logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5 Ternyata Ia Sangat Mencintaiku

Aku memutuskan untuk fokus menyelesaikan kuliahku dan berusaha untuk tidak memikirkan suamiku dulu. Sejak Aku meninggalkannya, kami tak pernah komunikasi. Hari dimana aku pergi dari rumah itu, ia menelponku hingga puluhan kali, namun aku tak menjawab telponnya. Biarlah kami saling introspeksi dulu dan berfikir baik-baik tentang hubungan ini.
Tak kusangka ia masih menafkahiku dengan mengirim sejumlah uang untukku, aku memakainya untuk biaya kuliahku dan biaya aku sehari-hari.
"Aku merindukannya" aku menghela nafas, rasa ini menyesakkan. Aku masih mencintainya. Entah apa yang ia pikirkan, kenapa ia tak pernah menghubungiku lagi sejak hari itu? Apa hubungan ini akan berakhir. Tak terasa air mataku mulai menetes.
"Tidak.. sebentar lagi aku ujian, aku harus fokus. Aku akan memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya setelah kuliahku selesai" Ucapku dalam hati.
***************
Setelah sebulan lebih aku berjuang, akhirnya kuliahku selesai dan aku mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Kulihat raut wajah orangtuaku yang begitu bangga di hari aku wisuda. Tak ada satupun yang tau tentang hubunganku dengan suamiku saat ini, hubungan yang entah seperti apa.
"Nak, kami pulang duluan yah, karena bapakmu ada urusan penting" Ibuku kemudian menciumku dan bapak ikut memelukku. Mereka meninggalkanku sendiri. Walaupun ada banyak teman-temanku di sini, entah kenapa aku merasa sepi, aku sangat ingin merayakan hari ini bersama suamiku, orang yang aku cintai.
Ditengah kerumunan orang, aku melihat seorang pria yang aku kenal di ujung sana. Ia adalah suamiku.
"Ini pasti mimpi" aku menepuk pipiku, berharap ia benar-benar ada.
Ia semakin mendekatiku, aku tau ini bukan mimpi. Ia benar-benar datang hari ini. Ingin rasanya aku berlari memeluknya, aku sungguh merindukannya. Tapi aku tau hubungan kami sedang tidak baik-baik saja.
Ia kini berdiri dihadapanku, aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca, aku tak bisa membendung air mataku.
"Sayang, kamu cantik hari ini. Selamat untuk pencapaianmu." Ia tersenyum menatapku.
Aku berbalik dan ingin pergi darinya, tapi ia tiba-tiba menarik tanganku dan menggenggamnya erat.
"Kenapa kamu ke sini? Aku gak butuh kamu datang, kamu udah liat suratku kan?"
Sambil menitikkan air mata, aku menatapnya penuh amarah walau hatiku sangat ingin memeluknya.
"Aku kangen kamu yank" ia menarikku ke dalam pelukannya.
Aku mendorongnya untuk terlepas dari pelukannya. Aku berlari dan pergi darinya.
"Assalamualaikum, aku pulang.." aku masuk ke dalam rumah, kulihat ibu dan ayah serta adik-adikku sedang asyik menonton TV sambil berbincang.
"Kamu sudah pulang nak, dari mana aja? Cepat masuk kamar terus ganti bajumu" Ibu kembali melanjutkannya obrolannya bersama ayah.
Aku membuka pintu kamar..
"Rizky??" Alangkah terkejutnya aku melihatnya dalam kamarku. Sebenarnya aku tak perlu terkejut karena ia berhak ada di kamar ini, ia masih suamiku.
"Aku kangen kamu sayang" ia kemudian menghampiriku yang masih memegang pintu dan ingin memelukku namun aku menolak. Aku hanya diam, aku mengganti pakaianku di kamar mandi dan berbaring di tempat tidur, ia pun ikut berbaring di sampingku.
"Kamu masih marah yah yank?" Ia menoleh ke arahku.
"Menurut kamu?" Aku berbalik membelakanginya, rasanya aku ingin menangis.
"Aku udah baca Suratmu, aku gak ingin pisah, aku bahkan gak pernah berfikir begitu."
"Terus? Kamu mau kita terus bertengkar? Aku gak mau hidup dengan terus berdebat dengan suamiku, kamu gak pernah mengerti perasaanku" Aku tak kuasa menahan air mataku.
Ia bangun dan duduk bersandar, ia terus melihatku.
"Tita sayang, kamu tau bagaimana perasaanku setelah baca surat dari kamu dan kamu ninggalin aku gitu aja? Hancur yank.. aku coba hubungi kamu tapi kamu gak respon, akhirnya aku putuskan untuk membiarkan kamu berfikir dan fokus pada kuliahmu."
"Terus sekarang kenapa kamu datang?" Ucapku sambil bercucuran air mata.
"Aku datang karena aku merasa ini sudah waktunya kita memulai semua dari awal, aku janji akan berubah demi kamu, aku cinta sama kamu, aku ga akan mungkin mau pisah sama kamu. Aku ingin kita sama-sama berusaha, aku ingin jadi lebih baik, maaf sayang." Terlihat matanya berkaca-kaca.
"Kasih aku satu alasan kenapa aku harus mempertahankan hubungan kita?" Aku ingin tau apa yang akan ia katakan, namun ternyata ia hanya terdiam kemudian ia berbaring dan tertidur..
Sudah kuduga ia tak akan menjawabku. Aku semakin sakit hati, aku sangat bahagia kini bisa tidur disampingnya dan aku bisa melihatnya lagi. Aku merindukannya, tapi aku tak ingin jika kami nantinya sering bertengkar lagi, aku belum yakin sepenuhnya dengan apa yang baru saja ia katakan.
"Ternyata sudah subuh" Gumamku dalam hati. Aku tak melihat suamiku di sampingku.
"Dia ke mana yah? Semalam perasaan Dia yang tidur lebih dulu deh."
Aku bangkit dan menunaikan sholat subuh, lalu aku kembali ke tempat tidur.
"Apa Dia pergi karena tersinggung? Atau karena ia tak bisa meyakinkan aku?" Segala macam pertanyaan berkecamuk dalam hatiku.
Aku melihat sebuah kertas terlipat di balik bantal guling yang ia pakai semalam. Sepucuk surat yang mungkin ia tulis saat aku masih tertidur.
"Tita sayang, semalam aku tak menjawabmu karena aku tau kamu dalam keadaan marah, apapun yang aku katakan akan tetap salah saat itu. Jika kamu bertanya seberapa besar rasa cintaku, aku katakan bahwa aku mencintaimu karena Allah, aku tak bisa mengukur besarnya karena teramat besar. Aku akan menghabiskan seluruh hidupku bersamamu dan aku siap mengubah duniaku agar kamu bisa bahagia.
Jika kamu bertanya kenapa kamu harus bertahan dengan hubungan ini, itu karena aku.. Aku mencintaimu dan aku tidak yakin ada orang lain yang bisa mencintai dirimu seperti aku."
Aku menangis tersedu-sedu membaca surat itu. Aku keluar dari kamar dan mencarinya tapi aku sama sekali tak melihatnya. Kuambil Hpku dan menelponnya berkali-kali, namun ia tak menjawab.
"Kamu ke mana Rizky?" Aku terus menangis, aku tak tau ia sekarang ada di mana.
Aku kembali ke kamarku sambil terus menangis.
Tokkk....tokk.... tok ...tok .... Seseorang mengetuk pintu kamarku, aku rasanya tak ingin membukanya, aku tak ingin ibu ataupun bapak tau tentang masalah ini, aku tak ingin mereka melihatku menangis.
Tokk...tokkk...tokkk...tokkk...tokkk... Ia terus mengetuk pintunya. Aku mengusap air mataku dan membukanya.
"Rizky??? ....." Aku kembali menangis.
Ia pun masuk ke dalam kamar dan aku memeluknya erat, ia membalas pelukanku dan mengusap punggungku. Pelukannya begitu hangat, masih tetap sama.
"Kamu dari mana aja sih? Bikin aku takut" Aku menatapnya dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir di pipiku.
"Abis sholat di mesjid sayang, mau ke mana lagi. Udah jangan nangis lagi. Aku janji sama kamu, aku akan menjadi lebih baik, aku akan berusaha membuat kamu selalu bahagia" ia mengusap air mataku dan mencium keningku. Aku lalu memeluknya lagi, aku tak ingin kehilangan dia, aku sangat mencintainya.

Book Comment (162)

  • avatar
    HapitttHapitsah

    BAGUS SEKALI

    16d

      0
  • avatar
    andiniviola

    pengharapan jangan terlalu di paksakan. harus dgn kesabaran

    18/08

      0
  • avatar
    GgKakwan

    bagus

    09/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters