logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 97 Sembuh

Esok harinya Minggu pagi. Rosemary dikagetkan dengan kemunculan Martha di dalam kamar tidurnya. Dia kebetulan baru bangun tidur dan belum mandi.
“Mama sudah pulang?” tanyanya keheranan. “Pagi sekali.”
Diregangkannya kedua tangannya ke atas untuk melemaskan otot-otot tubuhnya. Martha mendekati putrinya. Raut wajahnya tampak sendu.
“Maafkan Mama, Rosemary,” cetusnya seraya memeluk erat sang putri. “Selama ini Mama sudah bersikap tidak adil kepadamu. Menghakimimu dengan kejam seolah-olah Mama adalah orang yang suci dan tak pernah berbuat kesalahan. Kamu mau memaafkan Mama, Nak?”
Putri sulungnya itu terkejut. Mama…Mama sudah mau berbaikan denganku, batinnya senang. Terima kasih, Tuhan Yesus. Ini merupakan hadiah kedua terindah untuk ulang tahunku!
Martha lalu menceritakan pertemuannya dengan Tiara kemarin di makam Lukman. Juga percakapan mereka di rumah makan bubur ayam kesukaannya.
“Mama jadi sadar bahwa selama ini bersikap terlalu egois. Menyalahkan Papa terus-terusan kenapa berselingkuh. Padahal…padahal papamu juga punya alasan sendiri. Hancurnya perkawinan dua orang tak hanya disebabkan oleh kesalahan dari salah satu pihak saja. Meskipun perselingkuhan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun, tapi…tapi Mama juga bersalah karena dulu tidak berusaha memahami papamu….”
Air mata wanita itu jatuh bercucuran. Rosemary tercenung menatap ibu kandungnya. Tuhan telah bekerja, batinnya lega. Melalui perantaraan perempuan selingkuhan Papa….
“Mengenai kesalahanmu di masa lalu, Mama bisa dibilang juga mempunyai kontribusi. Mamalah yang memotivasimu untuk menjadi agen binaan Edward. Sebagai ibu kandungmu, Mama seharusnya bisa menilai siapa orang yang dapat memberimu pengaruh baik atau justru menjerumuskanmu ke lembah dosa…. Maafkan keteledoran Mama ya, Rose….”

Putrinya mengangguk-angguk sambil tak henti-hentinya menitikkan air mata.
“Mulai sekarang, lakukan apapun yang membuat hatimu bahagia, Anakku,” ucap Martha setulus hati. “Kamu sudah dewasa dan banyak pengalaman. Mama percaya keputusanmu dilandasi pemikiran yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan. Mama minta maaf sudah memusuhimu selama ini. Juga memaki-makimu dengan kasar. Padahal kamu adalah darah daging Mama sendiri….”
Demikianlah pasangan ibu dan anak itu berpelukan sambil bertangis-tangisan penuh haru. Masing-masing merasa lega karena ketegangan yang terjadi selama berbulan-bulan akhirnya mencair juga. Tak henti-hentinya Rosemary mengucapkan rasa syukurnya pada Tuhan atas mukjizatNya hari itu.
“Hari ini adalah peringatan berpulangnya Owen, Ma,” cetusnya tiba-tiba. “Barangkali ini hadiah yang dimintanya pada Tuhan buatku.”
Martha mengangguk mengiyakan. Betapa besar terima kasihnya pada Sang Pencipta karena telah menyadarkan dirinya sebelum terlambat.
“Selamat ulang tahun, Anakku yang baik hati. Semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkatimu,” ucap wanita itu tulus. Dikecupnya dahi dan kedua pipi Rosemary lembut. Anaknya itu balas mencium ibunya juga. Hatinya merasa bahagia tiada tara.
Diceritakannya kejutan ulang tahunnya di panti asuhan kemarin. Juga tawaran posisi baru yang diperuntukkan baginya sebagai asisten pengelola panti tersebut.
“Kamu pantas mendapatkannya, Nak,” cetus Martha senang. “Selamat, ya. Kamu memperoleh banyak sekali berkat di ulang tahunmu yang ke-35 tahun ini. Semoga untuk ke depannya hidupmu semakin dipenuhi kebahagiaan, Rosemary.”
“Terima kasih banyak, Mama,” sahut sang putri tercinta. Hatinya diliputi sukacita yang luar biasa. Sang ibunda telah memaafkannya.
***
“Gimana rasanya jadi bos di tempat ini?” goda Christopher ketika mengunjungi panti beberapa hari kemudian. Dia menemui Rosemary di dalam ruangan kantor Farida. Wanita itu sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas panti yang hendak dipelajarinya satu-persatu.
“Pusing,” jawab wanita itu jujur. “Tapi aku suka. Menantang sekali rasanya.”
“Masa?” cetus lawan bicaranya tak percaya. “Memangnya lebih menantang daripada menjadi agen agen asuransi?”
Rosemary tersenyum lebar. Dia lalu menjelaskan, “Sama-sama menantang sebenarnya. Cuma kadarnya nggak sama. Di bisnis asuransi agen selalu dimotivasi untuk memenangkan kompetisi dan menjadi yang terbaik. Di awal-awal itu merupakan strategi yang jitu. Tapi lama-kelamaan terasa seperti tuntutan yang berlebihan dan membuatku sesak napas….”
“Wow! Analogimu bagus sekali,” puji Christopher takjub. “Kayaknya berbakat deh, jadi penulis. Nggak tertarik menulis pengalamanmu sebagai agen asuransi dalam bentuk buku? Siapa tahu bisa membuka wawasan orang-orang yang membacanya.”
Wanita di hadapannya terkekeh geli. “Belum terpikir sih, Chris. Aku malah ingin belajar banyak tentang ABK. Ada perasaan bahagia yang tak terlukiskan dengan kata-kata jika melihat perkembangan sedikit saja atas kemampuan dan perilaku mereka. Bayangkan. Dari awal anak yang sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak bisa apa-apa. Tapi kalau diterapi dan dibina dengan benar lambat-laun bisa berkonsentrasi, menjalin kontak mata yang intens dengan orang lain, berbicara, mengungkapkan pendapat, hingga membuat karya lukisan yang sangat indah! Di sini aku banyak menyaksikan keajaiban, Chris. Tangan-tangan Tuhan bekerja dengan luar biasa. Ia mengembangkan kemampuan anak-anak itu melalui perantaraan para terapis, guru, dan sukarelawan seperti kita….”
Christopher menatap mantan murid binaannya itu dengan bangga. “Aku senang kamu berhasil menemukan kebahagiaanmu, Rosemary,” ucapnya tulus.
“Berkat kamu juga, Chris. Terima kasih banyak, ya.”
Adegan selanjutnya begitu tak terduga. Rosemary bangkit berdiri dari tempat duduknya. Dia menghampiri Christopher dan…mengecup bibirnya lembut.
Pria itu terkejut sekali. Dia bagaikan bermimpi di siang bolong. Ditahannya Rosemary yang hendak berlalu dari hadapannya.
“Ada apa ini, Rose?” tanyanya tak mengerti.
Wanita itu tersipu malu. Dia menghindari tatapan laki-laki itu sembari berkata, “Mama sudah memaafkanku. Hubungan kami sekarang baik sekali. Barangkali…ehm…barangkali kamu mau datang ke rumah dan kuperkenalkan sebagai…pacarku?”
Christopher melongo. Dia seperti tak percaya pada pendengarannya. Wanita itu jadi malu sendiri.
“Ya sudah kalau kamu nggak mau datang ke rumahku,” cetusnya kecewa.
Sang pria langsung tersadar. Dia menjawab keras sekali, “Mau, mau! Aku mau sekali berkenalan dengan mamamu, Rosemary Laurens.”
Kemudian…diciuminya mesra bibir wanita pujaan hatinya itu. Lama sekali. Rosemary sangat menikmatinya. I love you, Christopher Wibisana, batinnya bahagia. Pria masa depanku….
***
Hari Sabtu sore Christopher berkunjung ke rumah Rosemary. Martha menyambutnya dengan hangat. Sementara itu Nelly tidak tampak batang hidungnya. Rupanya dia sedang pergi ke mal bersama temannya.
Setelah berbasa-basi dengan tamunya, Martha lalu mempersilakan Christopher menikmati tahu isi buatannya.
“Wah, enak sekali, Tante,” puji laki-laki itu setelah menggigit dan mengunyah tahu besar berisi wortel, bihun, dan daging ayam yang dicincang halus itu. “Isinya padat dan gurih. Bikin ketagihan.”
Martha tersenyum senang dipuji demikian. “Kalau begitu, ayo ambil lagi, Nak Chris. Masih banyak itu, lho.”
“Ah, jadi pengen nyobain juga,” celetuk Rosemary. “Sudah lama Mama nggak bikin tahu isi.”
Tangan wanita itu meraih tahu isi yang terhidang di depannya. Digigitnya penuh selera. Namun dia kaget sekali begitu rasa pedas menyerang lidahnya.
“Wah, Mama masukkin cabe ya, di dalam tahu?” cetusnya spontan. “Pedas. Tapi enak. Mau ah, nambah lagi.”
Martha terkejut. “Wah, sori. Itu tahu mercon punya Mama. Tercampur di sini rupanya. Padahal sudah Mama pisahkan tadi di dapur. Tapi….”
Tiba-tiba wanita itu tertegun. Dilihatnya Rosemary telah menghabiskan tahu isi pedas itu. Bahkan tangannya meraih sebiji tahu lagi untuk disantap.
“Rosemary, kerongkonganmu nggak apa-apa makan pedas? Itu Mama masukkan tiga buah cabe di dalam tahu mercon….”
Anaknya melongo. Hah?! Aku makan tiga cabe sekaligus dalam tahu isi tadi? pikirnya tak percaya. Tiba-tiba dia menyadari lidahnya tak terasa pahit dan kerongkongannya baik-baik saja. Lambungnya juga tidak terasa mual.
Oh, My God! cetusnya dalam hati. Aku sudah sembuh. Benar-benar sembuh!
Christopher yang menyadari perubahan raut wajah kekasihnya langsung menepuk-nepuk bahu wanita itu. “Selamat, Rosemary Laurens. Anda sudah sembuh dari gangguan psikosomatis,” ujarnya sambil tersenyum senang.
Pekik gembira Martha dan Rosemary terdengar membahana memenuhi ruang tamu. “Kamu sudah sembuh, Rosemary. Syukurlah, Nak. Terima kasih Tuhan!” seru Martha tak henti-hentinya. Air mata haru menitik dari pelupuk matanya.
Sang putri tertawa dan menangis pada waktu yang bersamaan. Akhirnya…selesai sudah semuanya. Cobaanku. Hukumanku. Entahlah apa namanya itu, batinnya bahagia. Puji syukur kepadamu Tuhan! Sungguh besar kuasaMu….
***
Rosemary akhirnya menikah dengan Christopher. Mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu laki-laki dan perempuan. Berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus asisten pemilik panti asuhan ABK membuat wanita itu merasakan kebahagiaan yang sejati.
Demikianlah akhir kisah hidup Rosemary Laurens. Wanita yang di masa mudanya melakukan kesalahan-kesalahan yang fatal bagi kaum hawa. Dirinya lalu menjalani hukuman yang setimpal.
Akan tetapi kasih Tuhan yang luar biasa membuat Rosemary menemukan kembali jalan yang benar. Dia diberi kesempatan hidup baru dan bahkan bahagia dengan pasangan yang dipilihkan Tuhan baginya, yaitu Christopher.
Terima kasih sudah membaca kisah ini sampai tamat. Semoga dapat memberikan manfaat.
TAMAT

Book Comment (70)

  • avatar
    Lahmudin

    rdg

    7d

      0
  • avatar
    RifqiMoch.

    ......

    25d

      0
  • avatar
    RobertErick kelvin

    bagus

    26/07

      0
  • View All

End

Recommendations for you