logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

7

Adella pun berangkat ke terminal, untuk menunggu bus yang akan mengantarnya ke Jakarta. 15 menit menunggu, bus pun berangkat ke tempat tujuan. Adella duduk di bangku dekat jendela, inilah tempat favoritnya. Asal kalian tahu ya, Adella punya masalah sebenarnya dengan namanya kendaraan baik angkutan umum bahkan bus seperti saat ini dia naiki. Adella punya trauma??? Tentu bukan dia hanya suka mabuk di perjalanan. Untuk menghindarinya, Adella harus duduk di dekat jendela. Agar udara dapat meringankan rasa mabuknya. Adella tidak suka makan obat antimo, katanya sih suka bikin ngantuk. Kalian bagaimana???
Adella nyaman dengan posisinya saat ini. Hanya saja, hal itu punya efek samping ya. apa itu??? Masuk angin. Bayangkan saja, sepanjang perjalanan kalian selalu terkena udara dari luar. Apa yang akan terjadi. Tentu saja masuk angin kan. Hmm... dan untuk itu, sesampainya nanti di Jakarta. Dia harus menghangatkan tubuhnya, dengan cara meminum wedang jahe buatan sang nenek. Itu sudah menjadi rutinitasnya, setelah bepergian jauh.
Patung selamat datang telah ada di depan mata. Menandakan jika bus telah sampai di Jakarta. Jangan tanya Adella bagaimana keadaannya. Dia sedang asik melakukan video call bersama Reva.
“Gue udah sampai di Jakarta nih. Mungkin 30 menit lagi gue akan sampai di rumah nenek Mina” ucap Adella.
”Wih... asik dong. Salam ya untuk nenek Mina Dell. Bilangin sabtu nanti, aku datang berkunjung” balas Reva.
”Iya nanti aku sampaikan Rev. Kalau gitu sudah dulu ya. bye Reva” ucap Adella.
”Bye juga Dell” balas Reva.
Video call pun di matikan. Adella kembali fokus untuk melihat jalanan Jakarta. Baru beberapa bulan dia di Bandung. Dan Jakarta semakin padat saja. Kemacetan dimana-mana. Tentu polusi udara juga banyak, tak baik untuk kesehatan alat pernafasan kita. Adella terkadang berfikir, inilah saatnya kita gallakkan menanam pohon di setiap lahan yang ada.
Adella pun tiba, di tempat pemberhentian bus. Dia pun turun dan menuju ke rumah neneknya. O iya sedikit bocoran, rumah nenek Adella, terletak kurang lebih 2 km dari terminal pemberhentian bus. Jadi dari sini, dia menggunakan ojek online, yang telah di pesannya terlebih dahulu.
“Langsung ke tempat tujuan ya bang” ucap Adella.
”Iya mbak” balas driver ojek online.
Jalanan masuk ke kampung Adella, terbilang cukup mulus. Mulus namun bukan jalan aspal. Melainkan hanya jalan bebatuan yang berdebu. Beruntung tak ada jalan yang berlubang, sehingga keduanya tiba dengan selamat, 25 menit kemudian.
“Sudah sampai mbak” ucap driver ojek onlie.
”Iya mas, terima kasih” balas Adella.
Adella pun menuju ke rumahnya, setelah ojek online yang di pesannya pergi. Nenek sudah lebih dulu menunggu kedatangannya di teras rumah.
”Nenek, Adella pulang” ucap Adella.
”Iya nduk... masuk dulu yuk” balas Mina.
Keduanya pun masuk. Sepanjang mata Adella memandang, tak ada yang berbeda dari keadaan rumahnya, sejauh dia meninggalkan rumahnya.
“Nenek kabarnya bagaimana. Sehat saja kan nek” tanya Adella.
”Iya, sehat kok nak. Kamu” balas Mina.
”Aku juga nek. O iya nek, dapat salam dari Reva teman Adella di Bandung. Katanya sabtu depan dia akan berkunjung” ucap Adella.
”Salam balik nak. O iya.. baguslah kalau begitu” balas Mina.
”Adella sampai lupa, ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung” ucap Adella semabari memberikan bingkisan kepada Mina.
”Ini apa toh nduk, bawa bingkisan segala. Wis nggak usah repot-repot” balas Mina sembari membuka bingkisan tersebut. Dan kalian tahu isinya ada dua barang. Pertama, alat pijit elektrik dan sebuah gaun pesta simpel.
“Ini cantik sekali nduk. Pasti mahal harganya. Nenek nggak pantas memakainya, ini ma cocoknya kamu yang pakai nduk” lanjutnya.
“Aku juga punya kok nek, kita couple gitu loh. Orang bilang samaan ya itu” balas Adella.
“Nah ini gaun Adella. Serasikan sama punya nenek” lanjutnya.
”Iya nduk. Baiklah” balas Mina.
Adella senang karena sang nenek mau menerima gaun pemberiannya. Meskipun karena paksaannya, sang nenek mau menerimanya. Walau begitu tetap membuatnya tersenyum.
”Gaun ini nggak seberapa nek, dengan apa yang telah nenek lakukan untuk Adella, hingga sampai dititik ini. Ini baru awal nek, doakan Adella agar bisa membahagiakan nenek kelak dengan jerih paya Adella sendiri” batin Adella.
“Nek, udah bikinin Adel, wedang kan. Udah mual nih” tanya Adella.
”Ya sampai lupa, udah nenek buatkan. Ada di meja makan” balas Mina.
Adella pun menuju ke meja makan. Dan mengambil wedang jahe buatan sang nenek. Dia meminumnya secara perlahan-lahan, agar tak tersedak. Wedang jahe buatan sang nenek, memang tak ada duanya. Sangat lezat dan menyehatkan badan yang lelah sehabis perjalanan jauh dan makan angin yang berlebih.
“Kangen banget sama wedang ini. Buatan nenek memang paling enak deh. Nanti Adella minta diajarkan deh sama nenek. Berhubung masih di Jakarta nih. Nanti kalau di Bandung, tiba-tiba kepengen. Bisa buat sendiri” batinnya.
Adella pun menghabiskan segelas wedang jahe. Kemudian kembali ke ruang tamu dan menemui sang nenek yang sedang melipat cucian.
”Nanti Adella, yang lipat nek. Lebih baik nenek istirahat saja” ucap Adella.
”Jangan nduk. Lebih naik kamu yang istirahat. Kamu pasti lelah nduk, sehabis perjalanan jauh. Cucian juga nggak banyak kok. Ini mah udah biasa nenek lakukan” balas Mina.
”Adella nggak lelah kok nek, aku bantuin ya” ucap Adella.
”Nggak usah nduk, lebih baik kamu istirahat ya” balas Mina.
”Nggak nek, aku bisa kok bantu nenek” kekeh Adella.
Mina yang tahu sifat Adella yang keras kepala ini. Memilih mengizinkan saja. Karena jika di bantah, tak akan perna menemui titik temu. Kalian lihat saja sendiri, sedari tadi hanya berputar-putar saja, hanya karena persoalan melipat pakaian.
“Akhirnya selesai juga. Kamu tidur dulu ya nduk. Besok kamu mau kelilingkan” tanya Mina.
”Iya nek. Sudah lama Adella, nggak jalan-jalan di sekitaran kampung ini. Nenek mau iku” ajaknya.
“Nggak deh, nanti encok nenek kumat lagi. Kamu sendiri saja ya” balas Mina.
“Baiklah” ucap Adella.
Adella pun meninggalkan Mina di ruang tamu dan menuju ke kamarnya. Kamar yang beberapa bulan ini dia tinggalkan.
“Ridunya dengan kasurku ini. Akhirnya, bisa bertemu lagi kita browni” ucapnya sembari mengelus boneka beruang coklatnya.
Asal kalian tahu ya, beruang coklat itu adalah pemberian dari Dia. Dan sama seperti dengannya, dia juga mempunyai boneka beruang yang berwarna putih pemberian Adella. Ketebakkan mengapa Adella tidak bisa melupakan cintanya kepada Raihan. Karena kebersamaan singkat yang memberikan begitu banyak kenangan manis untuk Adella. Ada banyak kenangan yang keduanya ciptakan. Bahkan sampai perkara kecil pun ada. Jadi bagaimana mungkin Adella bisa melupakan sosok Raihan. Jika di hati dan pikirannya tersemat sejuta kenangan milik keduanya.
Adella tak pernah tahu, jika cintanya akan sedalam ini. Karena Raihan adalah cinta pertama untuknya. Adella tak pernah tahu sakitnya pata hati, sampai mengalaminya sendiri. Adella pun tak pernah tahu sakitnya di bohongi apa lagi dipermainkan seperti ini sampai kebenaran menyakitkan itu terkuak dengan sendirinya.
Apakah Adella, menyesal??? Jawaban tidak. Tak pernah ada rasa penyesalan yang begitu dalam di benaknya. Hanya rasa kecewa, itupun tak sedalam rasa cintanya.
Kalau kalian mencari Pushi, dia tak ada. Adella telah menitipkannya ke tempat penginapan hewan di Bandung. Kenapa?? Karena sang nenek alergi dengan hewan berbulu, terutama kucing. Mau tidak mau, Pushi pun dititipkannya di Bandung. Malangnya jadi Pushi ya... harus ditinggalkan Adella. Selama 3 bulan lagi, jadi kangen Pushi nih jadinya.

Book Comment (33)

  • avatar
    RidwanDeden

    bagus

    04/08

      0
  • avatar
    Nur Salim

    sangat senang

    20/07

      0
  • avatar
    Ishma Aulya

    goog

    27/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters