah terlihat oleh Bryan.
Eleana menghela napas lelah. Hatinya cukup tercabik mengharapkan cinta semu dari laki-laki yang tidak pernah memiliki perasaan padanya.
"Bryan, sampai kapan kita akan seperti ini. Ini sudah 5 tahun, Bry. Tetapi kenapa perasaanmu tidak berubah juga untukku. Aku harus bagaimana."
Mata sipit pria Park itu menatap nanar pada wanita yang dinikahinya 5 tahun silam ini karena perjodohan. Bryan tahu, Eleana adalah wanita yang baik, dia tidak pernah mengeluh tentang dirinya yang selalu bersikap dingin padanya, yang selalu bersabar dengan dirinya yang cenderung sering mengabaikannya. Wanita itu terlalu sempurna, menerima dirinya yang jelas-jelas tak mampu memberikan cinta padanya.
"Maafkan aku El, maafkan aku. Aku sudah berusaha mati-matian untuk menahan perasaanku, tapi aku tetap tidak bisa, sungguh maafkan aku."
Wanita cantik itu bergeming. Rasanya matanya mulai berembun. Hatinya terlalu sakit. Dia juga manusia biasa yang akan rapuh, meskipun selama ini dia berpura-pura kuat di depan suaminya. Nyatanya Eleana selalu menangis meratapi takdir rumah tangganya yang menyakitkan seperti ini.
Wanita itu tak ingin menuntut banyak hal. Dia hanya ingin Bryan menerimanya, memberikan cinta untuknya. Akan tetapi lima tahun ini dia sudah membuktikan laki-laki itu tak pernah bisa membuang masa lalunya.
Kaki jenjangnya melangkah menghampiri sosok suaminya. Air matanya mulai jatuh berderai membuat pipi putihnya basah.
Eleana menghambur ke pelukan suaminya, menangis sejadi-jadinya di balik punggung kokoh pria itu.
"Tidak bisakah kau melupakanya Bry, dan hanya melihatku," ucap Eleana dengan air mata yang masih mengalir deras di wajah cantiknya.
Bryan mematung, tidak mampu melakukan apa-apa. Dia sudah berusaha untuk membuka hatinya untuk wanita bermarga sama dengannya itu, namun apa daya perasaan ini tidak bisa ia ubah. Hatinya tetap memilih seseorang yang ia cintai di masa lalunya. Cinta pertamanya yang hingga saat ini masih merajai seluruh ruang di hatinya.
Maafkan aku Eleana, bagaimana aku bisa melupakanya kalau sekarang dia ada dekat denganku.

Book Comment (9)

  • avatar
    Simpati Telkomsel

    bagus

    14/07/2023

      0
  • avatar
    tedjo pramonofanny

    apa ada kelanjutannya nggak guys

    05/09/2022

      0
  • avatar
    VictoryFery

    bgs

    10/06/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters