logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 60 Kabur dari penculik

Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian.
"Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan.
"Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya.
"Iya, ini Adikku!" balas Adrian.
"Namamu siapa?" tanyanya lagi.
"Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani.
"Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian penasaran.
"Aku tidak tahu, setiap seminggu sekali mereka membawa dua atau tiga anak. Aku tidak tahu mereka akan membawanya kemana!" balas Rani.
"Oo," batin Adrian. Ia memandang Salmi di dalam gelapnya malam, "bagaimana jika Salmi dibawa mereka? Apa yang akan aku katakan kepada mama, papa, dan tante Amy juga om Soleh?" batin Adrian bingung.
Hujan masih terus mengguyur, suara rintikan hujan menerpa atap seng sehingga segalanya semakin mengerikan. Semua anak meringkuk dan tertidur, ada yang mengigau memanggil mama atau papa juga menangis ketakutan. Adrian melihat Rani berusaha untuk menghibur dan memeluk semua sahabatnya. Adrian membaringkan Rani di lantai dengan perlahan. Ia begitu penasaran berusaha untuk memanjat ke arah dinding papan, ia pernah belajar memanjat dinding dengan sang kakek Rangga.
Ia berusaha untuk mengintip dari celah tersebut, ia melihat tidak ada cahaya lampu apa pun di sana hanya sepi. Selain itu, hanya seorang penjaga dengan pistol. Selebihnya sepi tidak ada apa pun.
"Bagaimana caranya kami ke luar dari sini?" batin Adrian mulai berpikir. Ia pernah melihat papanya Yudi membuka pintu dengan jepit rambut mamanya. Kala ia menghilangkan kunci kamar.
Ia melihat Salmi memiliki jepitan rambut, ia mengambil jepit rambut milik Salmi dan mencoba membuka gembok yang sedikit longgar.
Klik!
Ia berhasil membukanya, "Apa yang kau lakukan?" tanya Rani.
"Aku mencoba kabur terserah dengan kalian," balas Adrian.
"Salmi! Salmi! Bangun," bisiknya.
"Ada apa Ian?" balas Salmi mengusap kedua matanya.
"Ssst, ayo kita pulang!"
"Apakah mama dan papa sudah datang?" tanya Salmi.
"Belum, kita kabur saja! Bagaimana jika mereka membuat kita jadi bakso? Apakah kamu mau?" tanya Adrian menakuti Salmi. Ia sangat yakin jika tidak ditakuti maka Salmi tidak akan mau pergi, sehingga ia berusaha untuk menakuti.
"Aku nggak mau!" balas Salmi langsung bangun.
Adrian melihat semua anak bangun, "Ayo, kita kabur mumpung penjaganya cuma satu dan tertidur!" balas Adrian, "tapi pelan-pelan!" lanjut Adrian.
"Adrian, kamu yakin?" tanya Rani.
"Iya," balas Andrian.
Mereka ke luar satu demi satu langsung mencoba berlari di tengah derasnya hujan dan petir. Semua anak sudah mulai menggigil, "Hei! Berhenti kalian! Jika tidak aku tembak!" teriak penjaga.
Anak-anak menjerit ketakutan dan berhenti kala si penjaga mengacungkan senjatanya Adrian dan Salmi juga Rani melempari dengan batu,
"Sial!" teriak penjaga memegang kepalanya yang berdarah.
Dor! Dor!
Si penjaga langsung menembakkan senjatanya, mereka melihat anak-anak ketakutan dan langsung berjalan tak tentu arah si penjaga langsung mencoba menangkap dan mengeluarkan anjing pelacak.
Anjing-anjing berlarian mengejar mereka, sebagian sudah tertangkap. Rani, Salmi, dan Adrian berlari sekencang-kencangnya menembus malam di tengah perkebunan karet di bawah petir dan hujan. Mereka berlari tak tentu arah, guk! Guk! Suara anjing terus mengejar mereka.
Bruk!
"Adrian!" teriak Salmi takut kala ia jatuh terjerembab tersandung akar pohon, Rani dan Adrian kembali memapahnya. Namun, Aargh! Seekor anjing besar sudah berada di depan mereka dengan air liur menetes terlihat dari cahaya petir, "Berjongkoklah!" perintah Rani. Ia langsung mengambil kayu dan melemparkannya sejauh dia bisa si anjing langsung melompat mengejar kayu tersebut.
Mereka berlari secepatnya, meninggalkan hutan dan bersembunyi kala cahaya mobil memasuki perkebunan, mereka mengintip dari balik parit kecil memperhatikan mobil jip melintas tepat melewati mereka, "Ada mobil! Bagaimana jika kita minta tolong?" ujar Rani.
"Jangan! Itu pasti mereka. Percayalah, kepadaku. Mana ada orang di tengah malam ke hutan kalau tidak teman mereka?" ujar Salmi.
Keduanya memandang Salmi, "Benar juga! Bagaimana dengan kakimu?" tanya Rani.
"Aku tidak apa-apa!" balas Salmi berbohong, "Ayo, kita jalan pelan-pelan lagi!" ajak Adrian, berusaha ke luar dari parit kecil kala melihat dua mobil menghilang dari balik tikungan. Adrian mengulurkan tangannya menarik kedua sahabatnya, mereka terus berlari mengikuti jalan di mana mobil memasuki perkebunan.
Duar! Duar! Petir menyambar di angkasa Salmi beringsut mendekati Adrian, "Jangan takut! Lebih takut jika kau dibuat jadi bakso, kau tidak bisa melihat papa dan mama lagi," hibur Adrian penuh sarkasme.
Salmin hanya menganggukan kepala,
Mereka melihat cahaya mobil lain, "Ayo, sembunyi!" teriak Salmi.
Ketiganya kembali tertelungkup di samak di samping jalan tanah. Mereka terus berlari mendapatkan sebuah jalan raya, dan terus berlari hingga ke kampung terdekat.
Baju mereka basah kuyup namun, kampung terlalu sepi dan mereka saling pandang, "Apakah tidak sebaiknya kita minta tolong pada mereka?" tanya Adrian melihat kedua sahabatnya.
"Aku tidak yakin mereka akan menolong kita. Aku yakin perkebunan ini adalah milik si penculik!" ujar Salmi.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Rani.
"Datukku di kampung punya perkebunan dan di tengah kebun banyak rumah pekerjanya. Jadi, kalau kita minta tolong mereka akan mengembalikan kita kepada si penculik. Ayo, kita lari lagi!" ujar Salmi.
Keduanya terus berlari hingga fajar menyingsing keduanya tak sanggup lagi berlari karena sudah masuk angin dan terjerembab jatuh di sebuah ladang di tengah petak sayuran.

Book Comment (105)

  • avatar
    AmeliaWidi

    cerita nyaa sangat bagus

    7h

      0
  • avatar
    AllBang

    👍👍👍👍👍

    14h

      0
  • avatar
    MarosAmoirnah

    rangga dan hamzah mmbuat rencna untuk mnjdohkn anak2 mrka

    14h

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters