logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Part 2. Setelah menemukan selebaran. Anin mengunjungi alamat rumah yang tertera kertas tersebut.

Wanita anggun itu, menatap Anin dengan seksama. Dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia tersenyum, dan terlihat sangat manis.
"Ayo ke sini …" perintahnya menyapa dengan hangat. Pada Anin, yang nampak tercenung dan berdiri di samping perempuan pelayan itu.
Perempuan itu melirikan matanya ke samping. Ia berusaha meyakinkan Anin yang terlihat sedikit takut. "Mari," ajaknya seraya menggandeng tangan Anin untuk mendekati wanita anggun tersebut.
"Siapa nama kamu?" tanya wanita anggun itu lembut pada Anin yang berdiri di depannya sambil tertunduk malu.
"Anindya Putri, Nyonya," sahut Anin mengangguk segan.
"Nama yang bagus." ujarnya kembali menarik bibirnya tersenyum.
"Kamu bisa mengerjakan tugas rumah?" tanyanya pada Anin.
Anin kembali mengangguk, "Iya Nyonya saya bisa mengerjakan semua tugas rumah."
"Contohnya?" sahut wanita itu ragu.
"Saya bisa masak, membersihkan rumah, mencuci pakaian," Anin terhenti sejenak seraya menoleh ke arah kaca jendela kamar wanita anggun tersebut.
"Bahkan saya bisa menata kebun," tambah Anin lagi.
Wanita itu tertawa riang mendengar penjelasan Anin.
"Bagus," jawabnya manggut - manggut.
"Tapi, bicara saja tidak cukup kalau kamu memang benar bisa mengerjakan pekerjaan rumah," sambungnya serius.
"Maksud Nyonya?" tanya Anin bingung.
"Tunggu sebentar …" sahutnya seraya mengangkat tangan.
"Lunar," panggil Nyonya itu kepada sang pelayan. Tanpa ba - bi - bu, pelayan itu terlihat sudah mengerti apa yang di perintahkan sang majikan. Ia pun beranjak dari kamar tersebut dan keluar meninggalkan Anin dan Nyonya yang masih menunggu di dalam.
Dua menit kemudian sang pelayan tersebut, datang dengan mendorong satu buah meja persegi. Yang di bawahnya terdapat roda - roda kecil di kaki - kaki meja itu.
Pelayan itu mendorong meja tersebut hingga ke hadapan Anin. Anin diam, ia terlihat sangat tenang. Di atas meja tersebut, ia melihat ada satu buah pisau dapur, talenan, serta  sayur - sayuran seperti wortel, dan bawang bombai. Serta satu kantong teh, satu toples kecil gula pasir. Yang tempatnya terbuat dari keramik. Dan terakhir teko air panas dan cangkir kecil lengkap dengan ukiran indah di depannya, yang juga terbuat dari keramik.
Nyonya itu menatap Anin, ia mendelikan matanya tajam. "Kamu tahu, apa yang harus kamu lakukan?" ucapnya melempar pertanyaan.
Anin mengangguk. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Baginya itu mudah. Dengan cekatan Anin mengiris - iris wortel dan mengupas bawang bombai, yang ada di atas meja tersebut. Gerakan tangannya begitu lihai, nampak sekali ia telah mahir dengan pekerjaan yang berhubungan dengan memasak. Setelah itu, ia membuat secangkir teh hangat dengan bahan yang telah disediakan oleh Lunar sang pelayan.
Nyonya tersebut, begitu detail memperhatikan gerak - gerik tangan Anin. Ia tak mau terlewatkan sedikit pun.
Setelah selesai Anin, menyajikan secangkir teh hangat yang telah tadi ia buat. "Ini, Nyonya," ucapnya seraya membungkukkan badan.
Nyonya itu pun menyambutnya. Dan, ia segera meminum teh itu dengan pelan. Wajahnya begitu berbinar setelah meminum teh yang Anin sajikan. Senyum lebar mengembang di wajahnya. "Teh buatan kamu sangat nikmat," pujinya kagum.
Anin pun tersenyum kecil. 
Lalu ia bertanya, "Bagaimana dengan irisan wortel dan bawang bombai yang Saya kupas Nyonya?"
Nyonya tersebut mengangkat kedua alisnya. Dan kedua matanya yang terlihat melebar. Ia menaruh secangkir teh hangat yang ia sruput tadi, ke atas meja.
"Ya, lumayan. Saya rasa kamu cukup telaten dalam mengerjakan tugas - tugas rumah," sahutnya datar.
Anin menghela nafasnya. Ia bisa sedikit berbangga diri atas pujian yang diberikan Nyonya anggun tersebut. Namun ia belum cukup puas. Karena ia belum tahu, apakah dirinya telah diterima atau malah sebaliknya.
Dan Nyonya tersebut, melirikan matanya ke arah Lunar. Lunar yang sudah mengerti, dengan kode yang diberikan. Seketika mengangguk.
"Baik Nona, ujian kali ini selesai. Nona bisa tunggu di luar bersama yang lainnya …" suruh pelayan itu.
Sembari mengulas senyumnya Anin mengangguk, tanda setuju. Dan ia pun keluar bergabung dengan yang lain. Sementara Lunar sang pelayan masih di dalam bersama wanita anggun, yang biasa di panggil Nyonya tersebut.
Mereka berdua berdiskusi. 
"Jadi, bagaimana Nyonya?" ujar Lunar memulai pembicaraan.
Si Nyonya menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. 
"Saya tidak tahu, apakah pilihan saya tepat atau tidak. Tapi dari sekian banyak gadis yang baru saja di uji. Saya sangat tertarik, dengan yang terakhir," jelasnya mantap.
"Baiklah kalau memang gadis itu yang menjadi pilihan Nyonya. Saya akan mengumumkannya di luar," tukas Lunar seraya melangkah keluar meninggalkan ruang kamar.
Lunar kini telah berada di tengah -tengah para gadis tersebut. Raut wajah mereka terlihat cemas dan penuh harap. Mereka tak sabar, untuk mengetahui siapakah yang akan dipilih. Begitu pun Anin, yang memiliki harapan begitu besar untuk diterima di rumah megah tersebut. Anin sudah terlampau bingung, kemana ia akan mencari berteduh.
"Kalian pasti penasaran bukan, siapa yang akan Nyonya pilih ..." ucap Lunar membuka pembicaraan. Ia menghela nafasnya sejenak. "sebenarnya kalian semua bagus, dan memiliki kemampuan yang sangat baik. Tapi sayang, hanya satu yang akan dipilih Nyonya yang terbaik dari yang terbaik. Dia adalah Anindya Putri," jelas Lunar dengan wajah yang berbinar.
Anin yang mendengarnya terperanjat sekaligus terharu. Kalau ia akan terpilih di antara para gadis-gadis tersebut. Dan yang lainnya memasang tampang dengan raut kekecewaan.
"Untuk kalian yang tidak terpilih silahkan kalian bisa meninggalkan rumah ini," tegas Lunar memerintahkan.
Para gadis - gadis itu pun, serempak pergi meninggalkan rumah besar nan mewah tersebut. Kini hanya Anin yang tersisa. Ia dan Lunar masih berada di ruang tamu itu.
"Jadi, apa yang harus saya kerjakan Nyonya?" tanya Anin pada Lunar. Anin kini nampak menjadi begitu tegang.
Lunar tersenyum kecil menatap Anin.
Ia mengerti, kekhawatiran yang Anin rasakan.
Jangan panggil saya Nyonya. Santai saja Nona. Mari kita temui Nyonya lagi. Kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan," imbuhnya penuh teka - teki, seraya menggandeng Anin kembali.
Setelah mengantar Anin kembali ke ruangan, kamar Nyonya. Lunar permisi kepada mereka berdua, karena masih begitu banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan.
"Saya dengar dari Lunar. Katanya kamu membawa tas yang begitu besar, mengapa?" tanya Nyonya pada Anin yang terlihat canggung.
"Em, itu_itu ..." sahut Anin terbata dan ragu untuk menjawab. Ia tak ingin Nyonya itu tahu kalau dirinya telah ditimpa masalah yang begitu besar.
"Kenapa? Apa kamu baru datang dari desa?" tebak Nyonya itu karena keheranan.
Merasa tak ada pilihan, Anin mengiyakan. Ia terpaksa berbohong kalau ia adalah seorang gadis yang datang dari desa dan ingin mengubah nasib dengan pergi ke kota.
"Sudahlah, kita tidak perlu membahas hal itu lagi. Tapi apa kamu bersungguh -sungguh ingin melakukan pekerjaan ini?" tanya Nyonya kali ini seraya menatap Anin dengan raut wajahnya yang sangat serius.
"I_ya, saya serius Nyonya," sahut Anin mantap.
"Apa kamu bisa menyimpan rahasia?"
"Rahasia!? Maaf, apa maksud Nyonya saya tidak mengerti ..."
Nyonya menyeruput tehnya. Setelah menelannya, ia berusaha terbuka kepada Anin. Padahal saat itu, ia sangat takut kalau Anin akan menolaknya.
"Kamu tahu, apa tujuan saya mencari seorang gadis dengan menggunakan selebaran yang kamu dapatkan itu?"
Anin menggeleng, "Tidak Nyonya saya tidak tahu."
"Apa kamu bisa menebaknya?" Nyonya kembali membuat penasaran.
"Saya rasa Nyonya ingin mencari asisten rumah tangga", Anin mengucapkan tebakannya.
Nyonya tersebut mengulas senyumnya. "Ya! Mungkin sebagian orang berpikiran seperti itu. Andai saja saya jujur, kalau saya kini tengah mencari seorang Menantu. Pasti akan banyak para gadis yang akan datang ke rumah saya. Dan peluang untuk kamu yang terpilih, mungkin akan sangat kecil. Maka dari itu bersyukurlah pada takdir."
Deg. Mendengar penjelasan Nyonya tersebut panjang lebar, membuat jantung Anin berpacu lebih cepat. Benaknya kini di gruduk dengan segudang pertanyaan yang membuat pikirannya rumit.
"Apa saya tidak salah dengar, Nyonya ingin mencari menantu?" tanya Anin merasa sangat heran.
Sang Nyonya menyeruput kembali tehnya. Ia menatap Anin dalam. "ya, saya memang tengah mencari seorang menantu. Apa kamu bersedia menjadi 'menantu kontrak' saya?"
Anin terdiam, ia bingung apa yang harus ia katakan. Bagaimana dia bisa hidup satu atap dan tidur seranjang dengan lelaki yang tidak ia kenal sama sekali.
Sang Nyonya yang paham, akan kegundahan yang Anin rasakan. Langsung mengambil sikap. Ia mengambil sesuatu di dalam laci lemarinya, yang terletak di samping pinggiran ranjang. Benda itu sebuah kertas yang berisikan foto.
Nyonya tersebut memberikan foto itu, kepada Anin. Anin menyambutnya dan menatap seksama foto tersebut. Ia cukup terpukau, lelaki tampan memakai setelan jas dan kemeja. Dengan postur tubuh yang tinggi dan atletis. Berhidung mancung, serta berkulit putih.
"Dia adalah Reivan Wijaya. Dia putra saya satu - satunya. Kamu bisa memanggilnya Reivan. Dia pria yang dewasa. Dan memang usianya terlampau lebih tua dari pada kamu."
Nyonya tersebut kemudian berbicara kembali. Ia menatap Anin yang kini terlihat ketakutan. Dan berusaha untuk menenangkannya.
"Kamu tenang saja. Reivan sudah mengetahui hal ini. Dan dia menyetujuinya. Sesungguhnya dia tidak ingin menikah sama seperti kamu. Tapi karena Neneknya, saya dan suami saya terpaksa melakukan ini," jelasnya seolah menunjukkan kewajiban.
"Mengapa!? Ada apa dengan Nenek Reivan Nyonya? Maaf saya lancang," sahut Anin dengan nada keingin tahuannya.
Nyonya tersebut nampak menarik nafas panjang. Raut wajahnya berubah. "Kamu bisa menyimpan rahasia?"
Anin mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, saya akan jelaskan. Beliau Ibu saya bernama Zylvana. Saat ini dia tengah sakit keras. Dan, di akhir hidupnya Ibu saya saat ini hanya ingin melihat cucunya sudah menikah. Jelas Nyonya dengan mata yang mulai berkaca - kaca.

Book Comment (138)

  • avatar
    LimHyeRie

    akhirnya happy ending setelah menanti kelanjutan ceritanya

    09/04/2022

      0
  • avatar
    AbidinZainal

    gratis

    18d

      0
  • avatar
    Grace Onthoni

    mantap

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters