logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BPS (Bidan Praktek Swasta) Indri

BPS (Bidan Praktek Swasta) Indri

Ryanti


Info Lowongan Kerja

BPS (Bidan Praktek Swasta) Indri
Part 1
***
"Nit, coba kamu datangi rumah Bidan Indri, aku dengar dia sedang nyari pegawai," kata Gina sahabatku, suatu hari.
Kami sedang mengobrol santai di teras depan rumahku karena kebetulan Gina libur, tak ada jam mata kuliah.
"Kamu dengar dari siapa?" tanyaku.
"Dari Gita, dia itu kan temannya Clara, anak Bu Indri. Waktu dia main ke rumah Clara, dia baca di papan pengumuman, kalau Bu Indri sedang nyari pegawai," jawab Gina menjelaskan.
Gita adalah adik Gina, dia masih sekolah di SMA kelas dua.
"Oh … gitu. Ya sudah, nanti malam aku coba pergi ke sana," kataku.
"Kenapa nggak sekarang aja, Nit? Mumpung masih pagi," tanya Gina.
Aku memandang wajahnya.
"Kamu lupa ya, Bu Indri kan dinas di puskesmas kalau pagi."
"Oh … iya, aku lupa," kata Gina sambil menepuk jidatnya.
Aku dan Gina bersahabat sejak kecil, rumah kami berdekatan. Dari mulai TK sampai dengan SMP, kami bersekolah di sekolah yang sama.
Saat lulus SMP, aku melanjutkan ke SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) sedangkan Gina meneruskan ke SMA. Sejak saat itu, kami jarang bertemu, karena aku harus tinggal di asrama dan hanya sebulan sekali pulang ke rumah.
Namun, persahabatan kami tetap terjalin. Ketika aku pulang, Gina akan bermain ke rumahku, dan kami kemudian akan menghabiskan waktu berdua dengan jalan-jalan, nonton bioskop, makan bakso atau hanya sekadar membaca buku cerita Lupus, Candy Candy, Melisa, dan beberapa tabloid di kamarku.
Aku sudah lulus dari SPK sejak sebulan yang lalu. Namun, karena aku bersekolah di sebuah SPK swasta, maka tak ada ikatan dinas dari pihak sekolah. Kami para lulusan dari SPK tersebut harus mencari lowongan pekerjaan sendiri.
"Mau kutemani nggak nanti malam ke rumah Bu Indri?" tanya Gina.
"Boleh. Habis magrib kita berangkat, ya. Pakai satu motor aja, aku tunggu kamu di sini," kataku.
"Oke," sahut Gina sembari mengangkat ibu jarinya.
Kami kemudian melanjutkan obrolan. Jika mengobrol dengan Gina, ada saja bahan yang bisa kami jadikan sebagai cerita, tak pernah membosankan. Saat terdengar suara azan dari toa masjid, tanda waktu zuhur telah tiba, Gina pamit pulang.
***
"Assalaamu'alaikum."
Terdengar suara Gina mengucapkan salam seraya mengetuk pintu depan.
"Wa'alaikum salam," jawabku sembari berbegas membuka pintu.
"Nit, maaf ya. Aku nggak bisa nganterin kamu ke rumah Bu Indri. Papa sama Mamaku sedang pergi ke rumah Eyang, Gita sendirian di rumah," kata Gina sebelum aku menyuruhnya masuk.
"Oh … ya udah nggak apa, biar nanti aku berangkat sendiri saja."
Setelah mengobrol sebentar, Gina pamit pulang. Aku segera mengeluarkan sepeda motor. Lalu, mengecek kembali map berisi berkas yang akan dibawa, yang terdiri dari fotocopy ijazah, surat lamaran kerja dan lain-lain yang sudah kusiapkan sejak tadi sore. Kemudian aku pamit kepada kedua orang tua dan berangkat ke rumah Bidan Indri.
Perlahan aku mengendarai sepeda motor menuju rumah Bidan Indri. Sekitar setengah jam kemudian, aku sudah sampai di halaman rumahnya.
Sebuah bangunan bercat warna putih yang lumayan besar dengan halaman yang luas. Ada sebatang pohon asam yang besar, tumbuh di sebelah kiri halaman.
Di salah satu temboknya, terpasang sebuah whiteboard. Ada sebuah pengumuman tertulis di sana, yang intinya, BPS Indri sedang membutuhkan seorang perawat atau bidan.
Tak tampak seorang pun di luar rumah Bidan Indri, keadaan sekeliling sangat sepi. Aku segera memarkirkan sepeda motor dan berjalan ke arah pintu samping rumahnya yang terbuka.
Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan agak kuat, berharap ada orang di dalam sana yang akan mendengarnya.
Tak lama kemudian, datang seorang ibu setengah baya menghampiriku.
"Maaf, Bu. Apa Bu Indri-nya ada?" tanyaku.
"Ada, Mbak. Tunggu sebentar ya, nanti juga Bu Bidan akan keluar sini. Mbak mau berobat?" tanya bu Muji, nama perempuan itu yang akhirnya aku tahu.
"Bukan, Bu. Nama saya Nita, saya mau melamar kerja di sini," jawabku sambil mengulurkan tangan yang disambut oleh Bu Muji dengan senyuman.
"Wah … kebetulan sekali, Mbak. Sudah dua bulan ini Bu Bidan nggak ada asisten. Asisten yang lama menikah dan dibawa ke rumah suaminya," kata Bu Muji menjelaskan.
Aku manggut-manggut mendengarnya. Dalam hati berharap, semoga aku bisa diterima bekerja di BPS Indri. Kami kemudian duduk di salah satu bangku yang ada di depan BPS Indri sembari mengobrol.
Tiba-tiba aku merinding. Tak sengaja aku melihat ke arah pohon asam yang jaraknya hanya sekitar enam meter dari tempat kami duduk. Seperti ada seseorang yang sedang memperhatikan kami di sana.
Aku segera mengalihkan pandangan dari pohon asam itu, karena bulu kuduk di kedua tanganku mulai meremang.
Tak lama berselang, Bu Indri datang menghampiri kami. Setelah memperkenalkan diri dan mengatakan maksud kedatanganku, beliau kemudian mengajakku masuk ke rumahnya.
Aku lalu berjalan mengikuti Bu Indri dari belakang. Ternyata, rumah Bu Indri terdiri dari dua bagian, depan dan belakang. Bagian depan digunakan sebagai BPS, dan yang belakang dipakai sebagai tempat tinggal.
Sesampainya di belakang, Bu Indri lalu mengajakku duduk di ruang tengah rumahnya. Beliau kemudian memeriksa berkas lamaran kerja yang kubawa.
Bu Indri lantas menyampaikan tentang beberapa hal, jika aku memang bersedia bekerja di tempat beliau. Mengenai gaji dan peraturan yang harus dijalankan.
Aku harus menginap di BPS, dan hanya hari Minggu aku mendapat libur. Ada empat orang non medis yang akan membantu, mereka bekerja secara shift, Bu Muji salah satunya.
"Gimana, Nita. Kalau kamu memang setuju dengan apa yang sudah saya sampaikan tadi, kamu bisa mulai bekerja besok pagi," kata Bu Indri, setelah beliau selesai menyampaikan tentang semua hal yang berhubungan dengan BPS dan pekerjaanku.
"Saya bersedia, Bu. Insya Allah besok pagi saya akan datang," jawabku mantap.
Betapa senangnya hatiku, tak mengira akan langsung diterima bekerja di BPS Indri. Aku akan punya kesibukan lagi, setelah menganggur selama satu bulan. Dan yang paling penting, aku bisa mempunyai uang sendiri. Bisa menabung untuk melanjutkan ke sekolah kebidanan.
Karena tak ada lagi yang akan disampaikan oleh Bu Indri, aku kemudian mohon pamit.
Aku berjalan menuju ke arah bagian depan rumah Bu Indri, dimana tadi aku pertama kali datang. Aku melewati beberapa ruangan untuk sampai ke depan. Ada dua buah kamar, ruang makan, lalu ada tempat untuk mencuci peralatan makan pasien yang berada di lorong jalan yang menghubungkan bagian depan dan belakang rumah.
Sesampainya di bagian depan rumah Bu Indri, yang digunakan sebagai BPS, aku mencari Bu Muji tapi dia tak terlihat. Barangkali sudah pulang karena memang sudah waktunya bergantian shift dengan yang tugas malam.
Aku keluar dari BPS menuju tempat sepeda motorku terparkir. Di teras depan, tampak seorang perempuan memakai baju seragam putih sedang mengepel lantai.
[Mungkin ibu yang bergantian shift dengan Bu Muji]
Aku menghampirinya, dia bergeming, masih tetap sibuk mengepel. Barangkali dia tak mengetahui kedatanganku.
"Selamat malam, Bu."
Aku mencoba menyapa dengan ramah. Sesaat perempuan itu menghentikan pekerjaannya, lalu memalingkan wajahnya menatapku.
Entah kenapa, tiba-tiba aku merinding, jantung berdetak tak karuan. Saat matanya bersitatap dengan mataku, bulu kuduk langsung meremang.
Sorot matanya sangat dingin, tak ada keramahan sama sekali di wajahnya. Aku mencoba tersenyum dan mengulurkan tangan. Dia tak membalas, malah kembali meneruskan pekerjaannya.
Aku menghela napas panjang, merasa aneh dengan sikap perempuan itu.
"Saya pulang dulu, Bu," pamitku padanya.
Aku masih berusaha bersikap ramah, meski dengan tanda tanya yang ada di kepala.
Dia tetap bergeming, sibuk mengepel lantai dan tak menghiraukan ucapanku.
Aku kemudian menuju tempat sepeda motor kuparkir. Menghidupkan mesinnya dan berjalan perlahan meninggalkan halaman BPS Indri.
***
Bersambung

Book Comment (263)

  • avatar
    Sweetypie

    cerita nya bener² menarik, setiap bab nya selalu di buat penasaran terus gaya bahasa dan cara penulisan pun enak untuk di baca dan di pahami

    26/12/2021

      2
  • avatar
    Elviera

    Best banget cerita ini penuh dengan misteri dan teka teki... Tidak terlalu serem tapi kalau dibikin film mungkin serem sihhh hahha😂kalau kalian semua penasaran boleh start reading yaaa😍😍😍

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Sri Sunarti

    bagus banget ceritanya

    2d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters