logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

27. TENTANG MIMI

Kematian Yogi Finanda yang berprofesi sebagai engineering apartemen elit kawasan selatan Jakarta itu menuai kontroversi di kalangan para penghuni apartemen lain.
Banyak dari mereka yang menyayangkan terjadinya tragedi itu. Terlebih mereka yang mengenal almarhum semasa hidup.
Bagi sebagian penghuni apartemen yang mengenal sosok Yogi, merasa cukup kehilangan karena di mata mereka Yogi dikenal pekerja yang rajin dan tak pernah mengecewakan dalam bekerja. Perangainya yang ramah dan sopan membuat sebagian penghuni apartemen menyukai Yogi.
Dan hari ini berita kematian Yogi yang begitu tragis membuat geger hampir seluruh penghuni apartemen.
Desas-desus mengenai Mirella yang dikabarkan wanita peliharaan Freddy kian mencuat ke permukaan.
Bobroknya penjagaan di lapas tempat Freddy di tahan pun menjadi berita hangat di berbagai media massa.
Begitu mendengar berita ini tersebar pagi tadi, Reno sang Jaksa yang saat ini sedang berusaha menjatuhkan Freddy di persidangan langsung bergerak ke TKP untuk menggali lebih dalam tentang kasus kematian Yogi Finanda yang dikabarkan ada kaitannya dengan Freddy.
Jimmy dan Alan baru saja di bekuk pihak berwajib karena di curigai ikut terlibat dalam kasus pembunuhan Yogi.
Setelah melihat kondisi TKP dimana mayat Yogi ditemukan, Reno keluar dari apartemen itu dengan beberapa praduga di dalam benaknya.
Di Lift, Reno berpapasan dengan Gaby.
Mereka bercakap sejenak.
Hingga akhirnya Gaby memberitahukan sesuatu pada Reno mengenai Mirella.
Gaby mengajak Reno mampir ke apartemennya dimana di sana ada Gibran dan beberapa anggota kepolisian yang masih terus berusaha melacak dimana keberadaan Mirella saat ini.
Sebab, Mirella dikabarkan menghilang pasca kejadian pembunuhan Yogi.
Pihak polisi mengatakan bahwa seluruh CCTV dalam posisi mati saat kejadian dan tak ada rekaman apapun yang bisa dijadikan bukti atas kasus tersebut.
Hal itu membuat Gibran lega. Setidaknya, semua rekaman dimana Mirella dan dirinya sedang berada di kamar mandi tak ada yang tahu.
"Satu-satunya cara untuk mengungkap kasus ini, pertama kita harus menemukan dimana keberadaan Nona Mirella terlebih dahulu," ucap seorang polisi saat itu.
Dia berterima kasih pada Gibran atas ketersediaan Gibran untuk membantu polisi memberi keterangan terkait atas diri Mirella.
Sementara itu di lapas, Freddy di jaga ketat.
Kepala lapas tempat dimana Freddy di tahan baru saja di pecat karena di anggap lalai dalam tugas.
Sepeninggal para polisi itu, Reno masih bertahan di sana.
Informasi mengenai Mirella yang diberikan polisi tidak membuatnya puas hingga dia pun menanyakan secara langsung mengenai siapa sebenarnya Mirella pada Gibran.
Dan Gibran pun menceritakan asal muasal siapa sebenarnya Mirella dihadapan Reno dan Gaby saat itu.
*
17 Tahun yang lalu.
Cicadas Bandung.
"Aku boleh ikut main?" tanya seorang bocah perempuan berumur delapan tahun.
Dia mendekati beberapa anak di sekitar tempat tinggalnya yang sedang bermain masak-masakkan.
"Ih, bau!" pekik salah satu bocah di sana sambil menutup hidung.
"Orangnya udah pas. Kita nggak tambah orang lagi buat main! Kamu main sendiri aja sana," tambah yang lain.
Merasa terusir bocah perempuan itu pun pergi dengan perasaan sedih.
Tadi, dia baru saja di marahi ibunya karena sudah memecahkan piring sewaktu mencuci piring hingga membuatnya kini harus menerima hukuman dilarang masuk ke rumah sampai besok pagi.
Padahal cuaca kota Bandung saat itu sedang mendung. Rintik-rintik gerimis sudah turun sejak tadi sore.
Merasa kedinginan, bocah itu kembali ke rumahnya berharap sang Ibu berbelas kasihan padanya dan membiarkan dia masuk. Dia belum makan seharian dan belum mandi sejak kemarin. Bahkan pakaian yang dia pakai pun belum di ganti sejak tiga hari yang lalu.
"Aduh..." bocah itu merintih. Memegang pahanya yang sakit. Luka akibat sabetan gesper masih terlihat jelas memanjang di sekitar ke dua pahanya.
Luka yang dia dapatkan karena sudah membuat ayahnya marah tadi pagi, padahal dia tidak merasa berbuat kesalahan.
Tapi setiap kali Ayah dan Ibunya selesai bertengkar, pasti setelahnya sang Ayah akan menyiksanya sedemikian keji.
Sementara sang Ibu tak pernah perduli.
"Bu... Bu... Mimi lapar Bu, Mimi mau masuk, di luar hujan, dingin Bu..." ucap bocah perempuan yang kerap di panggil Mimi itu.
Dia terus saja mengetuk pintu rumahnya.
Hujan turun semakin deras.
Tubuh Mimi kuyup tersiram hujan.
Tapi sang Ibu tak juga membuka pintu.
Sambil menangis Mimi kembali berjalan ke arah tepi jalan raya hendak mencari tempat berteduh. Dia ingin tidur.
Meski setelahnya, dia justru malah di serempet motor dan jatuh di depan sebuah pintu gerbang sebuah rumah di seberang jalan rumahnya.
Setahu Mimi, rumah itu di huni oleh seorang lelaki tampan bernama Reyhan, yang dulu tinggal di ujung gang. Lelaki itu sangat baik dan sering memberikan Mimi makanan.
Dia baru saja pindah ke rumah ini setelah sempat tak terlihat keberadaannya beberapa bulan lamanya dan kembali bersama seorang wanita muda yang cantik serta seorang bocah kecil laki-laki yang juga tampan.
Mimi sering mengintip bocah laki-laki itu dari balik dinding rumahnya saat si bocah lelaki itu sedang bermain mobil-mobilan di depan teras di rumah Om Reyhan.
Mimi masih menangis di depan pintu gerbang itu. Lututnya dan keningnya berdarah.
Si pengendara motor yang tadi menyerempet Mimi pergi begitu saja. Bahkan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar jalan seolah menutup mata atas insiden tersebut.
Mimi tahu, memang tak ada satu pun tetangga yang mau menolong dirinya selama ini, kecuali Om Reyhan.
Mungkin mereka takut pada Ayahnya. Entahlah, Mimi juga tidak tahu.
"Ya ampun, kamu kenapa? Kok hujan-hujanan?" sapa sebuah suara dari balik pintu gerbang.
Dia wanita yang datang bersama Om Reyhan yang mungkin istrinya Om Reyhan.
Sambil memegang payung wanita itu membantu Mimi berdiri.
"Kamu kenapa?" tanyanya lagi.
"Di serempet motor tadi," jawab Mimi terisak.
"Rumahnya dimana? Tante antar pulang ke rumah ya?"
Mimi menggeleng. "Mimi nggak boleh pulang sampai besok pagi sama Ibu, soalnya tadi Mimi pecahin piring,"
"Ya ampun, kok sampe segitunya? Yaudah, ikut Tante masuk, biar Tante obatin luka-luka kamu ya," ajak wanita itu.
Mimi mengangguk senang.
Akhirnya ada orang baik yang menolongnya.
Di dalam rumah itu Mimi diperlakukan dengan sangat baik.
Dia di beri makan, tubuhnya di bersihkan dan diberi pakaian baru serta luka-lukanya pun di obati.
Selain itu, Mimi juga diperkenalkan dengan bocah laki-laki yang sering dia perhatikan dari jauh.
Nama bocah itu Gibran yang ternyata keponakan Om Reyhan sementara wanita cantik baik hati yang sudah menolongnya itu bernama Tante Luwi, dia adiknya Om Reyhan.
"Mah-Mah," bisik Gibran yang berdiri di belakang Luwi ketika sang Ibu sedang mengobati luka Mimi.
"Apa sayang?" sahut Luwi dengan suaranya yang lembut.
"Kok mukanya Mimi serem sih Mah," bisik Gibran lagi.
Walau Gibran bicara pelan, tapi Mimi bisa mendengar suaranya.
"Hus, nggak boleh begitu," omel Luwi.
"Dulu muka Mimi nggak begini kok. Ini gara-gara disiram air panas sama Ayah waktu Ayah habis bertengkar sama Ibu," cerita Mimi.
Luwi langsung beristighfar. Sementara Gibran jadi melotot ngeri.
Luwi tersenyum dan membawa tubuh Mimi ke dalam dekapannya. "Mimi yang sabar ya, malam ini Mimi boleh kok tidur di sini sama Tante sama Gibran. Kebetulan Om Reyhan lagi dinas ke luar kota jadi tidak pulang, Mimi bisa pakai kamarnya Om Reyhan untuk tidur," ucap Luwi di sertai senyumannya yang manis menentramkan hati.
"Terima kasih ya Tante. Terima kasih Gibran,"
*
"Itu pertama kalinya gue kenal Mirella alias Mimi," ucap Gibran di awal ceritanya.
Gaby cukup terenyuh mendengar cerita itu, sama halnya dengan Reno.
Hingga setelahnya Gibran pun melanjutkan ceritanya.
"Sejak hari itu, gue sama Mimi berteman baik. Kalau dia sedang di hukum orang tuanya, Mimi sering mampir ke rumah gue. Bahkan sampe nginep. Dari yang gue tau dari nyokap, kenapa orang tua Mimi selalu menyiksa Mimi, alasannya karena faktor ekonomi. Ibu Mimi seringkali memarahi suaminya yang tak pernah membawa uang jika pulang ke rumah. Sementara Ayah Mimi adalah pekerja serabutan di pasar. Perangainya buruk dan sering mabuk-mabukan. Dia adalah residivis yang sudah beberapa kali keluar masuk Bui. Itulah sebabnya banyak warga sekitar yang seolah menutup mata atas apa yang telah di alami Mimi, karena mereka tidak mau berurusan dengan Ayah Mimi,"
"Hubungan gue sama Mimi berlanjut sampai akhirnya gue yang saat itu memang selalu dibuat penasaran sama nyokap akan siapa sebenernya sosok Ayah kandung gue yang selalu dirahasiakan sama nyokap, mengajak Mimi ke Jakarta untuk mencari keberadaan bokap gue,"
*
Kamu yakin Ib?" tanya Mimi saat Gibran baru saja menyampaikan niatnya, mengajak Mimi ke Jakarta untuk membantu Gibran mencari sang Ayah. Saat ini mereka berdua sedang duduk di teras belakang rumah kontrakan Om Reyhan di Bandung.
"Yakin dong, tapi kamu diem-diem aja ya? Besokkan aku libur sekolah tiga hari, jadi aku bebas kemana aja. Aku punya uang tabungan kok buat ongkos. Nanti kita bisa ngamen di sana supaya dapet uang, soalnya, aku pernah di ajak ngamen sama Om Reyhan, asik tau, cuma nyanyi, diri di depan bis, terus dapet uang banyak. Nanti aku ajarin deh ke kamu caranya ngamen, gimana? Kalau kamu mau, nanti malem kita berangkat, tapi tunggu Mama sama Om Reyhan tidur dulu," jelas Gibran pada Mimi.
"Tapi aku takut nanti Tante Luwi sama Om Reyhan marah sama aku, sama kamu juga," ucap Mimi lemah. Meski dalam hati dia ingin sekali pergi.
Pergi jauh dari sini.
Mimi hanya lelah dengan hidupnya. Dia merasa sudah tidak sanggup melewati hari-harinya yang begitu menyeramkan bersama ke dua orang tuanya yang orang-orang bilang mereka gila. Meski, Mimi sendiri tidak mengerti apa semua perkataan tetangganya itu benar atau tidak. Tapi yang jelas, mereka semua hanya bisa membicarakan keluarga Mimi di belakang tanpa berniat untuk membantu Mimi.
Tidak seperti Tante Luwi dan Om Reyhan yang sangat baik menerima Mimi di rumah mereka. Memberi Mimi tempat berlindung jika malam hari dirinya tidak diizinkan masuk ke dalam rumah oleh ke dua orang tuanya. Memberi Mimi makan di saat orang tuanya bahkan dengan tega memberinya makanan sisa bersama hewan peliharaan mereka. Sampai Mimi mengalami diare akibat makanan yang dia makan terkontaminasi bakteri. Dan lagi-lagi hanya ada Tante Luwi dan Om Reyhan, juga Gibran yang selalu membantunya.
Gibran yang periang membuat Mimi selalu terhibur oleh kicauan mulut mungilnya yang cerewet. Gibran yang tampan membuat Mimi terpesona.
Berkat Gibran, setidaknya, kehidupan di masa kecil Mimi terdapat kenangan manis.
Hingga setelahnya, tragedi itu terjadi.
Tepat saat Mimi dan Gibran benar-benar menjalankan misi mereka untuk mencari Ayah Gibran ke Jakarta.
Sebab, di sanalah mereka akhirnya berpisah.
*
"Kalian pernah dengar tentang kasus yang membelit keluarga Dirgantara beberapa tahun silam?" tanya Gibran pada Reno dan Gaby.
Ke dua manusia itu saling berpandangan sejenak lalu menggeleng. Mereka tahu siapa itu keluarga Dirgantara, tapi mereka tidak pernah tahu mengenai apapun hal di baliknya.
"Beberapa belas tahun yang lalu ada sebuah kasus pembunuhan terhadap seorang perempuan bernama Kiara Advani di sebuah gudang tua di kawasan Jakarta Barat,"
"Perempuan itu di bunuh dengan cara di gantung di tiang bangunan oleh seorang lelaki bernama Aldri yang memiliki dendam terhadap kakak angkatnya yang bernama Jonas Michael Dirgantara. Saat kejadian gue sama Mimi kebetulan sedang berada di Gudang tua itu sedang berteduh karena hari hujan. Gue dan Mimi menyaksikan pembunuhan keji itu bahkan gue sempat mengabadikannya dengan ponsel yang gue bawa. Sayangnya, di saat yang bersamaan, keberadaan kami berhasil di ketahui, kami sempat di sekap beberapa hari sampai akhirnya gue berhasil melarikan diri setelah Mimi mengorbankan dirinya demi gue. Sejak saat itu gua sama Mimi berpisah,"
"Setelah lulus dari fakultas bisnis di USA gue kembali ke Indonesia dan mulai mendalami kasus kematian Kiara, meski fokus gue cuma sekedar ingin tahu kemana lelaki bernama Aldri itu membawa Mimi. Karena yang gue tahu, setelah kasus itu di tutup. Aldri stress dan dia di tahan di RSJ sampai menghembuskan nafas terakhirnya,"
"Awalnya gue sempet menyerah, tapi berkat bantuan Edward asisten gue di kantor yang berhasil menemukan fakta baru tentang kemana perginya Mimi, perlahan gue bangkit lagi untuk meneruskan pencarian gue, sampai akhirnya takdir juga yang mempertemukan gue dengan Mimi, di kafe satu hari sebelum pernikahan gue sama Gaby,"
"Setelah gue menyelidiki lebih lanjut, perlahan tapi pasti gue menemukan beberapa fakta akurat yang semakin meyakinkan gue kalau wanita bernama Mirella itu adalah Mimi,"
"Dan semua itu terbukti, setelah akhirnya Mirella mengakuinya juga di depan gue kalau dia adalah Mimi. Mirella mengakuinya sewaktu gue mendatangi dia dengan menyamar sebagai engineering di apartemennya,"
"Gue yang udah mencuri seragam Yogi dan menemukan fakta kalau selama ini Freddy memperlakukan Mimi dengan tidak manusiawi. Dia memasang CCTV hampir di setiap sudut di apartemen Mirella bahkan sampai di kamar mandi. Saat gue sama Mirella masih di kamar mandi, Freddy datang. Dia sempat melihat ke arah gue sewaktu gue keluar sama Mimi dari kamar mandi,"
"Dan itu artinya, Freddy udah salah paham dengan menganggap kamu itu Yogi?" potong Reno tiba-tiba.
Gibran mengangguk.
"Jujur Ren, gue bener-bener nggak nyangka kalau Freddy bisa bertindak sejauh ini. Gue akan bertanggung jawab dengan membiayai hidup keluarga Yogi. Tapi, tolong lo rahasiakan hal ini dari polisi. Lo tahu bokap guekan? Gue nggak mau dia sampai tahu masalah ini," tambah Gibran.
Ya, siapa yang tidak mengenal sosok Hardin Surawijaya yang kini menjabat sebagai ketua umum partai merah putih. Hardin adalah mantan menantu presiden RI yang merupakan Kakek Gibran.
Bapak Wibowo Hadi Sastro Sudiro, yang meninggal dalam tragedi pemboman di Istana Wensminster, London Inggris sepuluh tahun yang lalu.
Sebuah tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia yang disebabkan oleh aksi teroris keji.
Dan akibat tragedi itulah, Ibunda Gibran yang bernama Luwina Clemira Sastro Sudiro pun turut meninggal dunia.
"Oke, aku akan membantumu. Kita harus saling membantu untuk secepatnya bisa menemukan di mana Mirella berada saat ini. Setelah ini aku akan pergi ke lapas untuk menemui Freddy. Walau kemungkinan kecil aku bisa mendapat keterangan lebih lanjut mengenai keberadaan Mirella, tapi setidaknya aku akan memastikan Freddy tidak bisa berkutik lagi di lapas! Penjahat sekelas Freddy harus benar-benar ditindak serius sebelum jatuh korban selanjutnya," tutur Reno yang sudah benar-benar gemas dengan tindak tanduk Freddy selama ini.
Hukum di Indonesia seolah permainan baginya.
Tapi dalam kasus Yogi dan Mirella saat ini, Reno pastikan Freddy tidak akan bisa mengelak lagi.
Sepeninggal Reno dari apartemen Gibran, Gaby dan Gibran masih duduk berdampingan di sofa.
Hanya keheningan yang terasa di sana.
Gaby yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan pembicaraan Gibran dan Reno melirik sekilas ke arah Gibran yang wajahnya kusut saat itu.
Sebuah tanda tanya besar dalam benak Gaby muncul sejak tadi, hanya saja dia masih bingung untuk mengungkapkannya.
Karena kejadian ini masih rancu.
Tapi, seandainya memang Freddy yang sudah membunuh Yogi, lalu kenapa mayat Yogi justru dibiarkan tergeletak di kamar  mandi apartemen Mirella?
Setahu Gaby, setiap pembunuh pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan jejak setelah membunuh.
Bukankah begitu?
Gaby benar-benar bingung.

Book Comment (151)

  • avatar
    Nouna Noviie

    lanjutt dooongg...... jadi penasaran apa bayi yg akan d adopsi itu setelah dwasa nanati akan membalaskan dendam sang ibu kandung... apa bila mngetahuin cerita semasa hidup ibu y dan mengetahuin bahwa ayah angkat'y lah Gibran yg sudh membunuh ibu y...!!??? ini Novel baguss menurutku berhasil membawa pembaca masuk ke dalam suasana isi novel ini😍

    22/12/2021

      2
  • avatar
    Mela Agustina

    seruu bgt demi apapun😭🤍🤍

    20d

      0
  • avatar
    WaniSyaz

    Seru banget

    14/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters