logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 5 TANGGUNG JAWAB

“Belum selesai gosipnya?” tanya Deniz yang sedari tadi menunggu Eva dan dua sahabatnya yang sedang membereskan barang-barang milik Eva sambil bercerita dan bercanda, dan itu membuat Deniz Kesal.
“Sebentar lagi, Dok,'' jawab Harita mengambil tas milik Eva.
"Ayo, Va!" ajak Adisty.
''Sebentar, Dis, gue balas pesan Antoni dulu.”Eva fokus melihat layar ponselnya sambil mengetik pesan dan itu membuat Deniz semakin kesal.
Deniz merasa kesabarannya habis pun merebut ponsel Eva.“Aku dari tadi sudah nunggu kamu! Ini malah asyik main hape,'' Kesal Deniz menatap Eva kesal.
''Gue gak minta lo buat anterin pulang! Jadi, balikin ponsel gue!'' Cerocos Eva berusaha mengambil ponselnya.
''Kamu bisa tidak ngomongnya jangan lo gue, lo gue, gak sopan sama yang lebih tua. Dan kamu itu masih tanggung jawabku karena kejadian kemarin. Kamu juga masih pasienku, jadi kamu harus nurut. Paham!''
''Ok, kalau itu mau lo, eh, kamu,'' balas Eva membalikkan badan Deniz, kemudian Eva naik di atas kursi dan merangkul Deniz. 
Deniz heran dengan apa yang di lakukan Eva, sedangkan Adisty dan Harita hanya tertawa karena Eva berani dengan dokter Deniz.
''Maksud kamu apa? Aku gak mau gendong kamu ya, ” balas Deniz sembari melepaskan tangan Eva.
“Jadi gak mau. Katanya tanggung jawab, aku Gue laporin polisi tidur baru tau rasa!'' Eva kemudian langsung naik ke punggung Deniz. 
''Gendong aku sampai mobilmu, ayo jalan!'' Eva menepuk punggung Deniz. Deniz terpaksa menggendong Eva menuju mobilnya.
''Memamgnya enak gue kerjain,” batin Eva di gondongan Deniz.
''Sial! ini anak berat juga,” batin Deniz sambil terus berjalan menelusuri lorong rumah sakit sambil menahan malu, karena menjadi bahan tontonan para tenaga medis serta para pasien di rumah sakit.
''Deniz,'' panggil Eva di gendongannya.
''Heum.''
''Rambut kamu wangi, pakai minyak rambut apa?”
“Tidak usah banyak tanya, aku buang juga nanti kamu ke kolam ikan.” Deniz sedikit menggertak Eva.
“Nggak mau!”Eva langsung mengeratkan pegangannya.
Eva meletakkan dagunya di pundak Deniz. Deniz sedikit gugup saat melirik Eva karena pipi mereka hampir saling bersentuhan.
“Turun,” perintah Deniz saat sampai di depan ruang tunggu rumah sakit.
“Tunggu disini,”titah Deniz melihat Eva, Eva hanya mengangguk kemudian ia menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. Eva, Harita dan Adisty tertawa saat Deniz sudah jauh.
''Lo bisa aja ngerjain dokter Deniz." kekeh Adisty.
''Kapan lagi ngerjain bule KW!'' Semuanya tertawa membuat Satpam rumah sakit menegur mereka.
''Ssstttt! Ini rumah sakit!''
''Maaf, Pak,” jawab Eva menyunggingkan senyumannya
“Eva!” panggil Indi. 
Eva pun menoleh ke arah sumber suara.“Apa?”
''Tagihan rumah sakit siapa yang bayar?''tanya Indi sedikit bingung lantaran tagihan biaya adiknya sudah lunas.
"Itu yang nabrak gue kemarin,“ jawab Eva menunjuk mobil Deniz.
“Dokter Deniz!”gumam Indi karena Indi tidak mengetahui jika Deniz yang menyerempet adiknya.
“Kenapa?”tanya Eva melihat indi terdiam.
''Gak! Gak apa-apa, tanya aja,” jawabnya santai, Indi bersyukur orang yang menabraknya bertanggung jawab.
“Ya sudah, aku masuk.” Indi kembali masuk kedalam rumah sakit'
Tak lama mobil yang dikendarai Deniz datang, Deniz keluar memasukkan tas Eva ke bagasi mobil. 
''Ayo pulang!'' Titah Deniz pada Eva setelah selesai meletakkan tas di bagasi mobil.
Deniz membuka pintu bagian depan untuk Eva.“Masuk,” ucap Deniz.
"Eva, aku sama Harita pulang naik motor, kamu baik-baik sama Dokter Deniz,” ucap Adisty sambil menggandeng harita.
''Lah, lo gak ikut naik mobil?'' Eva melihat kedua sahabatnya.
“Kalau ikut kamu, motor kita dikemanakan Maria Mercedes,”jawab Harita dan Adisty bersamaan.
"Terus gue balik sendiri bareng dia?" Eva menunjuk Deniz.
"Iya!" jawab mereka bersamaan.
"Banyak drama!" Deniz mendorong Eva masuk kedalam mobil.
"Apaan sih,” pekik Eva pada. Namun, Deniz tidak bergeming dan menutup pintu mobilnya sedikit kasar. sementara itu Adisty dan Harita hanya terkekeh melihat wajah Eva yang kesal.
''Da-da Eva!'' Ledek Adisty dan Harita saat mobil Deniz perlahan melaju, sedangkan Eva mengepalkan tangannya ke arah Harita dan Adisty.
Baru keluar dari area parkiran, Deniz memberhentikan mobilnya karena Eva tidak menggunakan sabuk pengaman. Deniz mendekat ke arah Eva untuk menarik sabuk pengamannya
Srreeett.
''Eh,” cicit Eva terkejut.
''Pakai sabuk pengaman,” saut Deniz sambil melirik Eva yang jaraknya wajah mereka sangat dekat.
''Sial! Matanya cantik banget,” batin Deniz yang berusaha menetralkan kegugupannya saat melihat mata indah Eva. Setelah selesai memasangkan sabuk pengaman, Deniz kembali melajukan mobilnya.
Eva diam-diam melirik Deniz sambil menghirup aroma wangi parfum yang digunakan Deniz.“ Astaga, wangi banget. Pantes saja banyak suster yang kesel pas aku minta gendong,” batin Eva yang juga menyembunyikan kegugupannya.
Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam. Eva ingin sekali meminta ponselnya pada Deniz. Tetapi, ia tidak berani memintanya. Eva mengumpulkan keberaniannya untuk meminta ponselnya pada Deniz.
“Deniz, hapeku mana?” tanya Eva menarik pelan lengan baju Deniz.
''Nanti, ada di kantong celanaku,'' jawab Deniz santai. 
Tanpa izin Eva langsung merogoh kantong celana Deniz dan membuat Deniz terkejut
“Heh...! Mau ngapain?” tanya Deniz khawatir Eva menyentuh bagian sensitifnya.
''Mana sih?" Gumam Eva seperti tanpa dosa dan terus mencari cari ponsel di kantong celana Deniz dan tidak sengaja memegang sesuatu yang sangat berharga dari dirinya sebagai laki-laki.
''Apa ini? Kok bulet?''
''Stop!!" Teriak Deniz. Seketika Eva menarik tangannya, kemudian Deniz menepikan mobilnya.
“Kamu…,” geram Deniz menatap tajam Eva.
''Heh! Kenapa kamu marah. Mana hapeku!”
Deniz hanya diam dan melanjutkan mengemudi. Deniz kesal karena Eva sudah berani memegang bagian sensitifnya dan membuat dirinya tidak bisa berkonsentrasi. 
“Itu tadi bulet apa?" tanya Eva tanpa dosa.
“Menurutmu, aku dengan sengaja membawa bola pimpong,” jawab asal Deniz.
“Maaf, tapi balikin hapeku,” ucap Eva tidak sabar ingin ponselnya dikembalikan.
Deniz hanya diam dan terus melajukan mobilnya sambil mengambil ponsel Eva lalu melemparkannya ke pangkuan Eva.
"Kasar banget sih,” cicit Eva melihat kesal Deniz.
Eva asyik dengan ponselnya dan tertawa sambil membalas pesan dari dua sahabatnya. Ia tidak tahu jika Deniz begitu kesal denganya. Deniz merasa terganggu dengan tawa Eva. Deniz pun merebut paksa ponsel Eva.
“Heh, apaan sih main rebut lagi,” protes Eva.
''Apa!" Deniz mengantongi ponsel Eva di kantong celananya.
''Balikin!'' Eva menarik-narik lengan Deniz.
“Diam, kamu mau kita celaka?” Deniz memegang tangan Eva.
''Balikin hapeku!” Eva masih menarik lengan Deniz.
“Stop, Kamu mau kita kecelakaan?” teriak Deniz emosi dan itu seketika sukses membuat Eva terdiam. 
Eva melepaskan tangannya dari lengan Deniz laku bersandar, matanya berkaca-kaca karena baru pertama kali ia dibentak seseorang.

Book Comment (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    2d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters