logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Part 7. Nenek Zyl tidak mau makan. Anin memasak makanan spesial dan sehat untuknya.

Malam hari tiba. 
Waktunya untuk makan malam. Terlihat Nyonya, Nenek, serta Tuan besar dan Anin tengah berada di depan meja makan. Anin kala itu, masih berdiri. Ia tidak ikut duduk untuk menyantap makanan. Dirinya, tengah sibuk untuk melayani Nenek Zyl yang sangat pemilih dalam hal makanan.
Untuk menjaga kesehatan Nenek, Anin pun menawarkan menu makanan sehat yang sudah Lunar sediakan.
Dengan sigap, Anin meraih piring yang ada di hadapan Nenek. Ia mengisi piring itu dengan salad, yang terdiri dari beberapa sayuran dan beberapa potong buah - buahan segar. Seperti apel dan jeruk. Selesai mengisi piring tersebut Anin menyajikannya kembali tepat di hadapan Nenek. 
Nenek Zyl mengamati isi piringnya. "Anindya!" panggil Nenek sedikit berteriak.
"apa ini?" tambahnya lagi.
"Itu makanan khusus untuk Nenek, Nenek harus banyak memakan, makanan yang bergizi, agar cepat sembuh," sahut Anin perhatian. 
Wajah Nenek terlihat ditekuk. Ia mendorong piring yang ada di hadapannya. "Tapi aku tidak mau memakannya!" tegas Nenek menolak.
Raut wajah Anin menjadi kecewa, karena Nenek menolak makanan yang ia sajikan. Melihat ekspresi keduanya, membuat Nyonya mengambil tindakan. "Ibu, kenapa tidak mau? Makanan itu sangat baik bagi kesehatan Ibu," tukas Nyonya sambil mengunyah makanan di mulutnya.
Nenek menatap Nyonya. Ia menunjukkan tampang cemberut. "Tapi aku bosan, makan - makanan seperti ini Nadia," tolak Nenek bersikeras.
"Mau bagaimana lagi, tubuh Ibu sekarang memerlukan asupan nutrisi. Mau tidak mau Ibu harus memakannya," ucap Tuan besar yang juga ikut berceloteh.
"Huh! Kalian semua sama saja. Apa kalian tidak mau aku bahagia sebentar. Biarkan aku memakan, makanan yang ku inginkan," sahut Nenek memaksa. Nenek memang sangat keras kepala.
Karena Nenek Zyl yang merajuk. Suasana makan malam saat itu menjadi ricuh, karena terjadi perdebatan kecil yang tak kunjung usai. Menyaksikan hal itu membuat Anin berinisiatif, untuk memasakkan Nenek Zyl satu menu makanan lezat. Namun tidak mengurangi kadar gizi yang terkandung dalam makanan yang akan dibuatnya.
"Baiklah, Anin akan pergi ke dapur. Untuk membuat makanan yang enak untuk Nenek," ucap Anin dengan tenang.
Nenek akhirnya mau tersenyum lebar. "ya sudah! Cepat pergi ke dapur, buatkan makanan yang nikmat untuk Nenek."
Anin pun pergi ke dapur di susul Lunar, yang ingin ikut membantu Anin memasak.
Di ruang dapur …
Anin terlihat membuka kulkas, ia mengamati semua isi yang ada di dalam lemari pendingin tersebut. Tak perlu waktu lama, Anin yang sudah terbiasa dengan pekerjaan dapur. Mengeluarkan beberapa bahan makanan yang ia perlukan. Sementara Lunar terus mengawasi Anin, ia sedikit penasaran dengan menu masakan yang akan gadis cantik itu buat.
Anin telah meletakkan semua bahan makanan itu di meja dekat kompor. Dengan cekatan, ia segera mengiris dan menghaluskan bumbu, memotong sayur , dan membuat adonan. 
"Apa yang ingin kamu buat?" tanya Lunar seraya mendekati Anin.
"Aku ingin membuat lumpia isi sayur, Bu, Nenek pasti suka," sahut Anin seraya mulai menumis. 
Wangi aroma bumbu dari wajan penggorengan. Tercium begitu menyengat hingga menusuk hidung.
"Wah, aromanya harum sekali! Sepertinya sangat lezat, Nenek Zyl pasti suka," puji Lunar kagum.
Sembari terus menyelesaikan pekerjaannya, Anin hanya melempar senyumnya kepada Lunar. Anin tengah begitu sibuk. Ia begitu fokus memasak, agar Nenek Zyl menyukai masakannya. Selesai menumis, Anin segera mengisi pastry yang telah ia buat dari adonan tadi. Anin terlalu terburu - buru, karena ia tak mau Nenek Zyl mengeluh kelaparan. Dan, akhirnya acara memasak pun usai. Anin segera menyajikan lumpia tersebut ke atas piring dan bergegas mengantarnya kepada Nenek.
Lunar yang menyaksikan kelihaian Anin di dapur, hanya bisa menyunggingkan senyumnya. "Ia benar - benar gadis yang hebat," batinnya terperanjat. 
Di ruang makan …
Nampak beberapa buah lumpia, kini telah tersaji di dalam piring yang di letakkan di atas meja. Aroma gurih dari makanan itu, begitu menyeruak. Nenek tersenyum ceria, memandang makanan itu. "Ini pasti sangat enak," ungkapnya seraya mulai membuka mulutnya. Ia segera menyantap makanan yang telah di buatkan Anin untuknya. 
"Emm … lezat sekali!" seru Nenek sambil terus mengunyah.
Anin merasa tertegun, akhirnya Nenek bisa mengakhiri rasa laparnya dengan lumpia yang di buatnya. Nenek Zyl juga mengajaknya ikut makan.
Usai makan malam itu, Nenek Zyl terlihat puas. Ia merasa sangat begitu kekenyangan. 
"Hem, aku sangat kenyang," ungkapnya gembira. Ia menyandarkan punggungnya di atas kursi tersebut, agar sedikit merasa lega karena isi dari perutnya yang terasa penuh. Menyaksikan tingkah Ibunya membuat Nyonya dan Tuan besar menggelengkan kepala. Mereka tertawa kecil karena merasa geli.
Di tengah - tengah rasa kenyangnya. Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. "Oh Ya! Aku lupa, sedari tadi aku tidak melihat Reivan makan malam bersama kita," ungkap Nenek merasa heran.
"Dimana Dia? Apa Dia terlalu sibuk, sampai tidak menyempatkan dirinya untuk makan malam bersama kita," cerca Nenek kembali mengoceh.
"Reivan memang sangat sibuk Bu, kalau dia punya waktu luang. Pasti dia akan ikut makan malam bersama kita," hela Nyonya menjelaskan.
Lagi - lagi Nenek menunjukkan tampang kesalnya. Ia kembali merajuk. "Anindya, cepat kamu hubungi Reivan!" perintah Nenek Zyl.
Anin bingung, bagaimana ia bisa menjelaskan. Kalau ia sama sekali tidak mempunyai nomor Reivan. Lagi pula ia tidak memiliki ponsel. Melihat Raut wajah Anin yang kebingungan, Nyonya segera menyelematkannya dari situasi tersebut
"Ibu … ponsel Anin ketinggalan di kamar. Biar Nadia yang menghubunginya," tukas Nyonya seraya meraih ponsel yang ia letakkan di sampingnya tepat di atas meja makan. 
[ Halo Mah! Kenapa? ]
[ Reivan, pulang sekarang atau Nenek akan terus merajuk karena mencarimu. ]
Terdengar suara hembusan nafas. Suara Reivan terdengar begitu berat, dengan nada yang ketus.
[ Oke Mah, Reivan ngerti. ]
Usai berkomunikasi dengan putranya, lewat ponsel Nyonya segera mematikan ponselnya.
"Sebentar lagi dia akan pulang Ibu," ungkap Nyonya pada Nenek.
Nenek Zyl memiringkan bibirnya. "Baiklah, sebelum dia pulang aku ingin melihat-lihat kamar Anidya dan Reivan. Aku ingin memeriksanya," sahut Nenek seraya meraih tangan Anin.
"Ayo!" ajak Nenek menggandeng tangan Anin menuju kamar Reivan.
Sesampainya di depan kamar Reivan, Nenek membuka pintu kamar. Ia sedikit terperanjat. Nenek melangkah masuk dan di ikuti Anin yang juga melangkah masuk.
"Wah! Kamar kalian indah sekali," puji Nenek kagum.
"Iya, Nek. Terimakasih …" sahut Anin dengan senyum terpaksa.
"Kamu menata kamar ini begitu rapi. Nenek masih ingat, dulu kamar Reivan tidak seperti ini. Keadaan kamarnya dulu sedikit berantakan. Dia tak pernah mengurus dirinya dengan benar. Maka dari itu Nenek memaksanya untuk segera menikah," jelas Nenek Zyl dengan raut wajah iba.
Sepertinya Nenek sedih. Ada sesuatu yang ia pendam dan ia rahasiakan. Tentang cucunya itu. Melihat raut wajah Nenek mendadak berubah. Membuat Anin menjadi ikut sedih.
 Selagi Anin tengah asik menemani Nenek. Tanpa mereka sadari, Reivan kini sudah di ambang pintu kamarnya.
Ia kaget melihat perubahan yang ada di dalam kamarnya. "Oh Apa ini!?" pekik Reivan dalam hati.
"Di mana semua perabotan milikku? Siapa yang memindahkannya? Kenapa jadi seperti ini?" cerca benaknya beruntun. Reivan memang tidak terlalu memahami situasi.
Setelah puas mengamati, Nenek pun ingin segera keluar dari kamar tersebut.
Nenek dan Anin ingin melangkah keluar. Namun mereka terkejut melihat Reivan, yang kini sudah berdiri di depan pintu kamar. Menatap mereka dengan ekspresi wajah terpaku. 
"Hei! Cucu Nenek sudah pulang …" sambut Nenek hangat. Nenek terlihat begitu senang.
Sementara Reivan hanya melempar senyum formalnya. Melihat Reivan yang kini sudah hadir di antara mereka. Membuat Anin merasa canggung dan salah tingkah. Anin memang sangat gugup, ketika harus berdekatan dengan Reivan. 
"Ya sudah, Nenek akan pergi ke kamar Nenek sekarang. Anin layani suami kamu dengan baik," pesan Nenek tersenyum sumringah.
Untuk lari dari situasi itu, Anin berinisiatif akan mengantar Nenek ke kamarnya.

Book Comment (138)

  • avatar
    LimHyeRie

    akhirnya happy ending setelah menanti kelanjutan ceritanya

    09/04/2022

      0
  • avatar
    AbidinZainal

    gratis

    18d

      0
  • avatar
    Grace Onthoni

    mantap

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters