logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Perjalanan Anisa

Perjalanan Anisa

Siti Nasiya


Bab 1: Kecelakaan

'Biaya pembayaran naskah cerita kamu sedang di tangguhkan, mohon untuk lebih giat lagi menulis kelanjutan cerita dan tidak bolong update cerita kamu.'
Wanita itu langsung menghembuskan nafas berat melihat pemberitahuan di web kepenulisan tersebut. Ia sudah sangat berharap sejak jauh jauh hari tentang bonus dari novel yang sudah ia buat. Sekarang harapan itu punah dengan sendirinya. Kacau sekali pikiran si wanita itu.
Uang yang seharusnya ia terima hari ini akan di gunakan untuk bayar uang kontrakannya yang sudah menunggak selama tiga bulan. Jika wanita tersebut tidak cepat bayar, yang ada Dia dan kakak nya akan di usir dari kontrakan nya hari ini.
"Kenapa bisa gagal seperti ini sih?" Wanita tersebut mengusap keringat di dahinya. Ia benar-benar kecewa dengan hasil hari ini.
Mengusap wajahnya lalu menaruh HP miliknya di kursi yang berada di sebelahnya. Ia benar-benar bingung. Kepalanya langsung pusing dan terasa sangat berat dengan hasil tersebut. Kakak nya hanya bekerja di bengkel, bahkan gajinya saja kadang tidak cukup untuk makan.
Kedua tangan wanita tersebut sudah di letakkan di kepalanya, "Ya Tuhan, Kenapa harus hari ini? Kenapa harus aku yang kau buat gagal seperti ini, aku harus tinggal di mana jika aku benar-benar di usir," ucapnya.
"Kenapa harus gagal, kenapa?! Apa aku tidak boleh sekali saja merasakan indahnya pegang uang satu juta, sekali saja. Kenapa harus aku yang kau buat begini, kenapa Tuhan?" Wanita itu mulai frustasi.
Kakak kandungnya sudah sangat berbahagia tadi malam, ketika Wanita tersebut mengatakan jika novel yang dia tulis di aplikasi akan mendapatkan uang sebesar satu juta. Tapi kenyataan pahit yang di terimanya hari ini berhasil menumpahkan harapan itu.
(Flashback on)
"Aku besok akan dapat uang dari cerita yang sudah aku tulis di satu bulan kemarin, semoga saja cukup untuk membayar kontrakan nantinya," kata Anisa.
Jordi sang kakak langsung mendongak. Ia melihat adik nya. Tadinya dia sedang sibuk memaku kursi yang sudah mulai penyok agar bisa di gunakan lagi.
Jordi menghentikan aktivitasnya dan menatap sang adik dengan sangat serius lalu bertanya, "Dari mana kamu mendapatkan uang itu?"
"Aku menulis cerita dan sudah di kontrak oleh suatu perusahaan luar negeri bahkan aku sudah dapat pemberitahuan bahwa besok uang itu akan cair di rekeningku," tuturnya dengan ekspresi gembira.
"Kau tidak berbohong?"
Anisa langsung menggelengkan kepalanya, "Aku mengatakan hal yang benar," jawabnya.
Senyuman langsung mengembang di bibir Jordi. Dari kemarin Jordi sudah bingung untuk meminta pinjaman uang dari mana lagi. Hutangnya sudah banyak sekali, bahkan gaji Jordi tidak cukup untuk memenuhi semuanya. Tiga puluh ribu setiap hari, belum lagi Jordi harus memenuhi uang makan dan biaya lainnya lagi.
Kedua orang tua mereka meninggal secara bersamaan di waktu yang sama. Kedua orang tua mereka meninggal karena tertembak oleh penagih hutang. Dari dulu pun kehidupan mereka sudah susah dan terpaksa harus meminjam uang yang berbunga dan tidak bisa melunasinya. Hingga nyawa kedua orang tua mereka jadi taruhannya.
"Aku bersyukur sekali. Ternyata masih ada uang untuk kita gunakan untuk membayar kontrakan ini dulu, aku besok mungkin akan kerja yang lainnya lagi, agar dapat uang yang lumayan banyak untuk keperluan lainnya, belum lagi untuk bayar hutang."
Anisa ikut kecewa mendengar itu. Sekarang beban pikiran sudah menumpuk. Ia tidak bisa membantu apapun. Bekerja sebagai pembantu, ia hanya di gaji kecil. Menulis cerita online yang masih untung untungan hasilnya. Bingung sekali dia memikirkan kehidupannya dengan sang kakak.
"Aku harap uang itu benar benar bisa di dapat besok, kita sangat butuh sekali uang itu, jika tidak kita akan di usir dari rumah kontrakan ini," ujar Jordi.
"Aku akan berusaha semaksimal mungkin, Kak," sahut Anisa.
(Flashback off)
"Bagus! Kerjanya santai saja main HP! Gak liat apa kalau di dalam ada piring kotor, malah main HP dengan seenaknya sendiri, semakin lama kamu semakin tidak benar ya pekerjaan kamu di rumah ini!" Bentak Si Pemilik rumah.
Tadinya Anisa hanya beristirahat sebentar dan melihat ada sebuah notifikasi di HP-nya yang memperlihatkan bahwa uang yang di dapat tidak bisa di ambil hari ini.
Anisa sudah capek membersihkan semua ruangan dari tadi pagi dan sekarang dia masih ingin memilih untuk istirahat sebentar saja namun, si pemilik rumah datang dan langsung marah. Sudah biasa bagi Anisa merasakan hal itu setiap hari.
"Maaf Nyonya! Saya hanya beristirahat sebentar, saya juga sudah membersihkan semua ruangan tadi dan sebentar lagi saya akan mencuci piring, Nyonya," ujarnya.
"Halah! Alasan! Sana pergi saja kamu, semakin hari kamu bukannya semakin benar bekerja malah semakin seperti ini, rugi saya pekerjakan kamu di sini. Kamu saya pecat sekarang juga! Sana pulang," usirnya dengan begitu kasar.
Anisa langsung bersujud di kaki si pemilik rumah dengan memohon untuk tidak di pecat, "Tapi Nyonya, saya kan tadi hanya beristirahat saja sebentar, maaf jika saya melakukan kesalahan, tapi tolong jangan pecat saya, saya mohon,"
"Sana pergi!!"
"Tolong bantu saya Nyonya, saya butuh sekali pekerjaan ini, tolong saya," Anisa menangis.
"Pergi! Saya bilang pergi ya pergi!! Tidak ada gaji untuk kamu hari ini, cepat pergi! PERGI!!"
Mau tidak mau Anisa langsung memilih untuk pergi namun dia masih sedikit ragu, sebab ia masih butuh sekali pekerjaan itu. Namun mau bagaimana lagi, sekarang ia sudah di pecat tanpa di gaji sedikit pun.
Anisa mengambil hp bututnya lalu melangkah untuk pergi, langkah kaki Anisa tiba tiba berhenti di tempat.
"Pergi sana! Masih menunggu apalagi kamu, hah?! Sana cepat pergi!"
Anisa melangkahkan kakinya lagi untuk pergi dari tempat tersebut. Ia benar-benar kecewa sekali hari ini. Anisa mendapatkan kesialan untuk yang kedua kalinya. Tangisan itu kembali deras membasahi pipinya.
"Maafkan aku kak," ucap Anisa sambil terus menangis dan melangkah pergi meninggalkan rumah tersebut.
***
Anisa kini sudah berada di daerah bengkel tempat Jordi bekerja. Ia sengaja tidak balik ke kontraknya sebab Ibu Rini si pemilik kontrakan akan mengoceh meminta uang kontrakan yang sudah menunggak tiga bulan ini.
"Aku sekarang gak pegang uang apapun, apa iya aku harus bilang ini pada Kakak, tapi kalau dia kecewa bagaimana? Aduh, aku bingung sekali, Mana lagi aku lapar belum makan," ujar nya sambil terus berjalan dan memegangi perut nya yang sedari tadi sudah mengeluarkan suara yang tidak enak.
Saat kaki Anisa melangkah untuk yang terakhir tiba kedua matanya melihat sang Kakak yang pergi ke tengah jalan untuk mengambil ban mobil yang berjalan sendiri ke tengah jalan. Dari sebelah utara ada mobil yang melintas dengan kecepatan maksimal dan menabrak tubuh Jordi dengan begitu kasar dan kencang hingga tubuh Jordi terpental agak jauh dari mobil tersebut.
BRAK!!
"KAKAAAAAAAAK!!" Teriak Anisa. Ia kaget melihat itu.
Anisa langsung berlari ke arah Jordi yang sudah tergeletak lemas di tengah jalan dengan darah yang terus keluar di kepala.
Mobil tersebut langsung berhenti. Seorang wanita tua yang mengendarai mobil langsung terhuyung ke depan lalu kemudian ia melihat korban yang di tabraknya, tergeletak dengan banyak darah yang tumpah dari kepala dan hidung.
Wanita tersebut langsung menganga melihat itu matanya melotot, sungguh tidak percaya melihat kejadian hari ini.
Siang ini wanita separuh baya yang berada di dalam mobil sudah memakan korban, tadinya dia sedang kesusahan mengambil Hpnya yang jatuh ke bawah. Hingga tanpa sadar mobil yang di kendarai olehnya menabrak orang hingga terpental kasar.
"Heuh! Apa yang aku lakukan hari ini?," Wanita tersebut masih belum bisa percaya dengan kejadian tersebut.
"Aku menabrak orang hari ini, benarkah? Oh tidak, cerobohnya aku," Wanita tersebut langsung menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia masih tidak bisa percaya kejadian hari ini.
Semua orang langsung berlarian melihat kejadian tersebut. Anisa sekarang sudah menangis sambil menepuk-nepuk lembut pipi Jordi agar bisa sadar.
"Kakak bangun! Jangan tinggalkan aku!" Tangisan Anisa kini semakin menjadi.
"Kakak jangan pergi, kakak tega mau ninggalin aku sendirian, iya? Kakak tega dengan itu? Ayo bangun!"
"Sabar Anisa, lebih baik kakak kamu di bawa ke rumah sakit saja," usul Dev teman kerja Jordi di bengkel.
"Iya, betul itu. Lebih baik kamu bawa kakak kamu ke rumah sakit segara, agar dia bisa di selamatkan," ujar pria tua si pemilik mobil yang sedang di kerjakan bannya oleh Jordi tadi.
"Tolong, bantu kakak aku ke rumah sakit secepatnya, aku mohon bantu aku," Anisa memohon pada semua orang.
Bapak bapak tukang sayur langsung menuju mobil yang menabrak Jordi tadi lalu mengetuk kaca pintu mobil dan berkata, "Keluar kamu! Kamu harus bertanggung jawab!!"
Semua orang menoleh dan mengerumuni mobil itu juga. Mobil tersebut masih tetap diam dan orang yang mengendarai mobil tersebut masih tidak mau keluar juga.
"KELUAR WOY!!" teriak Dev. "Kalau kamu tidak mau keluar, terpaksa kaca mobil ini akan aku pecahkan secara paksa," ancamnya. Di tangan kanan Dev sudah memegang satu buah kunci busi yang sudah siap menghantam kaca pintu mobil tersebut.
Di dalam mobil wanita separuh baya sudah tidak tenang. Ingin lari namun tidak bisa karena mobilnya sudah di hadang oleh orang orang. Ia langsung mengabari putra sulungnya lewat chat namun tidak kunjung ada balasan.
"Cepat keluar kamu!"
"Iya, cepat keluar!!"
Mau tidak mau wanita separuh baya itu langsung keluar dari dalam mobilnya. Kacamata hitam dan pakaian yang begitu mahal, di padukan dengan perhiasan yang begitu memeriahkan tubuh wanita tersebut. Iya, dia adalah orang kaya. Di kenal dengan panggilan Nyonya besar bernama Hana Kazumi.
"Maaf ya bapak bapak semuanya, saya tadi tidak tau kalau ada orang di depan," kata Nyonya Hana.
"Gak tau gak tau gimana! Sudah jelas di depan ada orang malah kamu terobos juga! Liat, kondisinya parah, kamu harus bertanggung jawab dan membawanya ke rumah sakit, cepat!" Dev mulai kesal.
"Makanya Bu, kalau naik mobil itu jangan pakai kacamata hitam, agar bisa liat di depan itu ada orang atau tidak, kalau seperti ini bagaimana?" kata tukang sayur tadi.
Nyonya Hana langsung kesal, ia membuka kacamata nya yang berharga puluhan juta tersebut dan menatap si tukang sayur dengan tajam. "Liat, ini kacamata sangat mahal, kamu saja tidak akan mampu untuk membelinya, jadi jangan bawa bawa kacamata branded saya, kau paham itu,"
"Heh! Bu, liat itu, jangan mengalihkan ke kacamata anda yang menurut ibu sangat mahal itu, liat teman saya! Dia sudah kritis seperti itu dan Ibu masih sok sok an pamer barang barang yang gak penting seperti itu, Ibu ini ingin bertanggung jawab atau tidak? Jika tidak kami akan terpaksa membawa Ibu ke kantor polisi, biar di hukum selamanya di dalam penjara."
"Hey! Kamu tidak tau saya siapa, ah? Saya ini Nyonya Hana Kazumi, kau tau itu? Jangan asal ngomong kamu, saya beli kacamata ini bisa apalagi hanya untuk biaya rumah sakit orang itu, mikir pakai otak! Saya kaya, saya akan bayar berapapun untuk biaya rumah sakitnya nanti,"
Dev benar benar di buat emosi oleh kesombongan wanita tua di hadapannya itu. Tangannya sudah mengepal keras untuk memukul wanita sombong itu hingga habis namun, ia sadar itu adalah hal gila.
"Sombong tidak akan membuat Ibu di puji! malahan akan membuat orang orang benci dengan kesombongan ibu itu!" Tutur Dev.
"Biarin, uang uang saya. Saya yang kaya kenapa kamu yang iri!"
"Wah, ngajak ribut ini nenek tua!" gumam Dev.
"Kenapa? Kamu jangan sok berani ya sama saya, kamu masih belum tau saya ini siapa, saya adalah Nyonya Hana Kazumi, kalian pasti kenal kan?"
"Sudah Jangan banyak bicara cepat bantu kakak aku, cepat!" pinta Anisa.
"Ayo bawa Jordi ke dalam mobil nenek sombong ini, kita bawa ke rumah sakit pakai mobilnya dia saja, ayo Bapak Bapak bantu saya," ajak Dev.
"Eh, eh! Enak saja, jangan jangan! pakai taksi saja biar saya yang bayar ongkosnya!" kata Nyonya Hana, "jangan pakai mobil saya, titik."
Dev dan semuanya langsung menggotong tubuh Jordi masuk ke dalam mobil Nyonya Hana. Meskipun Nyonya Hana sudah melarang mereka sejak tadi.
Nyonya Hana geram,"Saya bilang jangan ya jangan! Aduh, kotor mobil saya! saya jijik dengan kalian yang miskin ini!!"
"Sudahlah, kau diam saja! Kau harus bertanggung jawab atas ini, kau yang menabraknya jadi kau yang harus bertanggung jawab!" bentak Dev.
"Saya gak sudi, cepat keluar! Keluar dari mobil saya, sekarang juga!" teriak Nyonya Hana.
Namun Dev tidak menghiraukan itu. Ia langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan di kursi belakang sudah ada Anisa dan Jordi.
"Hey! Ini mobil saya kamu jangan seenaknya naik, gak sopan! Cepat keluar sekarang, cepat!"
"Jika kamu tidak ingin masuk ya sudah kamu di situ saja, ini nyawa manusia bukan nyawa hewan! kamu malah enteng seperti itu tanpa merasa bersalah sedikitpun, dimana hati nurani mu?!" Dev langsung ngegas.
"Kan bisa pakai taksi!"
"Mau ikut atau tidak, ah? Jika tidak ikut, siap siap kamu akan menjadi buronan para polisi setelah ini."

Book Comment (39)

  • avatar
    Syaqilla Almeta

    ini novel setiap bab.nya selalu bikin penasaran. seru, bagus gak membosankan 🥰

    25/01/2022

      1
  • avatar
    SukertiWayan

    keren

    01/04

      0
  • avatar
    INDANG TRY LESTY

    🥰wahhh bagusss

    21/09/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters