logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 2 H-1

Senja masih terpejam walau gorden silver kamarnya sudah terbuka lebar. Bahkan Biru mematikan AC kamar Senja dan membiarkan kaca jendela kamar Senja terbuka lebar. Namun gadis itu tampak tidak terganggu sama sekali dengan sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya.
Biru melompat ke atas kasur dan menggoyangkan tubuh Senja yang membuat si empu mengerang kesal. Senja menendang-nendang ke segala arah sambil mengumpati abangnya itu.
"Abang ah!"
"Abang ih aku masih ngantuk!"
"Biru Mahesa!"
Biru masih belum berhenti menjahili Senja. Bibirnya tak henti tertawa geli.
"PAPA BUNDA! ABANG GANGGUIN ADEK MULU IH!!!" teriak Senja nyaring sambil menangis memukuli Biru dengan bantal.
Biru malah semakin tertawa kencang melihat ekspresi Senja yang sangat lucu baginya. Senja yang sudah emosi pun menendang Biru hingga jatuh tersungkur dari atas kasur.
"Mampus lo! Sono!"
Biru mengaduh sambil mengusap keningnya yang mencium lantai. Untung kamar Senja ada karpet berbulu yang lumayan membantu. Kalau tidak, Biru pastikan rasanya semakin sakit.
Biru berdiri dari posisi jatuhnya tadi. Ia menyeringai saat melihat Senja yang kembali memejamkan matanya. Tanpa dosa, Biru menggigit pipi chubby Senja gemas lalu kabur dari kamar gadis itu.
"BIRU BANGSAT LO YA SAKIT ANJING!"
"SENJA MAHESA! MULUTNYA MAU BUNDA CABEIN YA!"
"BIRU MAHESA! JANGAN GANGGU ADEK KAMU!"
Senja yang sudah tidak mood itu menangis kencang sambil berjalan ke arah kamar mandi. Ia memilih mandi setelah itu membalas perbuatan Biru. Sedang Biru yang membuat heboh rumah pagi ini hanya tertawa puas masuk ke dalam kamarnya.
Langit mendengus, "Anak kamu demen banget gangguin anak aku sih!"
Utari mendelik. "Anak kamu noh kasar banget mulutnya."
"Lah sama kayak kamu dulu."
Utari menaruh cangkir kopi Langit dengan kesal. Ia memajukan wajahnya, "Nggak ada ronde selanjutnya malam ini!" tegas Utari kemudian meninggalkan Langit yang hendak protes.
"Bun!"
"Bunda! Kok gitu?!"
"Utari Prameswari kesayangan Langit!"
BRAK!
Langit berdehem mendengar bantingan pintu kamar. Ia mengusap dadanya, "Emang bener bayangan gue sama dia dulu sebelum kawin. Rumah bakalan rame." gumam Langit kemudian menyeruput kopinya.
Langit menyemburkan kopinya. Ia mendelik, "UTARI KAMU MAU JADI ISTRI DURHAKA NGASIH GAREM KE KOPI SUAMI HAH?!"
"BODOAMAT!"
Langit mengerang sebal lalu membuat kopi hitam sendiri. Kalau sudah begini, ia harus membawa martabak keju dan jasuke mozzarella kesukaan sang istri agar lebih jinak kembali.
Senja sudah keluar dari kamar mandi. Ia pun sudah memakai celana jeans longgar dengan tanktop putih yang dipadukan dengan kemeja flanel oversized miliknya.
Senja memakai skincare pada wajahnya lalu memakai lipbalm pada bibir tipisnya. Tak lupa ia mengikat rambutnya.
"Perfect," gumam Senja menyambar tas kecil berisikan ponsel dan dompetnya.
Hari ini ia ingin berkeliling Kota Bandung sebelum besok harus pindah ke Kota Tangerang. Senja membuka pintu kamar Biru tanpa izin.
Kamar cowok itu tampak sangat rapih. Biru memang rajin bangun pagi dan membereskan kamarnya sendiri. Senja bisa mendengar Biru sedang bernyanyi di dalam kamar mandi. Suara shower pun terdengar jelas.
Senja mengetuk pintu kamar Biru, "Abang."
Suara shower berhenti. Terdengar sahutan Biru dari dalam kamar mandi. "Apa?"
"Temenin aku ke toko buku sama sekalian keliling ya?"
"Gue mau jalan sama temen."
Senja mendengus, "Fine!" kesal Senja. Biru pun tampaknya kembali sibuk di dalam sana. Senja mengedarkan pandangannya lalu menyeringai.
Gadis itu tanpa dosa melempar semua bantal dan guling ke sembarang arah. Menghancurkan sprei kasur Biru. Tak lupa memberantaki meja belajar milik Biru.
Senja bahkan menyemproti seluruh kamar Biru dengan parfum cowok itu yang membuat isinya hampir habis. Dan jangan lupakan keranjang baju kotor yang ia hamburkan di atas kasur. Senja mengambil kolor biru dengan pandangan jijik dan menaruhnya di pembatas balkon.
Biar aja jadi pajangan! Malu-malu sono kalau ada tetangga liat! Pikir Senja.
Senja membulatkan matanya begitu mendengar suara shower kembali mati. Gadis itu buru-buru keluar kamar Biru.
"Pa? Bunda mana?"
Langit yang sedang mengerjakan laporan itu menoleh, "Di kamar. Kamu mau kemana, Dek?"
"Jalan."
"Sama siapa?"
Senja cemberut, "Sendiri."
"Hati-hati. Biru mau ngapain emangnya?" tanya Langit.
Senja yang mendengar nama Biru disebut pun kembali terkejut. Ia buru-buru izin pada Langit dan meminta uang tambahan.
"Adek jalan ya, Pa. Assalamualaikum." kata Senja buru-buru keluar rumah. Baru saja membuka pintu rumah, teriakan Biru sudah memenuhi seisi rumah.
"SENJA MAHESA! KAMPRET YA LO! DASAR BABI NGEPET! KAMAR GUE LO APAIN SIALAN!"
Langit menatap Senja yang terdiam di daun pintu. Sedang gadis itu menyengir, "Ups," ringisnya lalu segera menghilang.
"Sen–"
BRAK!
Langit meremas rambutnya. Pagi ini memang benar-benar ramai. Baru saja Langit terkejut dengan teriakan Biru dan bantingan pintu Senja, istrinya pun ikut bertingkah.
Utari membuka pintu kamar dengan wajah garang. Ia memegang sapu lidi seakan siap memukul siapa saja yang berani melawannya.
"Bun, kamu ngapain?"
"Kenapa sih dua anak itu berisik banget daritadi! Kasar-kasar pula!"
Langit meringis, "Nggak tahu."
"Kamu juga! Bukannya misahin malah ngopi aja!"
Langit membelalak, "Kok jadi aku?!"
Utari mengibaskan tangannya. Ia kembali masuk ke dalam kamar, meninggalkan Langit yang ingin berteriak frustasi melihat seisi rumah yang bertingkah aneh pagi ini.
Biru menahan emosinya yang memuncak. Rasanya ia ingin membuang adiknya itu ke tembok cina! Biar ia tidak bisa kembali lagi ke rumah ini. Sialan. Ia sudah membereskan seluruh kamarnya! Tapi anak laknat itu malah menghancurkan kamarnya.
"Astaga! Kolor spiderman gue!" gumam Biru mengambil kolor kotornya yang ada di balkon lalu menaruhnya di keranjang kotor.
Cowok itu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur setelah kembali membereskan kamarnya. Padahal niat hati setelah mandi ia akan bersantai kemudian menuju kafe sesuai jam janjian.
Senja sialan emang. Adek laknat! Umpat Biru.
Disisi lain, Senja sudah sibuk berkeliling toko buku. Di keranjangnya sudah ada tiga novel. Satu novel fantasi, satu novel romansa, dan satu lagi novel horor.
Matanya masih ingin mencari mangsa. Ia rasa setelah mendapatkan dua novel lagi, ia baru akan makan siang.
"Senja?"
Senja yang sedang membaca sinopsis novel bergenre romansa itu menoleh, keningnya mengerut dalam. Mencoba mengingat siapa gadis di sebelahnya ini.
Gadis itu tampaknya mengerti. Ia terkekeh, "Gue Radisa."
Radisa?
Senja tersenyum lebar, "Oh! Radisa!" balas Senja. Senja mengumpat dalam hati, ia sama sekali belum mengingat siapa itu Radisa.
Radisa mengangguk. Ia melirik novel yang di pegang oleh Senja. Radisa berdehem, "Sendirian? Biru mana?"
Senja memiringkan kepalanya, ia ingat siapa Radisa ini pada akhirnya. Salah satu penggemar Biru dari sekolah tetangga. Senja meringis, banyak sekali gadis yang ingin berteman dengan dirinya agar bisa dekat dengan Biru. Kurangajar!
"Iya. Dia mau jalan katanya."
"Sama siapa? Pacarnya?"
Senja menggeleng, "Nggak tahu. Temennya kali. Dia nggak punya pacar."
Radisa tersenyum lebar. Ia membuka tasnya lalu memberikan dua cokelat batang pada Senja.
"Tadi gue abis beli cokelat, tapi ternyata adek sepupu gue nggak suka. Ini buat lo sama Biru." kata Radisa malu-malu. Senja menerima cokelat itu, "Makasih ya."
"Sama-sama. Salam buat Biru ya, gue duluan."
"Oke."
Senja tersenyum miring saat Radisa pergi. Ia menatap cokelat itu lalu mengendikan bahu acuh. Sori Radisa. Tapi Abang gue nggak terlalu suka manis apalagi cokelat. Terpaksa dua-duanya buat gue.
Senja menaruh dua novel tambahan ke dalam keranjang lalu segera menuju kasir. Setelah membayar novel, kakinya melangkah ke McD.
Senja memakan lunch sambil menonton drakor di ponselnya. Suasana McD cukup ramai, sepertinya hanya dia yang sendirian dalam satu meja. Menyedihkan.
Andai saja ia memiliki pacar yang ganteng mirip aktor china favoritnya, atau setidaknya keren seperti aktor hollywood kesukaannya, dan bahkan setajir melintir seperti Kim Soo Hyun. Senja menggeleng, sepertinya ia mulai gila bila berandai-andai.
"Sori, boleh bagi tempat? Yang lain penuh banget."
Senja mengangkat wajahnya. Matanya berbinar melihat cogan yang berdiri di depannya ini. Bahkan seakan ada cahaya menyinari yang membuatnya terlihat slow motion.
"Halo?"
Senja mengerjapkan matanya lalu berdehem pelan. Ia hanya mengangguk. Cowok itu mengucapkan terimakasih lalu duduk di depannya. Senja kembali menonton drama korea dengan serius. Walaupun sesekali melirik cowok di depannya yang juga sibuk makan sambil memainkan ponselnya.
"Gue tahu gue ganteng."
Uhuk uhuk uhuk..
Senja menerima sodoran minum dari cowok itu. Ia menepuk dadanya berkali-kali. Sial, rasa malu dan sakit pada dadanya terasa sekali. Bisa-bisanya ia tersedak! Apalagi ada beberapa butir nasi yang ikut terlempar keluar dari mulutnya. Memalukan. Sangat memalukan.
Senja berdehem, "Maaf." cicit Senja.
Cowok itu mengangkat alisnya sebelah, "Buat?"
"Buat.. Itu," jawab Senja menunjuk butiran-butiran nasi yang berantakan di dekat makanan cowok itu.
Cowok itu berdehem. Sebenarnya ia baru menyadarinya, dan sedikit jijik. Namun tak apa, ia memaksakan sebuah senyuman.
"Nggak papa. Nggak kena nasi gue kok."
"Tapi.."
"Nggak papa," balas cowok itu kembali melanjutkan makannya. Begitu cowok itu menyedot pepsinya, Senja membulatkan matanya.
Maaf, cogan. Nasi gue juga ada mampir masuk ke minuman lo.
Senja meringis pelan. Cowok itu sadar, "Ada apa?"
Senja menyodorkan minumannya, "Ini buat lo. Punya lo buat gue aja. Tadi kan gue udah minum pas keselek." kata Senja. Cowok itu menggeleng, "Nggak papa."
"Tapi–"
"It's okay."
Senja menggebrak mejanya. Cowok itu terkejut. Senja berdecak, "Nasi gue masuk ke minuman lo juga." kata Senja cepat.
Senja melambaikan tangannya di depan wajah ganteng itu. Sialan, ni anak kesambet apa gimana?!
"Maksud lo.. Nasi lo ada di minuman gue.."
Senja mengangguk.
"Gue nitip tas sama hp." kata cowok itu buru-buru. Senja melihat ia masuk ke dalam toilet.
Senja menghembuskan nafas, "Bukan salah gue. Gue udah nyoba ngomong dari awal." gumam Senja kembali melanjutkan makan siangnya. Tentu saja menukar pepsi mereka.
Setelah kejadian memalukan tadi, tak ada yang bersuara satu pun. Bahkan hingga lunch Senja habis, gadis itu enggan menatap cogan di depannya.
Ia masih malu.
"Tunggu," kata cowok itu menahan Senja yang sudah ingin pergi.
Senja mengangkat alisnya sebelah. Ia bingung saat cowok itu malah membuka ponselnya. Seketika Senja merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya saat cowok itu menyodorkan ponselnya.
"Nomor lo."
Senja menyimpan nomornya. Memastikan wajahnya tidak semerah kepiting rebus, ia mengembalikan ponsel cowok itu. Cowok itu tersenyum.
"Gue Aiden, by the way."
"Senja." balas Senja malu-malu. Senja berdehem, "Gue duluan. Bye."
Senja keluar dari McD dengan wajah sumringah. Ia menggosokan kedua telapak tangannya gugup dengan senyuman selebar joker. Ya Tuhan, Senja mau berteriak rasanya! Mimpi apa dia semalam sampai ada cogan meminta nomornya!
Langkahnya tiba-tiba berhenti. Ia teringat mimpinya semalam. Ia memimpikan Christian dalam film fifty shades of grey.
"Ya Allah, maafin Senja. Nggak maksud, tapi si Christ hot banget!" pekik Senja tertahan melanjutkan langkahnya keluar Mall.
Gadis itu tidak tahu saja bila ia mengigau dan ketahuan sang ayah. Langit pun enggan membahas itu, ia pusing sendiri menghadapi hasil kerja rodinya dengan sang istri.
...............
Disinilah Senja. Menikmati angin sore di salah satu taman kota. Senja menatap langit yang sudah menguning, sesekali menjilati ice cream cone yang sempat ia beli tadi.
"Sebentar lagi musim hujan. Padahal lebih seru di Bandung." gumam Senja malas.
Ia memikirkan lingkungan baru itu. Senja ingat, saat dirinya patah hati ketika duduk di bangku kelas sepuluh, bunda menceritakan sebuah kisah romansa yang sedikit banyak membuat Senja terpukau.
Sebuah hubungan jarak jauh bertahun-tahun tanpa pernah bertemu sebelumnya dan bertemu saat keduanya sudah sukses dan siap membangun rumah tangga. Hubungan yang sangat banyak perjuangan dan pengorbanan itu bahkan sering putus nyambung. Entah karena hadirnya orang ketiga, kesalahpahaman, atau bahkan rasa bosan. Namun keduanya saling kembali dan memaafkan kesalahan mereka satu sama lain. Bahkan untuk mencapai jenjang yang lebih serius, keduanya sangat berjuang mendapatkan restu dari kedua belah pihak. Masing-masing mereka yang sudah dijodohkan dengan oranglain itu saling berjuang dan akhirnya mendapat sebuah restu.
Senja sempat bertanya, darimana bundanya mengetahui kisah itu. Rupanya itu adalah kisah kedua orangtuanya.
Senja percaya bundanya memang secinta itu dengan sang ayah. Tak peduli sebanyak apapun Langit berbuat kesalahan, Utari selalu menerima pria itu. Begitupun sebaliknya, tak peduli Utari tidak peka atau bahkan seringkali sulit memahami Langit, Langit tetap ingin Utari seorang di dalam hidupnya.
Senja menghembuskan nafas panjang kesekian kalinya. Ia memikirkan kisahnya sendiri. Apa mungkin ia bisa mendapatkan pasangan seperti Langit? Atau mungkinkah ia sanggup menjadi Utari yang ikhlas dalam mencintai?
Senja mendengus, "Boro-boro pacar. Gebetan aja nggak ada." kesal Senja, "Kasian banget gue," ringisnya.
Ponsel gadis itu berdering. Senja menggeser layar ponselnya tanpa melihat caller id. Telinganya seketika berdengung saat mendengar teriakan sang bunda.
"SENJA MAHESA! PULANG SEKARANG JUGA! BESOK KITA PINDAHAN DAN BISA-BISANYA KAMU BELUM RAPIHIN BARANG-BARANG KAMU?! MAU BUNDA SITA HP KAMU HAH?! MAU BUN–" senja menjauhkan ponselnya, mengusap telinganya sebentar.
"...SAR KAMU YA! CEPET BALIK ATAU BUNDA NGGAK KASIH JAJAN DUA BULAN!"
tut tut tut..
Senja berdecak pelan. Sebenarnya bundanya itu ada masalah apa sih dengan dirinya? Kok sepertinya sangat menyebalkan. Giliran Biru saja, disayang-sayang!
Senja memesan ojek online untuk pulang ke rumah. Tak lupa membeli roll potato dan jasuke mozzarella kesukaan sang bunda sebagai sogokan.

Book Comment (47)

  • avatar
    Yxztna_28

    Avv aku jadi gasabar sama kelanjutannya nihh kira² Senja bakal sama gege ato sama siapa ya tapi kalo diliat dari judulnya sih sama laksana😐udh seneng bgt waktu deket sama gege tapi aku baru sadar kalo judulnya laksana senja tapi aku suka bgt ama ceritanya semangat kk aku tunggu kelanjutan ceritanyaa😊😊

    30/12/2021

      1
  • avatar
    hariyani34Sri

    Bener bener bagus ceritanya huhu jadi pengen kayak senja yang kuat banget 🥺 lanjut part selanjutnya ya semangat author 🙏❤️

    26/12/2021

      0
  • avatar
    Zuzuki

    Yes,i liko this story this moment

    22/12

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters