logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

7. Seiryu (3)

Mereka berusaha merapikan kembali semua kekacauan yang terjadi. Sebaik apapun yang mereka lakukan tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Beberapa goresan bekas cakar naga, perabot yang hancur juga tidak bisa dikembalikan lagi.
Serapi apapun yang mereka lakukan ruangan tersebut masih terlihat berantakan karena banyaknya perabot yang rusak. Karena lelah mereka pergi tidur dan akan minta maaf besok pagi. Yui masuk ke kamar Rosaline dan Light bersama Yuasa. Keduanya langsung tertidur karena kelelahan.
Malam sudah sangat larut saat Rafael pulang. Dia terkejut melihat rumahnya seperti kapal pecah. Semua sudah tidur tinggal Rosaline yang memang sengaja menunggu kedatangannya. Rosaline menceritakan semua yang terjadi. Dan Rafael hanya menghela napas panjang.
“Sudahlah, Rosaline kau juga harus tidur. Istirahatlah.” Rafael duduk di ruang tamu yang sudah tidak layak disebut ruang tamu.
“Repair,” kata yang terucap oleh Rafael disertai kabut hitam. Saat kabut itu hilang ruangan kembali seperti semula seakan tidak pernah terjadi apapun.
“Jurus ini menguras tenaga, sebaiknya tidak digunakan lagi,” batin Rafael.
Pagi itu mereka bangun dan mendapati ruang tamu sudah rapi bahkan tidak terlihat ada bekas kekacauan yang terjadi semalam. Karena tidak ada bekas kekacauan, mereka juga tutup mulut dan tidak menyinggung apapun tentang yang terjadi tadi malam. Mereka sarapan dalam keadaan hening takut salah bicara dan menimbulkan kemurkaan Rafael. Rafael biasa saja sudah terlihat seram apalagi kalau marah.
Yui dan Light kembali ke padang rumput tempat berlatih mereka kemarin. Lagi-lagi Yui diminta berbicara dengan kompas. Sehingga dia memilih duduk di bawah pohon dan mengeluarkan kompas dari gelangnya. Sementara Light berlatih menggunakan petirnya. Yui sangat iri dengan Light dia juga ingin memiliki kristal biru dan bisa mengendalikan elemen. Kristal biru itu terlihat kuat dan keren. Dimata Yui, Light sangat beruntung.
Yui kembali menatap kompas di depannya dan dengan kesal dia berteriak, “Bicara padaku sekarang!”
“Apa yang kau inginkan?” suara yang keluar dari kompas yang membuat Yui terperanjat.
“Benar-benar bisa bicara!” Kini Yui mendekatkan kompas tersebut ke arah matanya.
“Pejamkan matamu,” suara dari kompas itu lagi. Yui pun menurut dan memejamkan mata. Yui merasakan sensasi yang berbeda dan dia membuka matanya. Naga yang tadi malam muncul di ruang tamu sekarang ada di hadapannya. Kali ini Yui melihat naga yang anggun berdiri dengan keempat kakinya. Tatapan mata tajam naga dan sikap angkuh khas naga terlihat jelas. Sayangnya semua itu belum cukup untuk membuat Yui takut.
“Jadi apa maumu?” tanya Yui tanpa basa-basi.
“Menarik, biasanya mereka pemilik kristal tanpa warna langsung ketakutan melihatku, hingga berakhir menjadi gila. Sebagian lagi menganggap kami tidak ada dan mengabaikannya sehingga seumur hidup mereka dianggap pecundang tidak berguna. Kau sungguh menarik, nyalimu besar,” kata naga itu yang menyeringai memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.
“Kalau begitu aku akan jadi majikanmu dan kau harus menurut!” kata Yui.
Suara raungan keluar dari naga itu, terlihat seperti tertawa. “Kau mau aku menjadi bawahanmu? Apa kau yakin?”
“Tentu, jangan panggil namaku Yui kalau aku tidak bisa menaklukanmu,” ucap Yui penuh percaya diri.
“Cobalah apa kau bisa melewati ujianku,” kata naga itu.
Dibawah kaki Yui muncul tunas-tunas kecil yang tumbuh sangat cepat. Yui berlari menghindari tunas tersebut. Dengan cepat dia memanggil busurnya. Busur hijau Yui melesat dan menghancurkan tunas tersebut. Lalu ranting-ranting mulai muncul berusaha menjerat Yui. Sekali lagi dengan busurnya dia menghancurkan ranting. Satu yang Yui ingat, bahwa dia adalah pemilik kristal jadi kali ini dia menembakkan anak panah energi ke arah naga. Panah itu terhenti seakan ada barrier yang menghadang.
“Bukan hanya nyali yang besar, tenagamu juga besar,” ucap naga itu.
Yui bahkan tidak mengerti kenapa energinya terasa sangat banyak dan mampu menembakkan panah energi. “Apa tempat ini memaksimalkan kemampuan, kalau begitu apa kemampuan kristal tanpa warna?” kata Yui dalam hati.
Yui masih berlari dan menghindari serangan tanaman Seiryu. Yui mengingat-ingat buku yang pernah dibacanya tentang elemen kayu. Elemen kayu tidak tahan api, tapi Yui juga bukan pengguna api. Masih sambil menghindari serangan kali ini Yui berencana naik ke tempat yang lebih tinggi. Lompatan lincah Yui satu demi satu tanjakan dia lewati dengan mudah.
Saat berada di ketinggian yang hampir sama dengan sang naga, Yui melesatkan anak panah tepat ke arah pijakan sang naga tersebut. Tanah retak dan membuat naga itu terpaksa terbang. Dan semua serangan tanaman naga tersebut menghilang.
“Namamu Yui, baiklah aku mengakuimu,” kata naga itu.
“Jadi kau mau jadi bawahanku?” kata Yui yang berdiri di hadapan sang naga.
“Bagaimana kalau partner, kurasa lebih baik,” kata naga itu.
“Hm ... baiklah partner. Kurasa aku suka,” balas Yui senyum terkembang di wajah cantiknya.
“Panggil saja namaku saat kau memerlukan bantuanku,” kata Seiryu yang mulai memudar. Sementara salah satu kristal di gelangnya berubah menjadi warna hijau. Sebuah kontrak telah dibuat dengan penjaga arah mata angin timur, Seiryu.
Yui membuka matanya, dia masih berada di tempatnya semula, di bawah pohon rindang dekat kolam. Di depannya kini berdiri seseorang yang tinggi besar menatapnya dengan tatapan tajam.
“Selamat Yui, kau berhasil,” ucap Rafael yang berusaha tersenyum lalu memalingkan muka. Dia sepertinya tidak pernah tersenyum.
“Terimakasih Paman,” balas Yui dengan senyum manis di wajahnya. “Ternyata paman tidak seram dia hanya jarang berinteraksi, lucu,” batin Yui yang melihat sikap Rafael.
Light terkapar di padang rumput saat Yui mendekatinya. “Kau kenapa Light?” tanya Yui.
“Paman itu seperti monster, aku tidak dibiarkan istirahat. Kakiku kram, bisa panggilkan kakak,” jawab Light. Yui hanya mengangguk dan segera pergi ke arah rumah.
“Kau tidak bisa terus mengandalkan kakakmu, Yuasa akan kembali besok dan kalian berdua tetap berlatih di sini, biasakan tubuhmu,” kata Rafael yang segera meninggalkan Light yang tidak bisa bergerak.
“Tidak punya hati, tidak punya belas kasihan, mana ada yang kuat dengan cara berlatih seperti ini,” umpat Light yang hanya diucapkan dalam hati. Dia takut menyinggung Rafael dan terkena hukuman yang lebih parah.
Yuasa datang dan menyembuhkan Light. “Kakak akan meninggalkan kami bersama orang itu?” tanya Light.
“Paman orangnya baik, kau tidak perlu cemas,” jawab Yuasa.
“Baik darimana? Kakak yang terlalu baik pada semua orang,” gerutu Light.
“Nanti kau juga terbiasa, Paman hanya kaku saja tapi dia sebenarnya baik,” balas Yuasa. “Nah sudah selesai, gerakkan badanmu,” pinta Yuasa.
Light menggerakkan badannya, tidak lagi terasa sakit dan kramnya juga sudah hilang. “Terimakasih kak,” ucap Light.
“Ayo ke rumah,” ajak Yuasa. Kedua adiknya mengikutinya.
Hari ini Yuasa meninggalkan rumah Rafael dan kembali ke ibukota. Berat rasanya meninggalkan si kembar bersama Rafael di tengah hutan. Kedua adiknya terbiasa dengan pelayan dan kehidupan istana yang nyaman. Dan sekarang mereka harus berusaha mandiri.
“Pergilah, jangan khawatirkan si kembar, mereka akan baik-baik saja,” ucap Rafael.

Book Comment (303)

  • avatar
    Kakanay

    Karya author kece badai ini ngga diragukan lagi! Cerita fantasi yang keren ini bakal nemenin hari-hari jadi makin seru!! 😍💖🥰❤

    27/07/2022

      0
  • avatar
    MumtazAprilya

    yaAllah bgs bgt crta nya..serasa masuk k dunia crystal😃 btw ka.ini sampe episode brpa ya?.

    09/04/2022

      1
  • avatar
    Astirizka Maulidina

    sangat menyukai cerita fantasi dan cerita ini sangattt menarik, di tunggu kelanjutan ceritanya kak

    23/01/2022

      1
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters