logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 JOI

Akhirnya Jo memanggil Alex dan Budi untuk duduk di ruang tamu bersama ia dan dosennya. Perasaan Jo sangat takut waktu itu, keringatnya mengalir di dahinya tanda sangat gugup.
“Kalian kenapa berdiri di situ, sini duduk,” ujar bu Intan.
“Ii…iiya bu,” Jo, Alec dan Budi saling menatap sebelum mereka duduk.
“Saya ingin bertanya sama kalian, terutama sama Alex dan Budi,” ucap bu Intan menatap mereka bergantian.
“Aduh bu, kami mohon maaf sekali atas ketidak sopanan kami, kami gak sengaja lah bu sueer, biasanya yang kesini kalo ngga gebetan kita ya temen kampus, kita gak tau kalo yang dateng bu dosen maap bu ini mah,” ujar Alex.
“Iya bu, maaf ya, kami gak sopan,” timpal Budi.
“Saya nggak mempermasalahkan itu kok, ada hal lain yang ingin saya tanyakan ke kalian,” ucap bu Intan.
Mereka pun saling lirik satu sama lain. Berusaha mencari tahu apa penyebab dosen muda ini akan mengintrogasi mereka.
“Saya tahu kalian teman baik sekaligus keluarga bagi Jo di sini, tapi yang ingin saya tanyakan mengapa kalian ikut andil untuk memberikan hukuman pada Jo?" tanya bu Intan.
Alex dan Budi saling bertatapan dan mengkerutkan dahi mereka tanda tidak mengerti maksud dari pertanyaan dosen tersebut.
“Maksudnya gimana bu? Kami gak paham,” ujar Budi.
“Kalian tahu kan hukuman yang saya berikan pada Jo?" tanya bu Intan.
Alex dan Budi mengangguk mengiyakan pertanyaan dosen tersebut.
“Lalu mengapa kalian ikut menghukum Jo dengan kalian beri ide untuk mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah ini?" tanya bu Intan.
“Mmm, bukan begitu bu maksudnya, kita niat ngebantu Jo sebenernya, karna dia kelihatan murung dengan hukuman yang di berikan, makanya kami inisiatif menawarkan hal baik yang bisa di catatnya itu berupa beres-beres di rumah, gak ada niat buat ngehukum Jo bu suer,” ucap Alex menjelaskan.
“Tapi kan bukan ide seperti itu yang saya maksud, kalian paham kan? Saya gak menganggap kalian satu frekuensi sama Jo, jadi saya rasa kalian pun paham maksud saya,” jelas bu Intan.
“Kami minta maaf bu atas kejadian ini,” ujar Budi dan Alex hanya tertunduk.
“Dan kamu Jo, hukuman kamu sudah selesai dan saya tidak akan menambah atau memberi hukuman lagi atas kesalahan kamu kemarin, mungkin itu saja yang saya sampaikan, saya permisi dulu ya,” ucap bu Intan yang segera bangkit dari duduk nya dan segera menuju pintu.
“Eee, saya anterin sampe kampus ya bu,” Jo menawarkan.
“Oh ngga usah, saya bisa jalan sendiri lagian deket juga,” bu Intan berjalan pergi.
Jo yang sebenarnya tidak paham akan situasi yang terjadi sekarang akhirnya memutuskan untuk mengejar dosen mudanya itu.
“Bu, udah gak papa ya saya anter, sekalian saya mm olahraga cari keringet,” Jo berlari kecil di samping bu Intan.
 Bu Intan yang melihat tingkah Jo itu hanya tersenyum manis menandakan tidak keberatan. Di tengah perjalanan senja itu, meski hanya berjalan ke kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh, namun Jo merasakan kebahagiaan karena bisa “jalan bareng” dalam definisi sesungguhnya dengan dosen mudanya itu.
 
*Nnggeeoonnn nggeeoonnnggg*
Suara anak kucing dari semak-semak dekat selokan pingir jalan tengah mengeong seperti meminta bantuan. Jo yang menyadari itu segera mencari sumber suara itu.
“Jo, kamu ngapaib?” tanya bu Intan.
“Bentar bu, lagi nyari makhluk Tuhan yang imut ni, mmm mana sih,” Jo terus mencari ke semak belukar itu dan mendapati seekor anak kucing tengah sendirian tanpa induk.
“Adduuhh kamu anak siapa sendirian di sini, kasian banget kamu, oke papa Jo akan membawamu ke tempat nyaman bersama papa ya,” Jo berbicara dengan seekor anak kucing yang ia temukan.
 
Bu Intan yang melihat pemandangan haru itu pun hanya tersenyum manis ke arah Jo. Jo yang polos hanya memegangi anak kucing itu sampai di parkiran kampus untuk mengantar bu Intan ke mobil nya.
“Jo, sepertinya kamu sudah menemukan jawaban dari hukuman yang saya berikan,” ucap bu Intan yang mendadak berhenti di samping mobilnya.
“Hah, jawaban apa bu,” Jo bingung.
“Itu,” bu Intan menunjuk anak kucing yang sedang di pedang Jo di depan dadanya.
“Anak kucing ini bu?” Jo semakin bingung.
“Iyah, anak kucing itu jadi jawabannya, oke kalo gitu saya pulang dulu ya, jaga baik-baik anak kucingnya,” bu Intan mengelus kepala anak kucing itu dan mmenepuk lengan kanan Jo sebelum memasuki mobilnya.
Jo yang menganggap tepukan itu adalah ungkapan perhatian dan cinta dari dosennya pun seketika mematung dan jadi overthinking di tengah parkiran itu. Hampir sepuluh menit jo mematung di sana akhirnya di kaget kan oleh suara anak kucing yang telah kedinginan dan kelaparan itu.
"Ya Tuhan lupa anak ku," gumam Jo.
Malam itu Jo pergi ke sebuah minimarket untuk membeli makanan dan susu kucing karena petshop telah tutup.
Jo yang amat bahagia karena anak kucing itu telah membuat dosen yang ia sukai memberikan pujian padanya. Akhirnya menamai kucing itu dengan nama JOI, Jo dan Joi pun pulang denga sekantung makanan, susu dan snack khusus kucing.
 
"Yuhuuu kita udah sampe rumah papa Jo nih Joi," ucap Jo menaruh anak kucingnya di atas meja ruang tamu itu.
 
“Weh dah pulang lu Jo, bawa apaan tuh dari alpa yak,” Alex menghampiri Jo di sofa yang belum menyadari kehadiran Joi.
*Nnggeeeoonnnggg*
“Wwwuuuuaaaaaaa anjir anjir aaaaaa kampret lu Jo ngapain bawa kucing ke sini ih, buang buang,” Alex terkejut dan seketika berlari menjauh.
“Eh ini Joi, anak papa Jo dan ibu Intan disingkat Joi, kenalin sini,” ucap Jo nyengir.
“Mau Joi mau Koi gak eduli gue pokonya buang sekarang hhhiiiii,” Alex makin menjauh.
“Apaan sih teriak-teriak dah kek di hutan aja lu,” Budi datang menghampiri Alex yang bersembunyi di belakang budi saat ini.
“Liat tuh Sujono bawa kucing ke rumah, udah tau gue geli,” jelas Alex.
“Lu ngapain sih Jon bawa kucing,” Budi menghampiri dan duduk di sofa.
Alex yang masih ketakutan pun tetap berdiri menjauh dari Joi.
“Joi ini anugerah gue sama ayang beb Intan tau, gue mau ngurus dia sepenuh hat seperti anak sendirii,” ucap Jo sembali mengeluarkan makanan kucing.
“Malika kali ah,” celetuk Alex.
“Gue sih gak masalah kalo lu mau pelihara kucing tapi lu gak kasian tuh si Alex kan takut sama kucing,” jelas Budi menengahi.
“Tenang aja gue jagain kok si Joi, selagi gue nyari kandangnya gak gue lepasin di rumah, gue taro di kamar gue,” ujar Jo.
“Awas ya lu ngisengin gue pake anak koceng itu gue cekek lu ya,” Alex mengancam.
“Iya kagak,” jawab Jo.
 
Kehadiran Joi memberi pengaruh baik bagi Jo. Ia semakin rajin memperhatikan kuliahnya, karena ingin membuktikan pada dosen pujaannya bahwa ia adalah sosok lelaki yang bertanggung jawab atas kuliah maupun Joi yang ia anggap anak sendiri.
Jo pun sering mendapat perhatian lebih oleh bu Intan dengan memberikan tanggung jawab akan tugas kelas yang harus di kumpulkan padanya meski di kelasnya banyak mahasiswa lain yang lebih pintar darinya.
“Jo, ini tugas untuk kelas kamu, jangan lupa di submit paling lambat lusa jam dua belas ya,” bu Intan memberikan flashdisk pada Jo.
“Siap bund, eh bu,” jawab Jo gugup.
“Oh iya, nasib anak kucing yang kamu temuin waktu itu gimana kabarnya?" tanya bu Intan.
“Oh si Joi, sehat bu, dia udah bisa makan sendiri, pup sendiri bahkan cuci piring bekas dia makan bisa sendiri sekadang bu hehe,” ujar Jo.
“Hahaha aneh-aneh aja kamu masa kucing nyuci piring, mm namanya Joi ya? Pasti dari nama kamu ya, Jo junior,” tebak bu Intan.
“Mm bukan bu, itu nama saya Jo dan I nya itu Intan,” Jo menjelaskan dengan mata berbinar mirip upin ipin yang merayu kak Ros.
“Hah, nama sa saya?” tanya bu Intan terkejut.
“Iya nama kita untuk anak kita,” makin ngaco Jo berucap.
“Mm oke deh itu udah ya flashdisk nya, segera copy ya,” ujar bu Intan yang salah tingkah dan segera berlalu pergi meninggalkan Jo yang masih nyengir.
 
Jo yang menganggap perhatian lebih dari dosennya itu adalah tanda cinta akhirnya makin berani menunjukan keagresifannya. Jo selalu memposting dan menjadikan Joi sebagai kontennya pada media sosial dan bahkan whatsapp story di ponselnya. Tidak lain ingin mengambil hati dosennya, secara sekarang ia menjadi tangan kanan bu Intan di kelasnya sudah pasti mereka sering berkirim pesan meski hanya tentang tugas.
 
"Aww anak papa Jo udah cantek nich, kapan ya di asuh sama mama In,"
Begitulah caption dari status Jo setiap harinya. Berharap bu Intan melihat dan memperhatikan Jo.
Joi selalu menjadi konten dari semua media sosialnya. Alex dan Budi yang melihat Jo begitu terobsesi pada dosennya itu hanya bisa berharap jika cinta Jo kali ini tak berakhir tragis seperti sebelum-sebelumnya.
Bersambung...

Book Comment (90)

  • avatar
    t******3@gmail.com

    lucu bgt deh

    12/03/2023

      0
  • avatar
    Nrzatilh

    Kenapa gk Happy ending😭agak kecewa🥺

    18/11/2022

      0
  • avatar
    M******2@gmail.com

    mantaappp

    30/09/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters