logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Father of My Baby

Father of My Baby

Aretha Artha


1. Bertemu Dengan Gadis Itu

Bunyi lonceng dan macam ekspresi dari pengunjung sudah menemani kehidupan gadis bernama Alana selama dua tahun bekerja di Cafe ternama di New York. Cafe dengan gaya klasik yang banyak dikunjungi remaja dan pekerja yang baru saja pulang dari tempat kerjanya untuk melepas penat.
Alana, ya, namanya hanya Alana. Gadis sederhana yang berasal dari Indonesia mengadu nasib di kota besar ini. Namun, tidak sepenuhnya ia ingin ke sini. Akan tetapi, dua tahun yang lalu, paman dan bibinya menjualnya. Beruntung ia dapat kabur dan tidak dicari.
"Alana, kamu tampak pucat. Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Justin. Justin merupakan pemilik Cafe yang ikut bekerja. Pria itu meski termasuk jejeran pria kaya, tetapi ia tetap turun tangan sendiri. Jika, sekilas dilihat orang akan mengira Justin Adalson seorang karyawan di Cafe, tetapi siapa sangka pria berusia 30 tahun itu adalah pemiliknya.
"Ya, Justin. Aku baik-baik saja. Kembalilah, kamu menghalangi antrean," usir Alana secara halus. Ia memang akrab dengan Justin sehingga memanggil namanya tanpa embel-embel 'pak'. Justin juga tidak nyaman jika Alana memanggilnya dengan formal.
***
"Alana, aku antar kamu pulang, ya?" tawar Justin melihat Alana yang siap-siap pulang. Gurat lelah di wajah gadis itu membuat Justin semakin khawatir.
"Aku tidak apa-apa," ucap Alana. Ia berjalan keluar dari Cafe. Namun, Justin mengejarnya dan memaksanya untuk diantar karena sudah seminggu ini, Alana terlihat pucat dan sekarang semakin pucat.
"Justin, aku tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku--" Alana merasa kepalanya sakit. Sudah seminggu ini dia merasa pusing dan tidak memiliki nafsu makan padahal setiap hari ia muntah. Tubuhnya ambruk dan ditahan Justin.
"Alana! Lana!" teriak Justin. Ia membopong gadis itu ke mobilnya dan datang ke rumah sakit terdekat di Cafe.
Rumah sakit ternama di Los Angel yang memiliki fasilitas lengkap dan merupakan rumah sakit rujukan terbaik di negaranya. Biaya pengobatan di sini sangat mahal, tetapi dokter yang bekerja di sini teruji keahliannya.
***
"Permisi, Dok. Maaf mengangguk, tetapi ada pasien yang masuk," ujar suster dengan nada sedikit tidak enak karena dia sekarang terpaksa memanggil pria yang merupakan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
"Oh, ok, Lusi. Kita segera ke sana." Pria itu memakai jas putihnya dan berjalan didampingi suster di belakangnya. Ia segera masuk ke dalam ruang tempat pasiennya.
Pria itu tertegun melihat gadis yang kini berada di bangkar terbaring lemah dengan wajah pucat. Ia melanjutkan langkahnya dan memasang stetoskopnya. tubuh gadis di depannya sangat panas.
"Kalian berikan infus." Lusi segera mengangguk dan keluar bersama perawat lainnya, sementara Justin baru kembali setelah mengurus administrasi Alana.
Ia menghampiri dokter yang kini menatap Alana dengan tatapan tidak terbaca. Hati Justin merasa tidak rela ketika tatapan dokter itu tidak beralih sedikit pun. Ini bukan kali pertamanya banyak yang menatap Alana, tetapi hati Justin kali ini terusik.
Ia merasa pria di depannya punya aura lain. Ia merasa terancam meski ia sendiri tidak tahu kenapa. Dengan sedikit berdehem dia mengalihkan tatapan pria di depannya.
"Bagaimana keadaan Alana, Dok?" tanya Justin.
"Dia baik-baik saja. Hanya kekurangan vitamin dan kelelahan," ucapnya dengan tenang.
Justin bernapas lega. Ia menarik kursi di dekat bangkar Alana dan duduk di sana seraya menggenggam tangan Alana. Semua itu tidak luput dari tatapan pria itu.
"Oh, ya, Dok--"
"Denuca Christoper."
Mata Justin membulat. Ia terkejut mengetahui pria di depannya. Pantas saja ia merasa tidak asing. Nama pria itu meluas di dalam negaranya maupun di luar negeri dan tentunya penemuan-penemuan serta alat canggih yang diciptakan Denuca selalu menjadi pusat perhatian publik. Pantas saja rumah sakit ini selalu memiliki alat yang canggih, otak dari pemiliknya tidak dapat diragukan.
Belum lagi, di majalah-majalah, Denuca selalu tampil dengan perusahaan raksasa di bidang IT yang kini merambat dunia perhotelan karena mengingat Smith Crop dan Waston Crop memiliki hubungan suami-istri. Denuca selaku sahabat dari Mr. Waston tentu menjadi santapan publik.
Pria tampan yang berumur 32 tahun, menjadi ahli beda. Sikapnya yang terkesan santai, tetapi otaknya begitu licik. Di dunia bisnis biasa, mereka tahunya Denuca hanya seorang dokter yang menyelamatkan nyawa, tetapi di dunia gelap, mereka tahu Denuca pencabut nyawa yang sebenarnya.
Christoper Crop memang merambat dalam bisnis rumah sakit. Cabang rumah sakitnya di mana-mana. Ruangan VVIP, VIP dan dari kalangan biasa pun masih terkesan mewah. Mereka sudah tahu betapa kayanya keluarga Christoper ditambah putra yang begitu cerdas.
"Ekhm, kalau begitu saya pamit."
"Baiklah, Dok."
"Besok, saya ke sini kembali."
Justin mengangguk.
***
Denuca memanggil Lusi ke ruangannya. Gadis itu merupakan suster pendamping Denuca. Ia segera membawa laporan tentang Alana. Dahi Justin mengerut. Ia mengepalkan tangan kuat.
"Lusi, kamu sembunyikan kehamilan Alana."
"Baik, Dok."
Lusi segera keluar untuk menghapus riwayat pemeriksaan Alana. Gadis itu tidak banyak nyata tentang yang diminta Denuca karena dia sudah tahu siapa Denuca. Selama ini Lusi tutup mulut karena Denuca tidak pernah menyakitinya dan menurutnya dokter tampan itu baik, tetapi sedikit gila.
Sementara itu, Denuca langsung menelepon Axelio. Ia membutuhkan bantuan temannya itu sekarang. Ia segera mengirim pesan.
[Temui aku di club.]
Denuca keluar dari ruangannya dan menguncinya. Ia segera ke parkiran khusus dokter dan menjalankan mobilnya ke club milik Bosnya. Di sana sudah ada Axelio yang menunggunya dengan satu gelas panjang berisi wine.
"Ck, untuk apa kau memanggilku? Kau tahu, kau tidak membayarku untuk menemuimu," decak Axelio ketika sahabatnya duduk. Denuca yang mendengar nada protes Axelio memutar bola matanya.
"Aku menemukan wanita itu," ucap Denuca membuat Axelio mengerutkan dahi.
"Wanita mana? Kau itu, 'kan, banyak wanitamu," ucap Axelio sepenuhnya benar. Denuca merupakan pemain ulung. Namun, hanya untuk kesenangan saja karena wanita-wanita itu akan berakhir di kasur dalam satu malam dan dibuang dengan uang yang ia lemparkan di atas tubuh polos mereka.
"Wanita malang yang menjadi percobaanku," ucap Denuca. Mata Axelio langsung menatap tajam sahabatnya. Kali ini percobaan apa lagi? Ia tidak akan bisa melupakan smoke tone milik Denuca dan menghindari penemuan-penemuan pria itu.
Denuca langsung menyambar saat melihat wajah kesal Axelio. "Aku dibayar untuk itu. Maksudku tidak sepenuhnya dia menjadi kelinci percobaanku. Kau kenal Dave Alberto? Kau pasti bisa menebak bagaimana liciknya dia dan aku tidak tahu kenapa wanita itu menjadi sasarannya saat itu. Aku hanya menciptakan bahan kimia yang dia minta," ucap Denuca berusaha menjelaskan.
Namun, Axelio tetap diam menunggunya menyelesaikan ceritanya. Ia memang tidak pernah menceritakan secara lengkap tentang wanita yang menghantuinya selama ini. Wanita yang dicarinya hampir penjuru negara.
Flashback.
Malam itu Denuca berada di laboratorium melakukan penelitian. Tidak disangka Dave Alberto datang dengan menghabiskan uang begitu banyak untuk menghancurkan seorang gadis yang Denuca tidak tahu kesalahan apa yang diperbuat gadis itu hingga Dave begitu mengorbankan uangnya.
"Aku akan membayarmu 5 miliar dan kau hancurkan hidup Alana. Buat dia hamil."
"Aku meminta aku menidurinya. Kau bisa meminta anak buahmu," ucap Denuca, tetapi asyik melanjutkan penelitiannya.
"Tidak untuk merusak keperawanannya. Akan lebih menyakitkan dia melahirkan dengan keadaan perawan," sanggah Dave membuat tatapan Denuca beralih. Pria itu dengan saksama mendengar rencana Dave.
"Aku akan mencari sperma yang cocok--" Dave memotong, "Gunakan spermamu, karena Alana sekarang berada di ruang bedahmu. Mungkin sebentar lagi akan sadar."
Denuca tidak punya pilihan lain selain ke sana dan melakukan tugasnya. Ia memasukkan spermanya di rahim Alana dengan alat canggihnya. Setelah memeriksa rahim Alana yang ternyata dalam masa subur.
Setelah melakukan tugasnya, Denuca memerhatikan dengan lekat wajah wanita yang kini menampung benihnya. Ia tidak tahu apakah berhasil atau tidak, karena dia memang ingin uji coba dengan alat ciptaannya, tetapi belum menemukan kelinci percobaan dan Dave datang di waktu yang tepat hingga ia tidak memikirkan banyak hal. Yang ia pikirkan sukses membuat alat barunya dengan obat yang baru saja ia ciptakan.
"Cepat kau bawalah dia," ucap Denuca.
"Angkat dia, kembalikan ke tempatnya." Dave berteriak memerintahkan anak buahnya.
Denuca menatap kepergian Alana yang digendong anak buah Dave. Kini uang 5 miliar berhasil dia temukan. Hanya menunggu hasil dari penelitiannya. Namun, hampir satu bulan, ia tidak menemukan kabar.
Dave hanya mengatakan Alana menghilang. Denuca merasa kesal, kekesalannya bukan karena khawatir, tetapi karena dia harus mencari kelinci percobaan lagi dan ia mendapat pasien suami-istri. Alatnya bekerja secara sempurna, walau terkesan sedikit lambat. Namun, sekarang alatnya semakin cepat bekerja, hingga banyak wanita-wanita yang datang ke Christoper Hospital untuk menggunakan alat Denuca agar hamil.
Flashback off
"Bodoh!" Axelio berteriak marah mendengar cerita Denuca. Pria itu ingin sekali melayangkan bogem mentah di wajah Denuca. Namun, yang ia lakukan hanya memaki dan meneguk tandas winenya.
"Aku akan mencari tahu tentang Alana dan kau ...." Axelio menatapnya tajam. "Cari tahu langkah yang akan kau ambil, karena anak yang dikandungnya pasti anakmu," ucap Axelio lalu berlalu.
***
TBC
Tinggalkan jejak bila menyukai karyaku🙏😁
Salam sayang Tata kepada Reader💜

Book Comment (245)

  • avatar
    ELYN

    makasiiiiii

    8d

      0
  • avatar
    JondepCarolina

    qwdfghhhh

    20d

      0
  • avatar
    Evelyn KimEryn

    I LOVE THIS STORY SO MUCH

    02/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters