logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

7.Tamu Tak Tahu Diri

"Nis, Al sudah tidur?" tanya Mas Ryan saat menyusulku yang tengah menemani anaknya untuk tidur.
"Sudah kenapa?"
"Bisa minta tolong?"
Aku mengangguk, perlahan dengan hati-hati turun dari atas ranjang agar Alshad tidak sampai terbangun.
"Buatkan mas kopi ya, sekalian antar ke ruang kerja mas." Pintanya ketika aku sudah berada didekatnya lalu menutup pintu kamar.
Kembali aku mengangguk dan segera melakukan perintahnya. Mas Ryan, dia langsung menuju ruang kerjanya yang berada tepat di depan kamar utama.
"Lembur, Mas?" tanyaku saat mengantar dan menaruh kopi pesanannya di atas meja.
"Iya, terimakasih. Kamu tidur duluan saja nggak apa-apa, mas masih lama kayaknya." Ucapnya mungkin yang melihatku masih berdiam diri di sini.
Aku pun menuruti ucapannya karena memang tidak tahu harus ngapain di sini. Baru akan beranjak keluar terdengar suara bel berbunyi, tanda jika ada tamu yang datang. "Mas, ada nyuruh orang datang?" tanyaku karena aku merasa sedang tidak ada janji temu dengan seseorang.
Mas Ryan terlihat menggelengkan kepala, ini sudah pukul 9 malam lewat mustahil jika ada orang bertamu di jam segini, bel itu berbunyi lagi aku segera pergi untuk melihat siapa yang sudah bertamu malam-malam.
Tidak langsung membukakan pintu, aku memilih untuk mengintip dari balik gorden jendela guna memastikan siapa yang datang. Terlihat sosok perempuan dewasa dengan pakaian yang menurutku sedikit terbuka jika dikenakannya di malam hari begini, apalagi saat sedang bertamu. Apa dia nggak takut masuk angin, batinku.
Karena terlalu asyik memperhatikannya, aku sampai lupa untuk membukakan pintu.
"Lama banget sih, buka pintunya! Nggak tau apa di luar dingin," cerocosnya ketika aku membuka sedikit pintu dan hanya sebagian badanku saja yang terlihat.
Aku mengerutkan kening, kaget dan juga heran siapa sebenarnya wanita ini, kenapa datang langsung marah-marah?.
"Awas! Aku mau masuk!" serunya lagi sambil mendorong pintu.
Beruntung aku sigap menahannya dan tetap tidak membuka lebar pintu ini, "Mbak ini siapa? Malam-malam datang ke rumah orang main nyelonong saja, di mana sopan santun Mbak sebagai tamu?"
"Kamu!" geramnya sambil menunjuk wajahku, "nggak tau siapa aku?" tunjuknya pada diri sendiri.
"Nggak penting saya tau siapa Mbak, yang penting itu ngapain Mbaknya datang ke rumah saya dan marah-marah nggak jelas begini? Di mana sopan santun Mbak." Balasku tegas.
"Ryan!" teriaknya.
Tanpa kata langsung saja aku keluar dan menutup pintu rapat-rapat, aku nggak mau sampai anakku terbangun gara-gara mendengar teriakan dari wanita tak tahu diri ini.
"Katakan, apa keperluan Mbak datang ke sini dan segeralah pergi, karena saya cukup terganggu dengan kedatangan Mbak yang membuat keributan di rumah saya."
"Aku mau masuk, dan ketemu sama Ryan."
"Ada urusan apa Mbak sama suami saya?"
"Bukan urusanmu, cepat panggilkan dia karena aku hanya ada urusan dengan Ryan, bukan denganmu!"
"Oke akan saya panggilkan, tapi saya tidak mengijinkan Mbak untuk masuk ke rumah saya."
Dengan segera aku masuk rumah serta tak lupa mengunci pintunya dari dalam, aku takut kalau dia nekat masuk dan membuat keributan, "Mas, ada perempuan nyari'in mas."
Mas Ryan terlihat mengerutkan dahi, mungkin sedang berpikir siapa malam-malam begini yang datang dan ingin menemuinya, "Siapa?
Aku menghendikan bahu, "Nggak tau, mas lihat saja sendiri."
Segera kuikuti langkahnya dari belakang, sampai di depan pintu kusuruh pula Mas Ryan yang membukanya. Mas Ryan tersentak kaget saat tau siapa perempuan itu, raut cemas nampak jelas di wajahnya. Aku jadi semakin penasaran dengan sosok perempuan ini, sebab selama delapan bulan kami menikah baru pertama kali kami kedatangan tamu seorang perempuan yang mencari Mas Ryan.
"Ryan! Masa dia melarangku buat masuk rumah kamu," ucapnya lembut, beda sekali ketika sedang bersamaku tadi.
Mas Ryan terlihat salah tingkah dengan beberapa kali melirik ke arahku. sebenarnya siapa wanita ini, kenapa Mas Ryan seperti merasa tidak nyaman.
"Nis, i–ini sarah dia.... ”
"Mantan istrinya Ryan!" ucapnya lantang memotong ucapan Mas Ryan.
Jadi wanita ini? Pantas saja Mas Ryan terlihat canggung, nyatanya dia sudah kembali. Melihatku yang tak kunjung menyuruhnya masuk Mas Ryan yang berinisiatif membukakan pintu untuknya.
"Masuk, Sar," titahnya pada Sarah yang ternyata adalah mantan istrinya.
"Dari tadi kek," ketusnya sambil terus menggerutu berjalan menuju ruang tamu.
"Kenapa Mas menyuruhnya masuk? Apa pantas Mas menerima tamu perempuan malam-malam begini? Apalagi itu mantan istri mas sendiri?"
"Kasian Nis, masa disuruh duduk di luar."
"Itu lebih baik, Mas. Biar nggak timbul fitnah nantinya."
"Palingan dia cuma sebentar, toh ada kamu juga, kan?" bantah Mas Ryan.
"Terserah Mas, lah."
Aku lantas menyusul wanita yang bernama Sarah itu ke ruang tamu, kalau dilihat dari kelakuannya sama sekali nggak cocok bersanding dengan Mas Ryan yang cenderung dingin orangnya.
"Alshad mana, Yan?" tanyanya pada Mas Ryan, padahal ada aku yang duduk didekatnya.
"Sudah tidur, nggak lihat Mbak ini sudah jam berapa?" jawabku ketus.
"Kamu ada perlu apa, Sar?" tanya Mas Ryan akhirnya.
"Mau ketemu anakku lah."
Mau ketemu Anaknya dia bilang! selama ini ke mana saja tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar seenaknya saja dia pergi ninggalin Alshad yang saat itu masih sangat kecil. Di manakah hati nurani dia sebagai seorang ibu.
"Kenapa nggak dari sore ke sini? Ini sudah malam, Alshad juga sudah tidur kalau jam segini."
"Ya, mana aku tau kalau anak itu tidurnya jam segini, setau aku dulu tidurnya sama kayak kamu kan tengah malam baru bisa tidur."
Ada sedikit perasaan tidak suka setelah mendengar pengakuan dari Mbak Sarah, namun aku masih diam dan menyimak kedua orang ini yang tengah bercakap, ingin sekali menyahut tapi aku masih ingat sopan santun, jadi kuputuskan untuk tetap diam walaupun sebenarnya mulut ini sudah ingin mengeluarkan suaranya.
Kulihat Mas Ryan sampai menghembuskan napas kasar, "Mending kamu datang lagi besok sore, saat Al sudah pulang dari sekolah dan aku sama Nisya juga sudah ada di rumah."
"Kamu tega Yan, suruh aku pulang? Malam-malam begini?" ucapnya memelas.
"Aku mau nginap saja, biar besok bisa langsung ketemu sama Alshad, aku tidur sama dia juga nggak apa-apa malam ini," pintanya yang bersikeras ingin menginap di sini.
Sudah aku duga, sekarang tinggal menunggu respon Mas Ryan, apa akan mengijinkan Mbak Sarah menginap atau tidak.
"Nggak bisa Sar, gimana kalau ada tetangga yang lihat?" bagus, Mas Ryan menolaknya, batinku.
"Ini sudah malam, Yan. Pasti para tetangga juga sudah pada tidur, boleh ya? Masa kamu tega suruh aku pulang naik taksi malam-malam begini," ucapannya memelas kepada Mas Ryan.
Cukup, aku sudah nggak tahan untuk tidak menyahuti ucapannya, "Mbak, tadi datang ke sini sendiri, kan? Kenapa sekarang tidak berani pulang sendiri juga?"
Dia tidak menanggapi ucapanku, malah sibuk membujuk Mas Ryan supaya diizinkannya untuk menginap.
"Hanya malam ini!"
Aku jelas saja kaget mendengar keputusan Mas Ryan, tanpa meminta persetujuan dariku. Ternyata begitu mudah dia mengijinkan Mbak Sarah untuk menginap, apa selalu seperti ini mereka dulunya, hanya dengan menampilkan wajah memelas Mbak Sarah bisa mendapatkan apapun keinginannya kepada Mas Ryan.
Jangan dipikir aku akan diam saja, tidak! Aku bukan orang yang akan diam saja ketika ada yang semena-mena terhadapku, karena aku bukan wanita yang mudah ditindas, ingat itu!
"Nggak bisa!" tolakku.
"Nis, hanya malam ini biarkan saja Sarah menginap," Mas Ryan mencoba untuk membujukku.
"Tidak! aku tidak setuju," tegasku.
"Kasihan dia, Nis."
"Kasihan," Aku terkekeh mendengar ucapannya, "apa mantan istri Mas ini punya rasa kasihan, ketika meninggalkan kalian dulu? Dan sekarang setelah sekian tahun berlalu tiba-tiba dia datang dan Mas menerimanya begitu saja, tanpa minta persetujuanku sebagai istri Mas yang sekarang. Maaf jika ini terdengar kasar, Mas bodoh jika masih mengijinkan dia menginap di sini, biarpun itu cuma semalam."
Setelahnya aku meninggalkan mereka berdua, entah apa yang akan Mas Ryan lakukan terhadap mantan istrinya itu, tetap mengijinkannya menginap atau tidak, aku tidak perduli.

Book Comment (60)

  • avatar
    RafaaditiaRafaaditia

    pitar

    17d

      0
  • avatar
    KukusBralife

    bagus

    20d

      0
  • avatar
    Syifa SA

    good

    07/02/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters