logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 8 PUNYA CALON ISTRI

lndi berjalan tergesa-gesa saat pulang kerja. Ia berjalan sambil memeriksa tasnya, apakah ada yang tertinggal atau tidak, sampai-sampai ia tidak fokus melihat jalan di depannya dan akhirnya menabrak seseorang di dekat parkiran.
BRUKK
''Aduh, Maaf,” ucapnya lalu melihat orang yang ia tabrak.
''Dokter Kevin. Maaf, dok.” Indi sedikit menunduk.
''Tidak apa-apa, lain kali hati-hati. Suster Indi mau pulang?”tanya Kevin memperhatikan wajah Indi yang seolah memang sedang terburu-buru.
''Iya, Dok, adik saya hari ini di lamar. Permis,” Pamit Indi tergesa-gesa meninggalkan Kevin begitu saja menuju parkiran tempat dimana motor terparkir. Indi tidak menyadari jika tanda pengenalnya terjatuh dan Kevin yang mengambilnya.
“Indiana Brugman,” batin Kevin melihat tanda pengenal Indi yang ada di tangannya, kemudian ia pun bergegas menuju mobilnya.
Kevin masuk kedalam mobilnya sejenak ia melihat Indi yang sudah mengendarai motornya keluar dari parkiran. Kevin pun terburu-buru untuk pulang
Sesampainya di rumah Indi terperangah melihat Deniz dan Eva yang sedang duduk berdua di teras rumah. Tidak menyangka dokter Deniz lah yang melamar adiknya.
“Ndi, kenapa bengong di situ?” tanya Eva melihat Indi berdiri di garasi rumah samping teras.
“Ah, tidak apa-apa,'' jawab Indi santai.
“Selamat sore, Dokter Deniz, Sapa Indi lalu tersenyum.
“Sore.” Deniz sekilas tersenyum dan melihat Indi masuk kedalam rumah.
“Jaga mata,” cicit Eva sambil mencubit pinggang Deniz, ia tidak terima saat Deniz melihat Indi masuk kedalam rumah.
''Aduh sakit, Va.” Deniz mengusap pinggangnya.
“Makanya dijaga matanya.”
“Cuma lihat doang, why? jealous?"
''Sorry, I'm not jealous.” Jawab Eva membelakangi Deniz. Karena Deniz juga kesal, Deniz pun ikut membelakangi Eva. 
Deniz sebenarnya ingin sekali memeluk Eva, namun gengsinya lebih besar. Ia senang melihat Eva tanpa sadar menunjukkan sisi cemburunya walau itu dengan kakaknya sendiri. 
Eva sebenarnya juga ingin mengetahui reaksi Deniz jika ia menunjukkan sisi cemburunya. Namun ia harus sedikit kecewa dengan reaksinya yang justru seolah tak peduli. hingga ia tidak tahan untuk tidak bersuara.
“Kamu peka tidak sama perasaan perempuan, kalau aku itu–”gumam Eva yang tidak melanjutkan kalimatnya. 
Deniz tersenyum lalu membalikkan tubuhnya bdan memegang lengan Eva.“Iya, aku tahu maksud kamu, sorry ya.” Denis meriah tangan Eva.
“Ahem!” goda Via yang tiba-tiba keluar dari dalam.
“Ganggu saja,” cicit Deniz pada Via membuat via tertawa. 
Via tahu betul bagaimana sang kakak yang begitu menyukai Eva dari awal bertemu sampai ia diam-diam mempergoki sang kakak sering melihat foto Eva di layar ponselnya. Kadang berbicara sendiri memuji kecantikan Eva, beda dengan kekasihnya Nuri yang justru seolah Nuri yang selalu mengejarnya dan membuatnya sedikit risih.
“Om Nico sama Baba manggil kalian, mereka mau bahas hari pernikahan kalian, sekalian Eva izin sama kak Indi,”Beber Via.
“Iya,” jawab Eva lalu mereka masuk kedalam ruangan.
“Kok aku deg-degan ya, huh!”irih Eva.
Deniz berjalan masuk sambil menggenggam. Para orang tua tersenyum saat melihat Eva dan Deniz sudah saling berpegangan tangan.
“Sepertinya dipercepat saja pernikahan mereka, Bu Erni," ujar Maer antusias ingin segera melihat Anak laki-lakinya menikah dengan Eva.
"Iya Bu, sabar, " balas bu Erni.
“Eva duduk sini!”Panggil Emak
“Sayang, duduk sini,” Pinta Maer agar Eva duduk di sebelahnya, Eva sejenak melihat emak tanda meminta izin. Emak hanya mengangguk tanda setuju, kemudian Eva duduk di samping Maer disusul via yang duduk di samping Eva sedangkan Deniz duduk di kursi di samping pak Nico.
Eva melihat Indi yang duduk di sebelah emak lalu melihat Deniz yang duduk disebelah pak Nico kemudian melihat pak Daniel yang duduk di kursi di ujung meja.
''Deniz, Eva. Indi sudah mengizinkan kalian menikah lebih dulu, karena niat baik tidak boleh ditunda. Mama dan emak sepakat memberi waktu kalian tiga bulan untuk mempersiapkan semuanya,” beber Maer dan disetujui semuanya, Eva hanya tersenyum malu mencuri pandang Deniz.
“Bagaimana? setuju?” tanya Maer.
“Terserah Deniz, Tante. Eva manut saja,” jawab Eva malu-malu.
“Lebih cepat lebih baik, nanti kita persiapkan sama-sama,” sambung Deniz.
“Sekarang kamu sendiri yang harus minta izin sama kakakmu Indi,” Saut Emak melihat Eva dan Indi. perlahan Eva menghampiri Indi dan duduk di sampingnya.
“Ndi,” ucap Eva yang matanya berkaca-kaca, Indi juga sama ia tidak bisa melihat sorot mata Adiknya yang begitu tulus ingin meminta izin menikah lebih dulu.
''Ya Allah, kenapa gue pengen nangis.'' Cicit Eva. dan itu membuat gelak tawa semuanya.
Eva menarik nafas panjang sebelum mengatakan niatnya, sambil memegang keduanya jemari Indi. Air matanya sudah meleleh begitu juga Indi.
''Ndi, aku gak tahu harus ngomong dari mana tapi yang jelas aku sayang banget sama kamu, walaupun kita sering berantem dengan hal-hal sepele, tapi jujur aku sayang banget sama kamu.” Eva sekilas mengusap air matanya.
“Aku minta izin nikah duluan sama itu bule kw pilihan mak.” sejenak semua tertawa di sela tangisnya, karena Kalimat Eva yang nyeleneh. Indi juga tertawa saat mendengar kalimat terakhir Eva dan menoyor kepalanya.
“Kenapa ditoyor?” cicit Eva.
“Maaf,” balas Indi lalu mengusap rambut Eva. sekali lagi mereka yang menyaksikan terkekeh.
“Eva Melisa Brugman, adikku yang paling jail, paling gak nurut kalau dinasehati dan manjanya gak ketulungan. Kamu yakin nikah sama bule kw itu?” balas Indi menggoda Eva dan menahan tawa karena melihat ekspresi adiknya yang menjadi ragu.
“Sial! Gue jadi ragu, Ndi,” pekiknya melihat Deniz yang tersenyum padanya dan semua mendengar ucapan Eva pun tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.
“Aku, jangan gua, gue,” protes ini tidak suka jika sang adik menggunakan panggilan gaulnya.
“Iya, aku yakin Ndi. Apa pun yang emak pilih untuk aku, itu sudah pasti pilihan Tuhan buatku,”jawab Eva pasti lalu sekilas melihat Deniz.
“Oke, aku izinkan kamu menikah dengannya tapi dengan satu syarat.”
''Apa?''
''Jangan manja lagi.”  
Eva tersenyum dan mengangguk lalu keduanya saling berpelukan. Mereka sering bertengkar tetapi, mereka saling menyayangi. Indi sudah ikhlas jika Adiknya menikah lebih dulu. Untuk masalah jodohnya sendiri ia serahkan pada Tuhan.
“Maaf ya, NDI.” Tangis mereka kembali pecah.
''Iya, tidak apa apa, aku ikhlas. Semoga dengan keikhlasanku, aku juga dapat suami yang baik seperti dokter Deniz,” ucap Indi mengusap punggung sang adik.
“Semoga kamu selalu bahagia,” batin Indi masih mengusap punggung Eva dan tersenyum dalam tangisnya.
''Andai saya punya anak cowok satu lagi, duh, Maer nikahkan sekalian,” saut Maer mencair suasana. Padahal Maer juga mempunyai anak angkat yang sekarang masih di turki dan berkebangsaan turki.
''Semua sudah sepakat. Untuk Eva dan Deniz persiapkan diri kalian untuk pernikahan. untuk persiapan yang lainnya biar kami yang mengurusnya,'' saut Daniel suami Maer .
''Semua sudah jelas, kalau begitu kami pamit, hari sudah sore.'' pamit Daniel.
Semua berdiri dan berjalan ke luar . Maer dan Daniel serta via dan juga Deniz bersalaman dengan keluarga Eva sebelum pulang, setelahnya Deniz menghampiri Eva untuk berpamitan.
“Va, Aku pulang dulu ya,” pamit Deniz melihat Eva yang sedikit menunduk malu.
''Iya, hati-hati, tapi hapeku dan tasku mana?'' tanya Eva malu.
''Astagfirullah...! Aku hampir lupa, tas kamu ada di mobil tapi hape kamu ada di rumah. Bagaimana kalau besok saja,” 
“Ngeselin lo ya, itu hape sudah seminggu lebih,” rajuk Eva. 
“Iya, maaf. Nanti aku kembalikan. Begini saja.” Deniz merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya.
''Sementara kamu gunakan hapeku, nanti aku pakai hape kamu, bagaimana?” 
''Memangnya tidak apa-apa? Nanti ada cewek kamu telepon, terus chat cewek-cewek kamu bagaimana?”  
“Eum…” Deniz sedikit ragu memberikan ponselnya. Tapi ia sudah yakin dengan pilihan sang mama. 
“Kan, kamu saja ragu. Hapus dan blok semua chat dari pacar kamu dan foto-fotonya. Berani tidak?” 
“Hayo loh, berani tidak?” goda Via diiringi tawa semuanya. 
“Iya, iya. Harus dong, aku sudah punya calon istri, ya harus berani hapus semua.” Deniz tidak ragu menghapus semua nomor kontak mantan dan wanita lain serta foto-foto wanita cantik di ponselnya dan hanya menyisakan foto dirinya, Eva dan foto keluarga saja. 
"Nah, begitu dong,” ujar Eva mengambil ponsel Daniz.

Book Comment (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    1d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters