logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 35 Bencana!

Senja merebahkan badannya di atas kasur empuk. Adinda mendengus geli. Melemparkan handuk ke gadis itu, "Bersih-bersih dulu gih."
Senja membalikan badannya. Mengerang malas. Mau tak mau, Adinda menarik lengan Senja agar bangkit dari kasur.
"Cuci muka, ganti baju. Jangan langsung tidur." kata Adinda.
Senja mengerang. Berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan menghentakkan kakinya kesal. Adinda hanya terkekeh geli melihat tingkah Senja.
Sejak balikan dengan Almer, Adinda juga dekat dengan Senja. Gadis itu sudah tahu bagaimana sifat Senja. Termasuk manja. Adinda seperti memiliki adik perempuan bila sudah bersama Senja.
Adinda membuka pintu kamar hotelnya saat mendengar ketukan. Dengan senyuman manis, Adinda menerima satu plastik jajanan dari Almer.
"Itu ada buat kamu sama Senja," Matanya melirik ke kanan dan kiri, "Mana anak itu?"
Adinda menunjuk pintu kamar mandi. Almer mengangguk mengerti. Tak ayal mendengus geli, "Biasanya malesan dia."
"Itu aja aku tarik dulu."
Almer terkekeh. Mengusap rambut Adinda sebentar, Almer pun pamit kembali ke kamarnya. Adinda menutup pintu kamar hotelnya kembali.
Setiap satu kamar diisi oleh dua anak. Mereka hanya menginap dua malam, setelahnya akan berpindah ke villa keluarga salah satu teman angkatan mereka yang bisa digunakan. Sekaligus meringankan pengeluaran penginapan.
Senja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Matanya melirik camilan penuh minat. "Waahh.. Pasti Al ya?"
Adinda mengangguk. "Mau makan malem lagi nggak?"
Senja menggeleng. Ia membuka ciki kesukaannya. "Abis ini mau tidur aja. Gue ngantuk sumpah."
Adinda mengangguk mengerti. Dirinya pun kembali fokus menonton film romansa. Sesekali melirik Senja yang menikmati camilannya sambil menggerutu pada ponselnya sendiri.
"Arghea?"
Senja menoleh. Mengangguk samar. Helaan nafas kembali keluar dari bibirnya. "Dia belum baca chat gue."
Adinda mengulum bibirnya. "Mungkin dia sibuk," Adinda tersenyum lembut, "Abisin cikinya baru tidur. Mata lo udah merah banget, Senja."
Senja mengangguk.
Memikirkan Arghea malah membuat pikirannya tidak bisa berhenti berpikir. Bahkan perasaannya sudah gelisah tak karuan. Namun, matanya terlalu berat untuk diajak kompromi. Setelah cikinya habis, Senja langsung memilih tidur.
Adinda melirik jam dinding. Mengambil jaket yang tergantung di lemari, gadis itu keluar kamar hotelnya.
Tok tok tok
Adinda menunduk. Memasukan tangannya ke dalam saku jaket. Menengok ke kiri dan kanan. Seluruh lorong sepi.
"Hei. Kenapa?"
Adinda tersenyum, "Ngobrol di kantin?"
Almer menengok ke dalam sebentar kemudian mengangguk. Menggenggam tangan Adinda, Almer membawa mereka ke lantai satu dimana kantin hotel berada.
Adinda dan Almer menikmati kopi sambil menatap sekeliling hotel yang sedikit sepi karena tengah malam. Almer berdehem, "Ada apa?"
Adinda menatap Almer serius. "Arghea. Dia kenapa? Kamu tau kan?"
Almer terdiam.
"Al?"
Almer menghembuskan nafasnya berat. "Dia nggak bisa dateng. Ada urusan katanya. Aku juga nggak tau urusannya apa." jawabnya.
Adinda menatap Almer lamat. Senyuman terbit diwajahnya. Mengusap tangan Almer lembut, "Senja kesel banget keliatannya. Seenggaknya kasih tau Arghea untuk ngabarin Senja. Jangan ngilang gitu aja."
"Aku tau."
Adinda masih tersenyum. Almer mengalihkan pandangannya. Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak secara normal karena melihat senyuman Adinda. Gila. Almer benar-benar gila.
"Ah, kamu sama Aksa," Adinda menatap Almer menggoda, "Udah ada kemajuan? Mengingat kalian dapet sekamar."
Almer cemberut.
"Dia nyebelin. Aku mending diem aja."
Adinda tergelak. Almer tersenyum mendengar tawa Adinda yang begitu indah dipendengarannya.
"Aksa emang nyebelin sih. Tapi dia baik, Al. Semua butuh waktu. Nanti juga perasaan dia biasa aja," Adinda melirik Almer sebentar, "Selain karena nggak cinta sama dia, alesan aku nolak Aksa karena perasaan dia belum setegas perasaan kamu ke aku."
"Maksudnya?"
Adinda tersenyum lembut. "Dia. Aksa masih punya bayang-bayang dia sampai detik ini."
Almer menaikan kedua alisnya. Menatap Adinda penasaran sekaligus tidak mengerti maksud ucapan Adinda.
"Gretta. Sahabat kalian. Aksa masih punya rasa yang belum tuntas sama gadis itu," Adinda mengecup tangan Almer, "Dan aku nggak mau nerima orang yang masih punya perasaan ke masa lalunya."
Almer terenyuh. Selama ini Adinda memang tidak terang-terangan mengatakan bahwa ia mencintai dirinya. Namun, Almer bisa merasakan perasaan Adinda. Terutama perasaan tulus dan cemburunya pada gadis lain yang dekat dengannya.
"Aku cinta kamu, Din."
Adinda terkekeh, "So do i, Al."
Sepasang kekasih yang baru balikan itu menghabiskan waktu berdua di kantin hotel. Bersenda gurau sambil sesekali meledek satu sama lain. Laksana yang memang awalnya ingin membeli kopi dan beberapa camilan pun menyaksikan kedekatan gadis yang ia sukai itu.
Laksana menekan tombol lift. Melirik arlojinya sebentar. Alisnya terangkat satu begitu pintu lift terbuka. Gadis di dalam lift pun terkejut.
Laksana masuk ke dalam lift. Gerakan tangannya menahan Senja dengan wajah mengantuknya itu keluar dari lift. Pintu lift tertutup kembali.
Senja menoleh, "Gue mau beli minum."
Laksana mengangkat plastik kecil ditangannya. Tatapannya kembali lurus ke depan. Senja mencebikkan bibirnya sebal. Tidak mengerti dengan segala tingkah Laksana selama ini.
"Kita ngapain ke lantai paling atas?" tanya Senja menyatukan alisnya. Laksana menipiskan bibirnya, "Katanya rooftopnya bagus. Emang udah di set buat nyantai."
"Tapi kan nggak tengah lewat malem juga, kampret." gumam Senja pelan.
Laksana yang masih mendengar gumaman Senja menahan tawanya. Bibirnya berkedut pelan. Merasa gemas dengan gadis disebelahnya.
Begitu sadar apa yang ia pikirkan, Laksana berdehem pelan. Merutuki diri sendiri karena sudah berpikir seperti itu.
Ting!
Laksana memegang pergelangan tangan Senja lalu membawa gadis itu menuju rooftop hotel. Senja melirik tangannya kemudian beralih menatap Laksana dari belakang karena cowok itu berjalan duluan didepannya. Senja yakin ia sudah memasang ekspresi terbodoh yang ia punya.
"Sini aja ya."
senja mengangguk pelan sambil mendudukan bokongnya di bangku. Tepat disebelah Laksana. Keheningan masih tercipta diantara keduanya.
"Senja,"
"Asa,"
Keduanya berdehem pelan. Laksana membiarkan Senja untuk berbicara duluan. Senja tersenyum paksa, merapihkan beberapa helai rambut yang berantakan karena hembusan angin malam.
Senja melirik Laksana sekilas, "Jadi.. kita ngapain disini?"
"Nyantai. Gue males di kamar. Apalagi sekamar sama Anggur merah."
"Anggur merah?"
Laksana mengangguk pelan, "Amer."
Senja spontan memukul lengan Laksana. Matanya melotot sebal, "Almer! Kurang huruf L aja beda arti ya!"
Laksana mendengus. mengendikan bahu acuh seakan tidak peduli bahkan kalau Almer menghilang dari dunia ini. Senja menoleh. Matanya sibuk memperhatikan wajah Laksana yang tidak kalah ganteng dari Arghea. Ah, bahkan sebelum bertemu Arghea, Senja memang tertarik dengan cogan ini.
"Lo ganteng tau, Sa. Lo tau kan?"
Laksana melirik Senja. Hampir saja ia tergelak karena ceplosan dari mulut Senja. Entah mengapa ia merasakan perutnya geli dan merasa senang karena ucapan Senja.
Senja menyentil dahi Laksana. "Kenapa lo senyum sendiri?"
Laksana mendelik, "Brisik. Nih minum."
Senja menerima soda dari Laksana. Ikut menatap langit malam seperti Laksana. Senja jadi mengingat Arghea kembali. Hembusan nafas panjang lolos dari bibirnya yang membuat Laksana menengok sebentar.
"Kenapa lo?"
Senja menggeleng. Meneguk sodanya sebentar, Senja memiringkan badannya. Memberikan tatapan yang bagi Laksana terlihat mengerikan. Senja seperti tante-tante pedofil yang siap menerkamnya!
Laksana memundurkan badannya. Memasang raut wajah cemas, "Kenapa lo? Mau apa lo?!"
Senja memajukan tubuhnya. Dalam hati tertawa kencang karena bisa membuat Laksana memasang ekspresi ketakutan alih-alih wajah dinginnya seperti biasa. Dengan gerakan pelan, Senja menyentuh pipi Laksana dengan jari telunjuknya. Turun ke leher dan berhenti di dada cowok itu.
Senja menyeringai, "Asa.."
Laksana berdehem. Dalam hati mengumpat. Matanya benar-benar menatap Senja was-was. Selain melihat wajah Senja yang mengerikan, Laksana juga teringat gosip kalau Senja penikmat para cogan sebelum akhirnya pacaran dengan Arghea.
Senja memajukan wajahnya. Laksana berani bertaruh, ia lebih suka mengikuti balapan daripada harus berhadapan dengan Senja sedekat ini. Bahkan ia bisa merasakan nafas Senja yang hangat. Sial, jantungnya berdebar tak karuan.
Senja menatap Laksana dalam. Laksana mengumpat lagi, ia tenggelam dalam iris yang begitu jernih milik Senja. Sedikit senti saja, Laksana memejamkan matanya.
Dahi Laksana mengkerut saat tidak juga merasakan apa-apa. Begitu ia membuka matanya, Laksana bisa melihat Senja yang sedang menahan tawanya. Detik berikutnya tawa Senja pecah.
Senja kembali duduk seperti biasa. Masih menertawakan ekspresi Laksana yang jarang ia lihat. Wajah Senja memerah karena terlalu banyak tertawa. Bahkan gadis itu mengusap sudut matanya yang berair.
Laksana mendengus. Tanpa sadar, cowok itu menarik tengkuk Senja dan menempelkan bibirnya pada bibir tipis milik Senja. Senja melotot kaget. Tubuhnya menegang, sulit untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.
Melumatnya sebentar, Laksana melepaskan bibirnya. Matanya masih menatap manik Senja dalam. Pikiran Senja kosong. Jantungnya berdetak tak karuan. Tanpa berkata sepatah kata pun, Senja berlari keluar rooftop.
"Sen–"
Laksana meremas rambutnya. Merutuki dirinya sendiri. Terdiam sebentar, Laksana tersenyum kecil. Ia masih ingat rasa manis pada bibir Senja. Katakan ia sudah gila karena mencium pacar orang. Terlebih pacar kakak tirinya sendiri. Namun, Laksana merasa menyukai tindakan konyolnya barusan.
...............
Senja membuka matanya perlahan saat cahaya matahari menembus jendela kamar hotel. Terdengar pula suara shower menyala dengan suara senandung yang begitu merdu.
Senja mengambil ponsel diatas nakas. Pukul 8 pagi. Senja menyandar pada sandaran kasur dan menghela nafas panjang saat belum juga mendapat balasan pesan dar Ob Arghea. Enggan moodnya hancur di pag IJ hari, Senja memilih bangun dari kasurnya dan menghirup udara pagi dari balkon kamarnya. Sekaliam menunggu Adinda selesai mandi dan bergantian memakai kamar mandi.
"Senja? Mandi gih,"
Senja menoleh, "Oh udah? kirain masih sejam lagi." sindir Senja. Adinda mendengus, "Buruan. Abis itu kita turun ke kantin, sarapan."
"Udah jam setengah 9 loh!" seru Senja dari dalam kamar mandi.
"Yang penting makan biar bayar juga!"
"Oke!"
Hampir limabelas menit Senja berada di dalam kamar mandi. Bahkan Adinda sampai gemas sendiri mengetuk pintu kamar mandi berkali-kali. Almer juga sudah mampir hampir empat kali sampai akhirnya menuju kantin hotel lebih dulu bersama teman-temannya.
Senja dan Adinda bersebelahan di dalam lift. Adinda memakai dress selutut berwarna hijau pastel. Sedangkan Senja memakai hotpants dan hoodie oversized warna lilac. Semua orang bisa melihat siapa yang feminim dan siapa yang tomboy. Terutama Senja mencepol rambutnya tinggi-tinggi.
"Itu mereka. Yuk," kata Adinda menarik lengan Senja menuju meja Almer.
Setelah menitip ponsel, kedua gadis itu mengambil sarapan mereka. Meja mereka diisi oleh Almer, Reza, Agil, Riga, Adinda dan Senja.
Senja menatap Agil terang-terangan, "Kenapa lo, Gil? ngeliatin gue mulu. suka ya lo?!" tuding Senja. Agil tersedak. Buru-buru meminum es jeruknya.
"Paan sih lo."
Reza hanya menyeringai. Senja beralih menatap Almer penuh selidik, "Al, Gege nggak ngabarin lo sama sekali?"
Almer menggeleng kaku. Matanya melirik Adinda yang membalas tatapannya. Senja mendengus, ia tahu Almer sedang berbohong. Cowok itu selalu buruk dalam hal berbohong. Karena malas berdebat, Senja pun melanjutkan sarapannya.
"Asa!" seru Senja tanpa tau malu.
Laksana yang sedang berjalan menuju meja gerombolannya sempat menoleh sebentar. Alisnya naik sebelah seakan bertanya ada apa. Senja buru-buru bangun dari bangku, "Gue ada urusan. Nanti kalau udah pada ngumpul chat gue ya, Din."
Senja menarik lengan Laksana. Tentu saja itu membuat banyak orang menatapnya bingung bercampur penasaran. Terutama anak Ocrux dan Almer dkk. Selama yang mereka tau, kedua manusia itu tidak pernah akur barang sedetik. Selalu ada ledekan satu sama lain. Bahkan perdebatan tak penting. Lalu sekarang apa yang mereka liat? keduanya seperti dekat.
Senja mengajak Laksana menuju taman bagian samping hotel. Keduanya duduk di ayunan besi yang muat untuk empat orang dewasa. Saling berhadapan, Senja menatap Laksana dalam.
"Sa,"
Senja menggigit bibir bawahnya. Sedikit ragu namun akhirnya suaranya kembali terdengar, "Lo tau kan dimana Gege?"
Laksana sekilas merasa ganjal pada perasaannya saat mendengar Senja memanggilnya pagi ini karena penasaran dengan Arghea. Laksana merutuk dalam hati, apaan sih lo, Sa. Jelaslah dia nanya, orang pacarnya.
"Sa," panggil Senja menggoyangkan lengan Laksana.
Laksana bahkan tidak sadar bahwa gadis itu sudah berada disebelahnya. Laksana menghembuskan nafas panjang. Kepalanya menggeleng pelan, ia sama sekali tidak berbohong. Laksana tidak tau Arghea sedang dimana.
"Nggak tau."
Senja melepaskan tangannya dari lengan Laksana. Tatapan matanya menjadi sendu. Senja berdecak pelan, "Lo bohong ya?"
Laksana menatap Senja datar. "Nggak guna boong sama lo. Lagian sejak kapan gue peduli hidup anak itu?"
"Ta–"
"Kalo udah selesai nanya, gue mau ke kantin. Laper." sela Laksana cepat.
Senja hanya diam menatap punggung Laksana yang menjauhi taman hotel. Hembusan nafas panjang pun lagi lagi terdengar.
Pikiran Senja sudah dipenuhi berbagai macam spekulasi. Entah tentang kondisi Arghea, bahkan sampai berpikir ketidakhadiran Arghea di perjalanan kali ini karena bersangkutan dengan gadis yang mengaku dihamili oleh Arghea.
Sialan! Ini bencana bagi otak dan perasaannya! Senja menggelengkan kepalanya berkali-kali. Mengatakan dalam hati kalau Arghea bisa saja sibuk dengan perusahaan milik ayahnya.
"Tapi kan.. sebelum lulus sekolah, perusahaannya masih di handle tangan kanan bokapnya." gumam Senja.
Senja mengerang kesal. Ia mengetuk kepalanya pelan pada tiang ayunan. Sialan, ia begitu benci bila harus berspekulasi sendirian tanpa fakta. Kalau begini, selain otak dan perasaannya, kepercayaannya pada Arghea dan hubungan mereka akan terkena imbasnya.
Dasar cogan nggak tau diri! ngilang aja, sialan! rutuk Senja.

Book Comment (47)

  • avatar
    Yxztna_28

    Avv aku jadi gasabar sama kelanjutannya nihh kira² Senja bakal sama gege ato sama siapa ya tapi kalo diliat dari judulnya sih sama laksana😐udh seneng bgt waktu deket sama gege tapi aku baru sadar kalo judulnya laksana senja tapi aku suka bgt ama ceritanya semangat kk aku tunggu kelanjutan ceritanyaa😊😊

    30/12/2021

      1
  • avatar
    hariyani34Sri

    Bener bener bagus ceritanya huhu jadi pengen kayak senja yang kuat banget 🥺 lanjut part selanjutnya ya semangat author 🙏❤️

    26/12/2021

      0
  • avatar
    Zuzuki

    Yes,i liko this story this moment

    22/12

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters