logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 3.1

Senja bangun lebih pagi hari ini karena dia tidak mau kembali terlambat kesekolah.
Tak banyak persiapan yang dilakukan Senja untuk berangkat sekolah, dia hanya memakai seragam dan mengikat rambutnya menjadi satu. Sudah menjadi kebiasaan Senja mengikat rambutnya seperti itu karena dia merasa nyaman saja.
Senja menuruni tangga dengan gaya urakan sampai-sampai sang papa berdecak tidak suka dengan gaya Senja barusan. "Kamu ini gak bisa kah turun dengan anggun, kalo turun kaya gitu kamu bisa jatuh."
"Senja sudah biasa yah, jadi gak mungkin jatuh." Senja menarik kursi disamping sang ayah, tak mengindahkan sama sekali omelan ayahnya.
"Bantah aja terus, punya anak satu cewek tapi kelakuannya kayak laki-laki." Pak Deni masih saja mengomel mendengar Senja menjawab.
"Ya kan kata mama dulu papa malah pengennya yang keluar anak laki-laki eh malah ini perempuan, jadi ya gini laki-laki berwujud perempuan." Senja jelas saja tak mau kalah dengan pak Deni.
"Jawab aja terus, bisa-bisa darah papa naik kalo kaya gini terus." Pak Deni memijit kepalanya karena pusing dengan kelakuan sang anak.
Senja bungkam setelah pak Deni berkata begitu, dia tidak mau sang ayah sakit karena didunia ini dia hanya punya pak Deni seorang. Jadi jangan sampai perkataan ayahnya menjadi kenyataan.
"Jangan lupa nanti pulang lebih awal dan pakai baju yang telah papa persiapkan." Hal ini lagi yang dibahas oleh pak Deni jelas saja Senja semakin penasaran ada apa nanti malam.
"Memangnya ada apa sih yah, kok harus bajunya aja ditentukan...?" Senja kembali bertanya tapi masih sama seperti tadi malam tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pak Deni.
"Turuti saja perkataan ayah kalo kamu memang sayang dengan ayah." Setelah mengatakan itu pak Deni juga langsung meninggalkan Senja sendiri.
"Memangnya ada apa sih kok gue jadi ikut pusing gini." Senja memang penasaran tapi tak ada yang bisa dia perbuat untuk menjawab segala kebingungannya, memaksa ayahnya juga tidak mungkin.
Senja berangkat sekolah seperti biasanya menggunakan sang Boci yang sudah siap sedia mengantar Senja kemana saja terutama untuk bolos, Boci juga siap sedia.
Sedangkan dilain tempat Damar yang sudah berada diruangnya harus berkutat dengan beberapa laporan yang harus diperiksa maupun ditanda tangani.
"Angga masuk." Damar mengambil telfon dengan tangan kirinya sedangkan matanya masih jeli memeriksa laporan keuangan bulan ini. Ada beberapa angka yang janggal dilaporan kali ini sehingga dia menelfon sang sekertaris untuk masuk.
"Permisi tuan, ada apa...?" Angga menunduk melihat raut wajah tuannya sudah kelam dipagi hari.
"Selidiki laporan keuangan ini, aku rasa banyak hal janggal disini. Aku beri waktu satu jam untuk kamu menangkap siap dalangnya." Damar membanting map yang sebelumnya dia baca kehadapan Angga.
"Baik tuan akan saya laksanakan." Anggak bergegas keluar sebelum dia juga mendapatkan semburan api yang membara dari Damar.
"Siapa yang coba-coba mempermainkanku, tunggu saja pembalasanku." Damar mengepalkan tangannya karena dia marah.
Damar kembali menekan angka 2 yang langsung terhubung dengan Angga karena memang itu sistem kerja telfon itu dimeja Damar.
"Cari semua biodata tentang calon istriku sampai keakar-akarnya, aku tunggu dua jam lagi." Angga hanya bisa menghela nafas saat mendapat perintah kembali dari Damar, belum kasus pertama diselidiki ini malah Damar meminta biodata lengkap Senja.
Sesuai waktu yang telah ditentukan Angga berhasil menangkap bedebah dalang dari kasus korupsi yang dilakukan direktur keuangan. Dan seberkas data diri calon istri Damar juga telah usai.
"Permisi tuan, saya telah mendapatkan semua informasi yang tuan minta tadi." Setelah mendengar hal itu Damar mendongakkan wajahnya untuk menatap Angga serius.
"Ceritakan." Hanya kata singkat itu yang keluar dari mulut Damar.
"Senja merupakan anak satu-satunya dari pasangan Deni Wijaya dengan sang istri bernama Alm. Anjani Wijaya. Senja telah ditinggalkan sang ibu sejak kelas 6 SD karena sang ibu pendarahan. Dia saat ini sedang menempuh pendidikan disekolah yayasan DJHARJO. Senja juga merupakan anggota aktif geng Pedro yang diketuai Gano Aleksander." Hanya itu saja yang di sampaikan oleh Angga tapi sebenarnya masih banyak lagi tapi sudah tertuang dalam map yang telah dia serahkan kepada Damar.
"Jadi calon istriku bisa dibilang anak yang badung, MENARIK." Entah kenapa saat tau Senja kerupakan anggota geng Pedro dia sangat tertarik dengan wanita ini. Damar yakin nantinya kehidupan rumah tangganya bakal banyak warna. Apa lagi Senja juga masih labil-labilnya.
"Segera hubungi Deni untuk membawa anaknya pada pertemuan nanti malam di restoran Avant." Damar sudah tidak sabar ingin melihat seberapa uniknya calon istrinya nanti membayangkan saja bisa membuat senyum yang meskipun tipis bisa terbit.
"Baik tuan, saya permisi." Angga undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya.
Damar segera menghubungi ponsel ibunya untuk bersiap-siap nanti malam menemui calon menantu.
"Halo mama." Setelah telfon ketiga baru sang mama mengangkat telfonnya, kalau bukan karena ini menyangkut pertemuan keluarga nanti malam dia jelas saja enggan menelfon ibunya lagi.
"Ada apa anakku sayang." Damar seakan ingin muntah mendengar sapaan ibunya. Apanya yang sayang jika akan melengserkan sang anak dari perusahaan.
"Nanti malam mama dan papa siap-siap, kita akan menemui calon istriku." Tanpa basa-basi Damar langsung to the point.
"Yang benar saja kamu...? Anak siapa nanti yang akan kamu culik untuk dijadikan istri." Tentu saja Bu Viona heran cepat sekali sang anak mendapatkan calon istri, dia sampai berfikir kalau calon istri Damar merupakan salah satu koleksi wanita penghangat ranjang Damar.
"Cepet banget kamu dapat calon istri nak, mama gak mau ya kalo nanti calon menantu mama seorang pelacur." Tanpa basa-basi Viona menolak jika calon mantunya seorang jalang.
"Mama tenang saja, aku jamin mama bakal suka dengan calonku nanti."
"Ok kita lihat saja nanti." Viona hanya bisa pasrah, ini karena dia Damar buru-buru mencari calon istri.
"Aku tunggu di restoran Avant ya ma, jangan lupa dandan yang cantik biar tidak kalah sama calon istriku." Setelah mengatakan itu Damar langsung mematikan sambungan telfon tanpa ibunya menjawab, ini bisa diindikasikan tidak sopan kepada orang tua tapi itu sudah kebiasaan Damar yang tak bisa dirubah.

Book Comment (166)

  • avatar
    FahrezaMuhammad

    seru apk nya ya geus tinggal download apk nya boy

    5d

      0
  • avatar
    SandyVerry

    good

    30/07

      0
  • avatar
    yuuYuuu

    seru banget cok, athor lanjuntin thor

    15/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters