logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

3. Perasaan Apa Ini?

"Nis, makan yuk!" Arsena menghampiriku saat jam istirahat tiba, dengan membawa dua buah kotak bekal tup***ware.
"Dikirim lagi?"
Dia mengangguk, "Iya, pokoknya sebelum aku maafin, pasti dia bakal kirim terus. Dia tau banget kalau aku lemah sama makanan buatannya, cuma disogok ginian aja udah bikin aku luluh, murahan banget ini perut."
"Kali ini gara-gara apa lagi?"
"Biasa, nggak usah ditanya," ketusnya sambil cemberut.
"Sekali-kali ngalah Sen, masak mau rebutan sama anak SMA, malu tuh sama anak didikmu."
"Kamu nggak tau aja Nis, betapa ngeselinya keponakannya itu, kelaminnya doang cowok tapi mulutnya subhanallah ngalah-ngalahin si Angel anak IPA 1 itu."
Sepertinya dia lagi ngambek sama pacarnya, terbukti sudah dua hari ini kulihat dia dikirim makanan oleh Samudra Biru, pacarnya yang memang punya hobby memasak. Masalahnya cukup lucu sih menurutku pasti karena berebut perhatian sama keponakannya Mas Biru.
Dari cerita Sena kalau keponakan Mas Biru itu sering banget mengganggu waktu kencan dia, ada saja yang dilakukan anak itu demi untuk membuat Sena jengkel, seperti sudah jadi hobby dia buat mengganggu Sena.
Aku akui, ini makanan emang enak banget, apalagi sushi buatannya, best banget sumpah ngalah-ngalahin sushi**i Surabaya. Keenakan Sena kalau dapat ginian tiap hari.
Lagi asyik-asyiknya makan ponselku kembali berdering, lagi-lagi nama yang sama tapi kali ini bukan pesan yang dia kirim, melainkan telepon langsung.
"iya, Mas?" jawabku setelah menggeser icon hijau di layar ponselku.
"Sudah makan?"
"Ini lagi makan."
"Sama apa?"
"Sushi, Sena yang bawa. Mas sendiri?"
"Belum, ya sudah selamat makan jangan lupa hubungin mas kalau sudah selesai ngajarnya."
Ini cuma begini doang? Fix Mas Ryan kurang kerjaan banget, pesan yang tadi pagi saja kubiarkan karena bingung mau bales apa, dan ini nggak biasanya dia telepon pas jam istirahat gini.
"Mas Ryan?" tanya Sena.
Aku hanya mengangguk, "Aneh banget sih, akhir-akhir ini sepertinya dia mulai gencar menunjukkan kedekatanya padaku."
"Ya bagus dong Nis, itu artinya dia sudah mau berusaha buat ngambil hatimu, kamu aja yang kurang peka."
"Entahlah, aku bingung Sen. Aku takut jika nanti malah membuatnya kecewa kalau tau aku yang sebenarnya."
"Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan Nis, emang kamu kenapa? Mulai sekarang belajarlah untuk menerima semua perhatian Mas Ryan, aku yakin kalau nantinya kalian akan bahagia jika waktunya tiba."
"Nggak segampang yang kamu ucapkan, Sen."
"Mudah, asal kamunya mau berusaha, beda lagi kalau kamu sudah apatis seperti ini."
"Aku nggak nyuruh kamu buat lupain 'dia', bagaimanapun dia punya tempat tersendiri di sudut hatimu, tapi sekarang situasinya sudah beda Nisya. Ada Mas Ryan dan juga Alshad yang sudah siap untuk bahagia bersama kamu. Yang lalu biarlah berlalu, cukup kamu kenang sebagai pengalaman hidup, sudah selesai. Jangan kamu bawa lagi kemasa yang sekarang karena hasilnya kamu akan stuck di sini aja, nggak akan bisa maju."
Ada benarnya sama apa yang dibilang Sena, mungkin ini sudah saatnya buat aku membuka diri kepada Mas Ryan, "Thanks Sen."
"your Wellcome, dimulai dari telepon Mas Ryan mungkin, bukanya kamu sudah nggak ada kelas ya? Tadi Mas Ryan suruh hubungin kan, kalau sudah selesai?"
"Ck, kamu nguping?"
"Nggak, cuma gak sengaja dengar aja sih," ucap Sena dengan cengirannya.
Aku lantas mengusir Sena dari hadapanku setelah selesai dengan makanan kami, sesuai saran dari Sena tadi, aku akan menghubungi Mas Ryan untuk menjemputku.
Tapi sebelum itu aku harus menyelesaikan tugasku dulu, agar besok nggak terlalu keteteran baru setelahnya aku akan kirim pesan saja pada Mas Ryan, itu pilihan terbaik dari pada harus bicara langsung lewat telepon.
"Sen, aku balik, ya," pamitku pada Sena yang masih terlihat sibuk di depan layar komputernya.
Sementara guru yang lainya sudah mengajar di kelas masing-masing, hanya tertinggal beberapa saja di ruang guru termasuk aku diantaranya.
"Hati-hati, dan ingat pesanku tadi." balas Sena sembari mengingatkan apa yang diutarakannya tadi kepadaku, aku hanya tersenyum dan mengangguk saja membalas ucapannya. Kulihat mobil Mas Ryan sudah terparkir rapi di samping pos penjagaan, sementara orangnya tengah berbincang bersama Pak Satpam tepat di depan pos jaga.
Saat melihat kedatanganku Mas Ryan lantas beranjak membukakan pintu penumpang untukku, lalu dia pamit kepada pak satpam yang sudah menemaninya mengobrol sambari menungguku.
"Kenapa nggak bilang pas mas telepon tadi?" tanyanya setelah melajukan kuda besinya menuju jalan raya.
"Tadi rencana mau periksa tugasnya anak-anak dulu, tapi nggak jadi nanti aja di rumah. Apa Nisya ganggu waktu kerja mas?"
"Nggak, kalau saja tadi bilangnya kita bisa makan siang bareng."
"Mas, belum makan?"
Mas Ryan hanya menggeleng dan masih tetap fokus sama jalan di depannya, sama sekali nggak menoleh ke arahku.
"Mau makan apa? Kita mampir dulu deh cari tempat makan, gimana?"
"Boleh deh, ke tempat yang biasa kamu makan aja, ya," usulnya.
"Jauh banget Mas, nanti kerjaan Mas gimana?"
"Mas udah ijin tadi."
"Tau gitu tadi Nisya pulang sendiri saja, kalau Mas mau ijin bolos."
"Beda, Mas ijin bukan bolos."
"Kalau keseringan Mas bisa dikatain makan gaji buta tahu." kataku, sedangkan Mas Ryan hanya tersenyum samar.
"Selama ini Mas nggak pernah sekalipun bolos, jadi kalaupun sekarang Mas bolos, nggak ada salahnya, kan."
Aku hanya mendengkus menanggapi ucapanya, tapi selanjutnya aku merasakan seperti suhu di dalam mobil ini semakin panas dan jantungku sepertinya ingin segera keluar dari singgasananya, sebab kurasakan detakannya semakin kencang.
Saat Mas Ryan dengan tiba-tiba mengusap puncak kepalaku dengan lembut, lalu tangannya turun dan mengambil jemariku untuk digenggamnya.
Aksinya itu sukses membuatku seperti patung saat ini. Aliran darahku seakan berpusat di wajahku, mungkin jika aku bisa melihatnya pasti sudah memerah. Semoga saja Mas Ryan tidak menyadari perubahan pada area wajahku, juga tidak bisa mendengar detakan jantungku yang sudah seperti genderang perang.

Book Comment (60)

  • avatar
    RafaaditiaRafaaditia

    pitar

    18d

      0
  • avatar
    KukusBralife

    bagus

    21d

      0
  • avatar
    Syifa SA

    good

    07/02/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters