logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 2: Sebuah Permainan

Anisa tidak tenang menunggu jawaban dari dokter tentang kondisi Jordi. Mereka berdua terus mondar mandir menuggu Dokter yang memeriksa Jordi, agar cepat keluar dari dalam.
"Ya Tuhan, tolong selamatkan kakak ku, aku mohon Tuhan," Anisa benar benar tidak bisa tenang. Dev langsung mengelus lembut bahu Anisa.
Mata mereka berdua saling bertemu, "Yang sabar ya? Aku yakin Jordi akan baik baik saja," ucap Dev.
Anisa mengangguk sambil terus menggenggam kedua jemari tangannya lalu memejamkan mata dan meminta kepada Tuhan untuk memberikan kesembuhan kepada sang Kakak.
Sementara Nyonya Hana duduk tenang sambil membenarkan baju miliknya yang di beli kemarin dengan harga yang begitu fantastis.
"Aduh, kejadian hari ini membuang aku waktu saja," ucapnya.
Sekarang Nyonya Hana ada pertemuan dengan para anak buahnya namun karena kejadian insiden tadi, semuanya gagal dan pertemuan langsung di batalkan oleh Nyonya Hana tadi.
Cling..cling.
Handphone Nyonya Hana berbunyi. Di seberang sana Putra sulungnya sudah merasa khawatir sebab dia lupa tidak membalas pesan sang Ibu tadi, karena sibuk dengan rapat.
Panggilan tersebut langsung terhubung. Nyonya Hana langsung mengecilkan suara dan menjawabnya dengan suara pelan.
("Hallo Mama, ada apa? Mama baik baik saja kan? Siapa yang menghadang mama tadi, cepat katakan, siapa?")
"Mama baik baik saja, tapi kamu harus kesini bantu Mama, sekarang, cepat!" pinta Nyonya Hana.
("Ada apa? Mama dimana, cepat katakan? mumpung Hito ada di jalan,")
"Rumah sakit Medika, cepat."
("Iya Ma. Hito sudah menuju rumah sakit, limat menit lagi Hito akan sampai, Ma,")
Tut..tut..tut
Nyonya Hana langsung mematikan sambungan panggilan tersebut dan melirik ke arah Dev dan Anisa yang berdiri tidak tenang di depan kamar Jordi untuk menunggu dokter keluar.
"Awas kalian, akan aku adukan ini ke Hito, biar dia yang mengurus bersih masalah ini agar tidak ada jejak sedikitpun," ujar Nyonya Hana dengan senyuman sadisnya.
Dokter keluar dari dalam ruangan dan langsung di sambut oleh Anisa dan Dev. Mereka berdua sudah tidak sabar dengan kabar kondisi Jordi.
"Bagaimana kakak saya, Dok?" tanya Anisa.
"Iya Dok, bagaimana kondisi Jordi?" tanya Dev juga.
Dokter langsung tersenyum dan berkata, "Do'akan saja yang terbaik untuk pasien di dalam. Semoga Tuhan memberikan kesembuhan untuknya, saya pamit pergi dulu,"
"Tapi Dok, kondisi kakak..."
Ucapan tersebut terhenti sebab Dokter langsung pergi dari hadapan mereka berdua. Dokter tersebut tidak kuasa melihat Anisa dan Dev yang terlihat begitu khawatir. Kondisi Jordi sangatlah kritis.
Putra sulung Nyonya Hana datang. Ia berjalan menghampiri Nyonya Hana, "Mama baik baik saja?" tanyanya.
Nyonya Hana mengangguk, "Mama baik baik saja, sayang," ucapnya.
"Siapa yang menghadang Mama? Cepat katakan siapa, apa mereka berdua?" tanya Hito.
"Iya," jawabnya.
"Awas kalian!"
Hito mendekati Anisa dan Dev namun mereka berdua keburu masuk. Hito terpaksa ikut masuk ke dalam juga, di susul oleh Nyonya Hana.
"Kakak," Air mata kembali mengalir di pipi Anisa.
Jordi sekarang sedang terbaring lemah di atas ranjang di bantu oleh selang oksigen dan beberapa perban di kepalanya.
"Woy kalian!"
Dev dan Anisa langsung menoleh ke arah Hito. Tatapan tajam Hito membuat Dev jengah.
"Kenapa menatap kami seperti itu, ada masalah dengan kami?" tanya Dev.
"Kalian yang menghadang Mama? Kalian mau apa menghadang Mama ku, mau minta uang? Mau ngerampok, iya?"
"Anak sama Ibu sama aja," gumam Dev.
"Sudah, jangan di ladenin," pinta Anisa pada Dev.
"Dasar orang miskin, beraninya main minta minta sama ngerampok, kerja dong! Jangan main rampok orang sembarangan," Bentak Hito.
Dev benar benar kesal mendengar itu. Ia langsung tersenyum sinis ke arah Hito dan Nyonya Hana. Senyuman senang telah terlihat di bibir Nyonya Hana hari ini. Ia rasa ia akan menang
[Rasakan itu, orang miskin,] batin Nyonya Hana.
Dev menarik nafasnya sedalam mungkin lalu berkata, "Heh, liat. Jordi kritis di tabrak Ibu kamu, jadi kami menghadang mobil ibumu untuk bertanggung jawab, bukan untuk merampok, dengar itu! Jangan asal menuduh!"
"Alah, bisa saja kalian semua bersekongkol untuk bisa mendapatkan uang, iya kan? Ngaku kalian,"
Suara nyaring itu kini terdengar di telinga Jordi, tiba tiba ada sebuah keajaiban yang membuat Jordi membuka matanya dan menggerakkan jari tangannya.
"A-anisa," panggil Jordi dengan sulit bersuara.
Anisa langsung menoleh dan terkejut melihat sang Kakak sudah sadar, "kakak baik baik saja? Kakak akan temenin Anisa kan, iya kan?"
Kepala Jordi menggeleng pelan membuat senyuman di bibir Anisa memudar.
"Kamu sudah bangun, Jordi?" kata Dev.
Hito dan Nyonya Hana diam menyaksikan itu.
"A-aku, akan per-gi,"
Ucapan dengan terbata bata tersebut berhasil memompa air mata Anisa keluar dengan sangat deras.
Anisa memohon, "kakak tidak boleh pergi, kakak harus temani Anisa, aku tidak ingin kakak pergi, aku tidak ingin itu!"
Jordi melihat Nyonya Hana dan Hito. Melambaikan tangan ke arah mereka berdua agar mendekat ke arahnya.
Mereka berdua tetap diam di tempat hingga kemudian Dev membentaknya dan berhasil membuat mereka mendekat.
"Kesini!!" bentak Dev.
Nyonya Hana dan Hito langsung mendekat ke arah kanan ranjang Jordi.
Senyuman terlihat di bibir Jordi. "Tolong ak-aku," pintanya pada Nyonya Hana.
"Apa ini?" Nyonya Hana mulai curiga dengan maksud ucapan Jordi tadi.
"Nikahkan a-anakmu dengan adik aa-aku, gg-gantti posisi aa-akku, aku sudah tt-idak kuat," pinta Jordi.
"Enggak! aku gak mau! Aku sudah mempunyai kekasih, bisa saja ini adalah akal-akalan kalian, mentang mentang kami kaya, kalian akan berdrama seperti ini? keliatan dari tampang kalian kalau kalian itu butuh uang dan akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan itu! Intinya aku gak mau, titik." Bantah Hito langsung.
"Berarti Ibu kamu akan di tahan di kantor polisi selama sepuluh tahun, kamu hanya pilih saja," tantang Dev.
Hito langsung mengerutkan alisnya. Ia kesal dengan pancingan seperti itu, "jangan coba-coba untuk mengancam diriku, kau tidak tau kalau aku ini siapa, ah?"
"Aku tidak perduli, sebab aku hanya butuh jawaban dari pilihan tadi!" sahut Dev.
Anisa hanya diam. Ia tidak tau harus melakukan apapun lagi selain menangis.
"Nikah saja dengan dia," ujar Nyonya Hana.
Hito langsung tidak percaya dengan permintaan Nyonya yang di luar gudangnya, "Maksud Mama apa?" tanyanya.
"Nikah saja. turuti kemauan mereka jika tidak, kau akan tau apa yang akan terjadi," ancam Nyonya Hana langsung.
"Aku tidak mau. Aku tidak akan pernah mau menikah dengan perempuan kumuh seperti dia, aku tidak mau. Tolong jangan memaksa Hito, sebab Hito jijik dengan model wanita seperti dia."
*
"Mama apa apaan sih! Kenapa harus Hito yang menjadi korbannya, bukannya ini semua karena Mama, lalu kenapa Hito yang harus menikahi adik Si orang miskin itu?"
Nyonya Hana diam. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Bingung, memikirkan cara agar rencana pernikahan tersebut berjalan seperti keinginannya. Pernikahan tersebut akan berjalan hanya sebagai sebuah permainan saja untuk Nyonya Hana, agar masalah yang terjadi hari ini bisa tertutup dengan begitu rapat.
"Ayolah, ngertiin Hito, Ma. Mama kan tau kalau Hito sudah ada kekasih, Chelsea. Kalau dia tau bagaimana? Mana lagi pernikahannya akan di laksanakan besok," gerutu Hito.
"Diam! Mama sudah tau kita harus melakukan apa," ujar Nyonya Hana langsung.
"Apa? Intinya kalau bisa pernikahan ini harus di batalkan, kita bunuh saja mereka berdua atau perlu bersama dengan temannya itu, Si Dev. Kita tembak mereka semua hingga rata dan mati, kan kita akan tenang, Ma," usul Hito.
Nyonya Hana melihat ke arah anaknya. Menatap dingin sang Putra sulung. Ia akan memulai untuk membuka mulut, menjelaskan semuanya.
"Dengarkan Mama, pernikahan ini akan tetap terjadi, tapi kamu tenang saja. Pernikahan ini bukanlah sungguhan, kita buat pernikahan ini seperti mainan saja. Kita buat adik Jordi itu menjadi pembantu di rumah ini, setelah ia lelah dan tidak kuat dengan permainan ini, ia akan minta pisah dari kamu, Mama sudah yakin sekali itu," paparnya.
"Tapi bagaimana dengan kekasih Hito, Ma? Masa iya aku harus bilang kalau aku sudah menikah, kan tidak mungkin,"
Hito langsung menggaruk kepalanya kasar. Rencana Nyonya Hana membuatnya bingung, Hito harus memilih untuk menikah namun tanpa dasar cinta atau tidak menikah dan mengecewakan Nyonya Hana. Kedua pilihan tersebut tidak bisa Hito pilih begitu saja, resikonya akan berat di akhir dan Hito sudah tau itu.
"Mama yang akan jelaskan kepada Chelsea, besok setelah pernikahan selesai, kau ajak Chelsea untuk menginap di rumah ini. Gapapa kalau dia ingin tidur sekamar denganmu," tutur Nyonya Hana.
Hito menghentikan aktivitasnya, diam beberapa detik lalu menatap Nyonya Hana dengan ekspresi tak percaya. Lalu bertanya, "Mama serius?"
Nyonya Hana mengangguk.
"Tumben, biasanya Mama ngamuk kalau liat Hito main di kamar sama Chelsea, ada apa ini?" Selidik Hito.
"Ini adalah cara untuk membuat Si adik Jordi menderita di rumah kita ini,"
"Tapi kalau wanita itu tidak perduli dengan itu bagaimana?" tanya Hito.
"Kan kita belum mencobanya, kenapa kamu sudah beranggapan seperti itu? Ikuti saja perintah Mama, agar kamu tidak kehilangan semua fasilitas mu dan nama mu di keluarga ini!" Nyonya Hana langsung berlalu pergi.
"Aku yakin mereka itu hanya ingin menjebak kita, Ma. Aku sudah yakin sekali itu, mereka akan berpura-pura seperti itu dan meminta Mama untuk menikahkan aku dengan adiknya itu, sedangkan mereka butuh uang. Mereka kan orang miskin, pantas saja akan melakukan segala cara. Jadi, Mama batalkan pernikahannya saja!"
Langkah kaki Nyonya Hana langsung terhenti. Tangan kanannya sudah mengepal keras, Nyonya Hana pun juga berpikiran demikian. Namun ia sadar jika ia menolak permintaan itu, namanya akan tercoreng di mata semua orang. Pencitraannya di depan orang orang akan kelihatan dan akan membuat Nyonya Hana frustasi dengan itu jika benar benar terbongkar.
"Iya kan, Ma. Gimana? Mama akan membatalkan pernikahan itu, iya kan? Demi anakmu ini lah, aku takut Chelsea tidak bisa mengerti semua ini. Dia begitu posesif sekali dan bahkan aku tidak mau dia pergi. Sekali ini saja, Mama ngertiin Hito. Hito janji, setelah ini Hito akan menuruti semua kemauan Mama, janji."
Nyonya Hana diam. Otaknya tidak bisa mencerna kata-kata. Bingung ingin menjawab dengan jawaban apalagi, secara Nyonya Hana sekarang dalam kondisi terdesak.
"Mama bisa pikirkan itu lagi. Ingat perkataan Hito ini, mereka itu hanya ingin memporoti uang kita saja, aku sudah yakin itu. Apa Mama mau mempunyai menantu seperti wanita itu, iya? Emangnya Mama gak malu? Malu kan pastinya, coba Mama bandingkan dengan Chelsea, kekasih aku. Modis, cantik, putih, harum, dan anak orang kaya juga. Lah dia, jelek, dekil, item mana lagi penampilannya kaya gembel," tutur Hito. "mama mau mempunyai menantu seperti itu, iya?"
Hembusan nafas berat Nyonya Hana terdengar di telinga Hito, sekarang Nyonya Hana sudah membalikkan tubuhnya menghadap Hito lagi.
"Hito, dengarkan ini. Ini perintah dari Mama, apa kamu ingin melanggar ini?" tanya Nyonya Hana. Hito menggelengkan kepalanya secara pelan.
Hito di didik untuk bisa mengikuti semua perintah Nyonya Hana. Saat Tuan Gaston masih hidup, Hito selalu di ajarkan untuk bisa menuruti semuanya perintah kedua orang tuanya. Iya, Tuan Gaston adalah Ayah Hito namun sudah meninggal Lima tahun yang lalu. Saat Tuan Gaston masih hidup, hadirnya selalu di takuti. Ia adalah seorang bos mafia dan kini namanya masih tetap di ingat oleh semua orang meskipun Tuan Gaston telah tiada.
"Jadi lakukan saja perintah ku, apa kau sudah melanggar janjimu terhadap Ayahmu? Ingat, Mama tidak pernah mendidik Hito untuk menjadi seorang yang agak bandel seperti ini, Hito yang Mama kenal selalu menuruti kemauan Mama tapi kenapa sekarang Hito jadi seperti ini?"
Hito langsung menunduk. Ia tau bahwasanya sekarang ia salah. Melanggar perintah Nyonya Hana yang seharusnya ia laksanakan karena itu sudah sebuah perintah. Tetapi ia juga tidak bisa jika harus menikahi wanita yang sama sekali tidak ia kenal bahkan Hito melihat wanita itu terasa sangat menjijikan.
"Maaf, Ma," ucap Hito.
Nyonya Hana berhasil membuat Hito menjadi seseorang yang pemberani, pewaris Tuan Gaston nantinya. Nyonya Hana juga berharap Hito bisa seperti Tuan Gaston bahkan lebih dari itu.
"Lakukan perintah Mama ini! Mama sebenarnya tidak ingin memaksa kamu tapi demi nama baik keluarga ini, Mama harus melakukan segala cara agar nama baik keluarga ini tidak tercoreng, mengorbankan kamu untuk menikahi wanita itu, ini adalah cara satu satunya untuk bisa menjaga nama baik keluarga ini,"
Kepala Hito mengangguk. Ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Mama tidak mau melihat kamu menikah dengan wanita miskin itu tapi, Mama tidak mau nama keluarga kita hancur gara gara ini! Jangan buat Mama malu, Mama yakin Hito bisa melakukan yang terbaik untuk Mama,"
Nyonya Hana langsung pergi meninggalkan kamar Hito tanpa menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir Hito terlebih dahulu.
Hito langsung mendongak dan mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar frustasi dengan kenyataan pahit di hari ini. Hito berharap pernikahan itu tidak akan pernah terjadi namun itu adalah perintah dari Nyonya Hana yang harus dilaksanakan.

Book Comment (39)

  • avatar
    Syaqilla Almeta

    ini novel setiap bab.nya selalu bikin penasaran. seru, bagus gak membosankan 🥰

    25/01/2022

      1
  • avatar
    SukertiWayan

    keren

    01/04

      0
  • avatar
    INDANG TRY LESTY

    🥰wahhh bagusss

    21/09/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters