logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Scene 22

Mawar mengkhawatirkan Cheryl. Ia tahu, ada yang tak beres dengan sahabatnya. Tapi apa? Cheryl teriak-teriak minta tolong, setelah itu dia jadi pendiam. Apa Cheryl mimpi hantu?
Sudah berkali-kali ia menelpon Cheryl tapi tidak diangkat. Apa Cheryl mimpi hantu hingga ketakutan? Tapi, jika mimpi hantu, Mawar bisa menjamin Cheryl takkan meminta pulang ke rumah secepat itu. Ada apa sebenarnya? Cheryl adalah orang yang terbuka pada dirinya, jika ada sesuatu yang salah dan tak beres, Mawar orang pertama yang tahu masalah tersebut.
Mawar hanya bermain ponsel, sambil menunggu kabar dari Cheryl. Ia mengkhawatirkan sahabatnya. Mawar khawatir pada Cheryl sudah seperti seorang ibu. Ada apa dengan Cheryl?
"Kak, antarin les." Pinta Jasmine. Mawar pun, mengantar adiknya les menggambar. Mawar hanya diam, memikirkan keadaan Cheryl.
"Kakak tunggu ya. Aku les 1 jam aja." Pinta Jasmine.
"Resek lu!" Mawar mencebik kesal. Dasar adik manja!
"Yaudah, aku telpon ayah suruh pulang." Jasmine merajuk. Mawar menarik rambut adiknya karena kesal.
"Kau kan nggak punya HP. Wlee!" Mawar menjulurkan lidahnya mengejek adiknya.
"Ibu punya HP dua, ayah juga tiap hari nelpon. Aku mau bilang, kakak jahat."
"Nanti kutinggal nanti."
"Akak!" Teriak Jasmine. Inilah interaksi antara Jasmine versus Mawar. Tidak ada hal akur yang pernah mereka lakukan. Mawar suka menganggu adiknya, dan Jasmine menganggap kalau Mawar serius.
"Aku tungguin, belikan red velevet satu." Mawar mengedipkan matanya ke Jasmine. Mereka sudah mendapat jatah jajan masing-masing perminggu. Dan kebayankan punya Mawar habis duluan, karena dipakai berdua bersama Cheryl.
"Berapa?" Tanya Jasmine lemah. Ujungnya ia harus merelakan uang tabungan. Padahal uang jajan Mawar dikasih lebih banyak.
"50 ribu aja."
"Akak. Nanti aku nggak bisa beli meja gambar Frozen." Jasmine cemberut. Sambil mengeluarkan uang. Terpaksa ia harus menurut, sebagai seorang adik yang penurut. Dan ia tak berani mengadu, karena Mawar lah yang mengantarnya kemana-mana.
"Sini." Mawar mengadahkan tangannya, dan Jasmine menyerahkan 1 lembar uang berwarna biru.
"Makasih. Muach!" Mawar mengecup uang itu dengan sayang, dan memasukan dalam dashboard.
"Akak beli red velvet sambil nunggu, jadi biaya nunggu sambil makan, anggap aja impas okey." Jasmine cemberut. Terpaksa ia harus minta ayahnya lagi, walau belum sampai jatuh tempo, semua karena kakak laknat! Walau ayahnya tak pernah marah, jika Jasmine sering minta uang. Tapi mereka sering diajarkan disiplin dan bijak dalam mengunakan uang.
"Udah turun sana. Mau makan enak dulu." Usir Mawar, ketika mereka sudah sampai di gedung tempat les. Hanya sebuah ruko yang berjejeran.
"Wleee!" Jasmine menjulurkan lidahnya dan berlari ke dalam.
"Nana.." teriak Jasmine, ketika melihat Dennis dan adiknya datang juga. Dennis yang begitu anteng membawa ransel belakang, bergambar Captain America.
Mawar pun, melajukan mobilnya mencari toko kue, ia benar ingin makan red velvet sore hari. Benar saja, red velvet sekecil itu harganya pas dengan uang Jasmine. Mawar membeli red velvet dan macaron untuk adiknya. Jadi anggap saja seimbang, walau adiknya begitu, Mawar menyayangi adiknya seperti Cheryl sahabatnya. Mawar adalah seorang penyayang.
Mawar kembali memeriksa ponselnya, berharap Cheryl membalas atau mendengar suara cempreng gadis itu, tapi Cheryl tak membaca pesan tersebut. Bahkan, sekarang ponselnya sudah tak aktif. Mawar menarik napas panjang, mungkin red velvet sengan warna menggoda bisa mengobati rasa risaunya pada Cheryl.
Mawar membawa kembali red velvet, dan memilih makan di dalam mobil. Rasanya memang sangat enak, dan sebanding, walau isinya sedikit. Mawar melihat dua anak kembar lucu-lucu berlarian di depan ruko. Mengemaskan.
Gadis itu langsung turun, seperti ada magnet untuk mendekati kedua anak kembar yang gendut-gendut, bahkan jalannya sampai mau jatuh karena keberatan.
"Ya ampun." Mawar langsung mengendong kembar yang cowok. Dan mencium bayi itu, begitu wangi dan berat, tapi bocah yang mengemaskan membuat Mawar tak merasa berat.
"Anaknya ya kak. Tadi mau jatuh, jadi saya gendong."
"Ah iya. Susah, pada aktif, papanya nggak bisa ikut, jadi repot deh." Mawar tersenyum pada ibu dari dua anak kembar tersebut.
"Keren kak. Lucu-lucu, jadi pengen punya anak." Ibu dari dua kembar tertawa.
"Ah, boleh." Mawar hanya cengegasan. Dua bocah mengemaskan, bahkan bocah yang dalam gendongannya, masih mengeluarkan air liurnya.
"Ini siapa namanya kak?"
"Darris dan Ilene."
"Keren." Mawar mencium pipi Darris.
"Oh iya, kita duduk aja ya kak. Adik saya juga lagi les mengambar. Oh iya, nama saya Floren."
"Ilona." Mawar pun mengendong boczh bulat itu dan membawa masuk ke bangku panjang, sebagai ruang tunggu.
"Adiknya yang mana?" Tanya Ilona.
"Adik saya Jasmine kak."
"Kebetulan, berarti sekelas sama Dennis, anak aku yang pertama."
"Iya ya? Sering dia cerita Dennis di rumah, cuman nggak ngeh." Ilona tertawa. Ia terlihat dewasa, keibuan, canti, dan seksi, walau sudah banyak anak.
"Comel-comel bangat. Pasti rasanya nggak bosan di rumah." Tebak Mawar.
"Bosan sih nggak, malah merasa kurang, banyak waktu tersisa, tapi seru ngurus anak. Biasanya papanya bantu juga, tapi papanya lagi kerja." Mawar hanya tersenyum.
"Nanti kalau mau nikah dan punya anak gitu jugalah." Seru Mawar.
"Oh, iya dong. Buatnya berdua, jadi ngurusnya harus berdua." Mawar memalingkan wajahnya. Kenapa dia jadi berpikiran aneh-aneh. Buat berdua? Tubuh Mawar mendadak jadi merinding.
"Hihi, iya kak. Selesai kuliah dulu."
"Iyalah, dapat kerja dulu, mapan dulu, Baru nikah, kalau buru-buru nikah jadinya nyesal, nggak bisa nikmatin masa muda dengan puas." Mawar hanya mangut-mangut. Dan tersenyum ke ibu dari dua anak kembar ini entah berapa jumlah anaknya. Rasanya tak bosan dipandang.
"Hehehe." Mawar masih memegang Darris. Bocah itu sudah merengek ingin turun, ia tak tahan digendong.
"Kak turun aja ya." Ilona mengangguk, dan membiarkan Darris turun dan mengambil apa saja di depannya dan kadang memasukan dalam mulutnya.
"Enak juga ya, kembar cewek-cowok, langka ya kak."
"Banyak kok, sekarang proses bayi tabung bisa dapat kembar."
"Jadi mereka?" Mawar menunjuk duo kembar. Apa iya, pakai bayi tabung. Ilona tertawa. Semua anugrah dan kebetulan, karena ia sendiri tak menyangka akan punya anak kembar.
"Nggak kok. Papanya kembar, jadi dari turunan."
"Wih keren." Ilona tertawa. Ia yakin, remaja ini sudah mengimpikan punya anak kembar ke depan.
"Aku mau punya anak kembar kak." Entah kenapa, pikiran Mawar langsung terbang ke Juna. Apa ia boleh berharap pada Juna? Apa ia boleh berharap Juna, walau ia tahu sahabatnya memendam perasaan yang sama.
Hanya waktu yang dapat menjawab.
________________________________
Cheryl menangis tak berkesudahan. Bahkan, sudah sore ia tak ingat makan, mandi, ia terus saja menangis. Cheryl sedih, Cheryl tak mau persahabatan merak renggang, tapi--ia masih belum ikhlas, Juna orang yang Mawar sukai? Kenapa harus cowok itu? Tidak adakah manusia lain?
Cheryl masih berbaring di sofa, dengan penampilan yang begitu kusut. Ia belum bisa menata hatinya, hatinya masih berantakan. Semu karena tulisan sialan itu. Ada rasa penyesalan dalam diri Cheryl, seandainya ia tak lancang, ia takkan sakit hati seperti ini. Tapi, sejak kapan Mawar suka Juna? Apa saat Cheryl cerita, Mawar sudah jatuh cinta?
Sudah banyak pengorbanan ia lakukan pada cowok itu, hingga berujung penolakan, dan sekarang Mawar juga ingin merebut satu-satu hal yang buat ia semangat hidup. Apa Mawar tega, merebut kebahagiaannya? Cheryl menggeleng, ia tahu, hati Mawar luas. Tapi masalah hati dan percintaan, Cheryl yakin masalah ini akan rumit dan berbuntut panjang.
Apa ujungnya, keduanya tak mendapatkan Juna? Hal ini yang selalu menganggunya, hingga Cheryl tak berani menegur Mawar sekarang. Ia takut, gara-gara persahabatan mereka putus dan Juna tidak memilih salah satu diantara mereka. Argh... semuanya terasa rumit.
Juna sialan! Mawar bodoh!
Cheryl mendengar suara pintu dibuka. Ia juga tak ingin merubah posisinya. Biasanya Cheryl berusaha agar maminya tak perlu melihat ia menangis. Tapi kali ini, Cheryl tak peduli. Ia hanya ingin mengeluarkan segala sesak di dada. Maminya menghidupkan lampur kamar. Cheryl masih saja bersedih. Gadis itu masih terisak, dengan menelungkupkan kepalanya di sofa.
Cheryl mendengar derap langkah kaki menuju kamar. Gadis itu tetap menangis. Tak tahu lagi dengan hidupnya. Orang tua yang tak pernah menganggap dirinya, crush yang mengacuhkannya, dan sahabat yang ingin merebut pangeran berkuda poni. Dunia tak pernah adil bagi Cheryl. Apa dengan ia mati, agar semuanya merasa puas? Cheryl menggeleng. Perutnya merintih kelaparan. Siang tadi ia hanya makan ice cream, seharian nasi belum menyapa mulutnya. Cheryl lapar.
Cheryl mendengar pintu kamar dibuka. Gadis itu tak menghiraukan sang mami, dan terus saja menangis. Cheryl merasakan sofa bergerak, mami duduk di ujung kakinya. Cheryl tak peduli, biasanya ia akan berlari ke kamar, ia tak sanggup berbuat apa-apa sekarang.
"Kenapa?" Tanya Delisha lembut. Bahu Cheryl bergetar. Semacam ada pertahana yang runtuh. Gunung es itu perlahan mencair. Gadis itu semakin menangis kuat, segala keluh kesah yang ia simpan selama ini, tumpah sekarang.
"Cerita sama mami." Dinding itu runtuh.
Cheryl bangun dan memeluk maminya, Ya Tuhan... setelah puluhan tahun, ia memimpikan hal ini. Akhirnya, Cheryl tak dapat menahan rasa sedih, teharu, bahagia.
"Mami.." jantung Cheryl bekerja 10 kali lebih cepat dari biasanya. Darah memompa dari jantung, menuju ke seluruh tubuh dan sekarang menumpuk di bibirnya. Delisha mengelus-elus putrinya, ia tak mungkin terus membenci putri yang tak tahu apa-apa. Cheryl berhak bahagia, Cheryl berhak disayang.
"Terima kasih mami." Hanya sebatas kata itu, tapi maknanya begitu dalam. Dua orang dalam satu atap tapi hatinya berjauhan, dan sekarang berdekatan layaknya magnet. Cheryl bersyukur, Cheryl senang.
"Cheryl sayang mami."
"Mami juga sayang putri mami." Dan keduanya menangis bersama. Terkadang ego membuat semua orang mati. Andai, ego dipatahkan, semua manusia akan berbahagia dengan versi masing-masing.

Book Comment (39)

  • avatar
    RiskiiRiski

    mantap

    13/01/2023

      0
  • avatar
    OAnto

    mantap

    09/10/2022

      0
  • avatar
    DefitriYova

    Waw sangat bagus

    27/05/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters