logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Tanggung Jawab

"Terus gue harus apa?" tanya Bara yang sudah sangat kelewat frustasi memikirkan cara untuk masalah ini.
"Ya tanggung jawab, dong. Masa cuma rebahan doang," ucap Ratna balita dengan ketus sambil menjilat es krim yang ada di tangannya karena sudah pada meleleh.
Bara menatap sinis Ratna balita dengan kedua bola matanya melotot hampir seperti keluar dari lubangnya.
"Kamu bisa diam enggak, sih! Masih kecil sudah ikut campur masalah orang dewasa!" balas Bara dengan sengit tidak mau kalah dari Ratna balita.
Satya menggelengkan kepalanya pelan, sedangkan Galuh hanya memutar kedua bola matanya jengah.
"Heh, lo berdua mau sampai kapan berantem terus, hah?! Yang ada bukannya dapat solusi malah bikin kepala meledak gara-gara frustasi!" omel Galuh yang sudah mengangkat bicara di antara Bara dengan Ratna balita.
Braakkh ...!
Cup yang berisi es krim tergelatak kasar begitu saja di lantai oleh Ratna yang melempar dengan sengaja. Pupil matanya yang kecil membuat Ratna berupaya membesarkan untuk mencoba melototi Galuh. Namun, tetap saja tidak bisa dipaksakan.
"Pokoknya, balikin tubuh aku seperti semula. Aku enggak mau terus menerus terjebak di tubuh balita ini! Kalau kalian bertiga, terutama kamu, Om Bara jelek!" sembur Ratna dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Oke, oke, gue kalah sama lo." Galuh refleks mengangkat kedua tangannya ke atas bertanda menyerah jika harus adu mulut dengan Ratna balita.
Ratna melipat kedua tangannya di depan dadanya, selayaknya sudah menjadi orang dewasa. Memang Ratna sudah dewasa, tetapi jiwa Ratna terjebak di tubuh seorang balita yang sangat imut.
"Hei ... Om Bara jelek!" seru Ratna menunjuk Bara sangat tidak sopan. "Aku enggak mau tahu, Om harus transfer duit lima puluh juta setiap seminggu sekali!"
"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...!" Bara, Galuh, dan Satya dengan kompak terbatuk keras akibat tersedak oleh ludahnya sendiri.
"Gue enggak salah dengar, kan?" tanya Satya menatap ke sekelilingnya sambil menggosok kedua telinganya.
"Kalo masih dengar, namanya Om enggak budeg!" ketus Ratna memayunkan bibirnya ke depan cemberut seperti bebek.
"Sialan lo bayi ajaib! Gue cabein mulut lo baru tahu rasa lo!" ancam Satya menatap garang Ratna yang sedang tertawa kecil.
Ancaman Satya ternyata malah direspon oleh tatapan tajam Bara bak seekor elang yang sedang mengancam mangsanya.
"Bar, lo enggak takut bola mata lo keluar terus jatuh ke lantai?" tanya Satya dengan suara pelan sambil bergidik ngeri.
"Berani lo sentuh bayi milik gue, saham lo yang bakalan jadi taruhannya!" ancam Bara balik pada Satya. Lalu, mengangkat tubuh kecil Ratna untuk duduk di atas pangkuannya. "Ya enggak, Baby?" tanya Bara dengan senyuman seperti seorang pedofil.
Dalam hati Ratna seperti ingin muntah melihat senyuman itu, namun ia harus memainkan perannya seprofesional mungkin agar semua rencananya berjalan lancar.
Ratna menganggukkan kepalanya dengan semangat menyetujui pertanyaan dari Bara. "Iya, Om. Aku setuju banget, kalau bisa saham Om Satya pindah ke tangan aku saja," sahut Ratna dengan sangat polosnya memamerkan senyuman manis yang memperlihatkan beberapa gigi yang baru saja tumbuh.
Bara mengambil tangan mungil Ratna yang jarinya sudah belepotan oleh es krim. Tanpa kata permisi lagi, Bara langsung mengelap jari-jari Ratna yang belepotan oleh es krim dengan menggunakan kemejanya yang berwarna putih.
Deg ...!
Kedua pipi Ratna memerah malu. Karena seumur hidup Ratna belum pernah diperlakukan lembut oleh seorang lelaki pun.
Berbeda dengan Galuh bersama Satya yang mengumpat kasar atas tindakan Bara yang menurut mereka sangat memuakkan, membuat perut mereka berdua kembung.
"Kayaknya es krimnya lebih enak dari gue, ya? Makan saja sampai belepotan kayak gini. Dasar bocah setan," goda Bara mengedipkan sebelah matanya genit.
"Loh, kan memang aku sudah berubah jadi bocah bukan wanita dewasa lagi. Om ini sudah pikun, ya?" ucap Ratna ketus dengan mata melotot garang pada Bara.
"Ya elah, tuh mata biasa saja kali. Enggak sopan melototi orang yang lebih tua, " sindir Galuh sangat kelewat pedas yang malah menyerobot ucapan Bara.
Sontak Ratna menggigit lengan kekar milik Bara kencang. Amarahnya sudah berada di ubun ubun, apalagi mendapatkan sindiran dari Galuh membuat amarah Ratna seketika meletus di detik itu pula.
"Aahhk ... Bocah srtan! Ngapain lo gigit lengan gue, hah! Yang nyindir lo itu dia bukan gue!" teriak Bara kesakitan sambil mengusap lengannya yang terkena gigitan dari Ratna.
Ratna tertawa puas, ia juga menjulurkan lidahnya meledek Bara yang sedang kesakitan itu. Ketika Bara ingin menggigit balik lengannya, sontak Ratna balita langsung lompat turun dari pangkuan Bara dan berlari ke arah Satya bersama Galuh.
"Enggak kena. Enggak kena. Wle ...." Ratna kembali menjulurkan lidahnya sambil menggoyangkan pantatnya yang terbalut pampers.
Tawa Satya bersama Galuh meledak seketika mengudara di ruang tamu apartemen milik Bara. Lantas mereka berempat berakhir main kejar-kejaran kejaran di dalam ruang tamu milik Bara.
Tanpa sadar mereka sudah keluar dari apartemen Bara dan kini main kejar-kejarannya di lorong apartemen. Sampai pada akhirnya, tubuh kecil Ratna menabrak sesuatu yang keras hingga membuat Ratna terpental ke belakang.
Bugghh ...!
"Aahhk... Aduh, sakit!" pekik Ratna kencang hingga bergema di lorong apartemen.
Bara, Satya, dan Galuh lantas berlari menghampiri Ratna. Hingga akhirnya tubuh masing-masing mereka menegang kaku di tempat.
"Kakek ...!" seru Bara bersama dua teman curutnya kompak terkejut dengan kedua mata melotot.
"Anak bayi siapa ini, Bara?" tanya Raden sambil menggeram dengan nada rendah.
Lidah Bara seketika kaku. Bara melirik ke arah kedua teman curutnya itu untuk meminta bantuan, tetapi Galuh bersama Satya malah berpura-pura tidak mengerti atas kode dari Bara.
"Enghhh ... Itu, Kek," ucap Bara dengan ragu.
"Itu apa, Bara! Kenapa kamu malah jadi kayak orang gagu, hah!" semprot Raden kesal.
Nyawa Bara pun seakan ingin melayang ke udara di detik itu pula. "Sebenarnya, bayi itu punya aku, Kek," jawab Bara menundukkan kepalanya takut-takut.
"Siapa Ibu dari anak bayi ini, Bara!" geram marah seorang lelaki berumur yang sudah hampir mencapai masa istirahatnya itu.
"Aku enggak tahu, Kek," jawab Bara kembali dengan lirih dan kepala masih tertunduk.
"Opa!" pekik Ratna yang sudah bangkit dari duduknya dengan kedua mata berbinar.
Glegk ...
Bara menelan ludahnya kasar saat dengan beraninya Ratna mencium punggung kakeknya yang ganas itu.
"Rasain kamu, Om Bara jelek. Mulai detik ini, hidup Om akan selalu menderita karena aku," ucap Ratna dalam hatinya, tertawa sinis.
***
Halo para pembaca Permen Kaki CEO. Terima kasih sudah membaca bab terbaru dari Permen Kaki CEO. Jangan lupa untuk memberikan review, subscribe, and star vote.
Apakah Raden akan menerima keberadaan Ratna atau tidak?
See you next bab guys ...

Book Comment (54)

  • avatar
    Pred

    lanjutkah

    11d

      0
  • avatar
    QaisaraNik

    bagusss

    11/02/2023

      0
  • avatar
    Syifa Yuhanis Mazlan

    saya suka baca novel ini

    26/01/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters