logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

8. Berlatih

Yui dan Light hanya bisa diam melihat kakaknya pergi. Terutama Light yang merasa Rafael sangat keras dalam melatih dirinya. Sementara Yui, dia cukup kesal dengan cara latihan yang diberikan Rafael selama ini. Intinya mereka berdua tidak menyukai Rafael.
“Baiklah kita berlatih lagi. Siapkan diri kalian aku tunggu di tempat biasa.” Rafael berjalan menuju padang rumput tempat latihan mereka.
Yui dan Light mengambil peralatan yang diperlukan dan segera ke tempat latihan. Mereka tidak bersemangat. Saat tiba di tempat latihan Rafael seperti sedang meditasi. Mereka diam saja di tempat dan menunggu.
“Apa yang kalian tunggu, lakukan latihan kalian,” kata Rafael.
Light mulai membentuk bola petir di tangannya, dipadatkan dan semakin membesar. Yui melihat Light yang mengendalikan petir dengan baik, lalu berbalik akan menuju ke pepohonan berbicara dengan kompasnya. Saat berbalik, Rafael mengatakan “Tunggu.” Sehingga Yui tetap di tempatnya.
“Gunakan kekuatan Seiryu, kekuatannya saja tanpa memanggil Seiryu, lalu serang Light,” perintah Rafael.
Yui hanya mengangguk dan mulai memanggil Seiryu dengan benaknya. Yui merasakan perubahan pada tubuhnya, kini dia bisa mengendalikan elemen kayu. Yui mengangkat tangannya dan berkonsentrasi mengendalikan rumput yang ada di sekitar Light.
Tentunya Light tidak tinggal diam, dia memanggil pedangnya dan mengalirkan petir pada pedangnya dan menebas rumput di sekitarnya.
“Light ... beri Aku waktu dulu,” teriak Yui yang belum berhasil mengendalikan rumput tapi sudah ditebas Light.
“Di mana - mana tidak ada yang mau menunggu musuhnya melukaimu terlebih dahulu, jika ada kesempatan gunakan itu,” jawab Light.
“Tapi ini latihan, biarkan Aku mengendalikan rumputku,” pinta Yui.
“Ya baiklah, cepat!” kata Light.
Yui berusaha mengendalikan rumput, dia memerintahkan rumput untuk menjerat kaki Light.
Bruk!
Yui terjatuh ke tanah dalam keadaan terlilit rumput yang dikendalikan olehnya.
“Kenapa begini!” teriak Yui. Menggeliat berusaha melepaskan diri dari jeratan rumput yang melilit kakinya.
Melihat Yui jatuh karena jurusnya sendiri Light tertawa. “Kau itu mau menyerang lawan apa diri sendiri.”
“Bantu aku Light!” teriak Yui.
Light menebas rumput di kaki Yui, kini Yui bisa berdiri lagi. Ternyata tidak mudah mengendalikan alam. Beberapa kali mencoba, Yui berulang kali terjerat jurusnya sendiri dan Light terus membantu Yui keluar dari jebakannya sendiri.
Mereka berdua berlatih sudah cukup lama, matahari sudah berada tepat di atas kepala.
“Sudah cukup, kita istirahat dulu, ayo kembali ke rumah!” kata Rafael.
Yui kesal dengan Seiryu, dia masih belum mau menurut. Selesai makan siang tidak ada latihan lagi, mereka dibebaskan melakukan apapun yang mereka sukai. Jadi Yui memutuskan membaca buku. Seiryu bukanlah naga yang mudah dijinakkan. Dia mengakui Yui tapi masih belum mau menurut.
“Yui, kemarilah,” kata Rafael.
Yui mendekati Rafael.
“Dengar, Kau sudah bisa membuat kontrak dengan Seiryu tapi mengendalikan penjaga tidaklah mudah. Seiryu dia Naga yang angkuh, kau harus memujinya. Jika dia senang maka dia akan mau menurutimu,” kata Rafael.
Senyum berkembang di bibir Yui, “Itu bukan caraku Paman. Kita lihat siapa bosnya Aku atau naga itu, dan Paman benar mengendalikan Seiryu itu tidak mudah.”
Yui kembali duduk dan membaca bukunya. Rafael meninggalkan kedua anak kembar itu dan pergi. Dia ingin memeriksa sesuatu.
Mereka berdua terpaksa merasakan lagi makanan yang hampir tidak ada rasanya. Apa yang diharapkan dari masakan seorang pria yang tinggal sendirian. Hingga akhirnya Yui mengambil alih tugas memasak untuk mereka. Awalnya Yui mengira memasak itu mudah, tapi ternyata lebih sulit dari perkiraannya.
Rafael tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya. Yui kesal melihat dirinya ditertawakan. Ikan yang digoreng menjadi arang, sayur yang dia tumis asin luar biasa. Bahkan menanak nasi saja tinggal separo yang bisa dimakan, sisanya menjadi kerak yang keras.
“Tertawa saja terus, Paman,” kata Yui dengan kesal.
Sementara Rafael benar-benar tertawa sampai perutnya sakit.
“Paman terlihat manusiawi kalau tertawa,” batin Yui memperhatikan Rafael. Wajah Rafael cukup tampan, walaupun tidak setampan ayahnya. Saat tertawa wajah seram Rafael menghilang. Di mata Yui justru terlihat menawan. Tanpa Yui sadari dia tersenyum.
“Sudahlah, kita sarapan seadanya saja,” kata Rafael mengambil alih dapur. Dia menggoreng telur dan merebus beberapa daun. Mengambil nasi yang bisa dimakan dan menyiapkan semuanya di meja makan.
“PR buatmu Yui, belajarlah memasak. Nanti aku belikan buku resepnya,” kata Rafael yang masih tersisa senyuman di wajahnya. “panggil Light kita sarapan bersama.”
Light turun dan ikut sarapan, dia mengomentari ikan yang setengah gosong. Dan segera mendapatkan sendok melayang ke wajahnya. Kini dia tahu masakan Yui lebih parah dari masakan Rafael. Setidaknya meskipun rasanya kurang, masakan Rafael masih bisa dinikmati dan dimakan.
Yui dan light kembali berlatih, sementara Rafael dia tidak bisa menemani si kembar berlatih. Ada urusan katanya dan dia pergi setelah sarapan.
“Hei Yui, kita berada di tengah hutan, kau tahu dua orang anak di tengah hutan tanpa pengawasan orang dewasa. Bagaimana kalau ada harimau menerkam kita?” tanya Light mulai merasa takut. Dia baru menyadari bahwa saat ini mereka berdua diawasi puluhan mata yang haus darah.
“Kau punya elemen petirkan, panggang saja mereka kita jadikan makan malam,” jawab Yui cuek dengan tatapan di balik pepohonan.
Perlahan mereka yang berada di balik pepohonan menampakkan diri. Sekumpulan serigala yang haus darah dan ingin memangsa kedua bocah yang sedang berada di padang rumput.
“Yui, itu serigala!” Light berdiri di belakang Yui.
“Light, harusnya Aku yang sembunyi, kau ‘kan laki-laki,” gerutu Yui yang juga takut melihat serigala tersebut.
Ada sepuluh ekor serigala yang siap menerkam mereka berdua.
“Tapi aku takut, memangnya kita pernah bertarung sungguhan? Kita hanya berlatih, beda atmosfernya,” kata Light.
“Lalu bagaimana, kita lari saja?” tanya Yui. Serigala mulai mendekat saat mereka berdua sedang berdebat.
“Mungkin ide bagus, tapi bagaimana kalau kita berlatih saja hari ini dengan hewan buas rasanya juga menarik,” kata Light yang tiba-tiba rasa takutnya hilang dan ingin mencoba petirnya pada makhluk hidup sungguhan.
“Benar juga ya, sesekali kita coba kemampuan kita, ide bagus kamu mau yang mana?” kata Yui.
Seekor serigala melompat dan akan menerkam Yui, yang langsung mendapat sebuah tendangan tepat di perut serigala tersebut.
“Tunggu dulu kita belum memutuskan mau diapakan kalian!” bentak Yui pada para serigala itu.
“Sepertinya mereka lemah, ayo hajar mereka Yui,” Light menyeringai dengan senyuman jahatnya.
Para serigala salah menemukan mangsa. Sepuluh serigala dihajar dengan tangan kosong oleh kedua bocah itu. Mereka Pun lari menyelamatkan diri sebelum rantai makanan berpindah.
“Wah daging kita kabur!” seru Yui.
“Bagaimana kalau berburu?” ajak Light yang dengan senang hati disambut oleh Yui.
Kedua bocah itu mencari binatang yang dagingnya enak dimakan. Tujuannya kelinci atau binatang merumput lainnya. Hari itu para binatang buas menemukan lawan yang lebih buas dari mereka. Harimau pun tak berani mendekat. Yui menangkap kelinci dengan kemampuan Seiryu menggunakan jebakan ranting dan ikatan rumput. Mereka pulang membawa tiga ekor kelinci dan seekor rusa.

Book Comment (303)

  • avatar
    Kakanay

    Karya author kece badai ini ngga diragukan lagi! Cerita fantasi yang keren ini bakal nemenin hari-hari jadi makin seru!! 😍💖🥰❤

    27/07/2022

      0
  • avatar
    MumtazAprilya

    yaAllah bgs bgt crta nya..serasa masuk k dunia crystal😃 btw ka.ini sampe episode brpa ya?.

    09/04/2022

      1
  • avatar
    Astirizka Maulidina

    sangat menyukai cerita fantasi dan cerita ini sangattt menarik, di tunggu kelanjutan ceritanya kak

    23/01/2022

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters